Romahurmuziy Klaim Pemimpin Partai Paling Milenial

Ketua Umum DPP PPP, Romahurmuziy
Sumber :
  • Dok. PPP

VIVA – Partai Persatuan Pembangunan menargetkan menjadi partai peringkat tiga besar dalam Pemilu 2019. Untuk meraih target itu, PPP mengubah strategi pencitraan politik atau rebranding terhadap kondisi partai dan cara kampanye di pemilu.

Ada Kabar Baik Buat Milenial dan Gen Z yang Doyan Belanja dan Peduli Penampilan

Ketua Umum PPP Romahurmuziy menggagas konsep rebranding itu di depan para calon legislatif di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Lewat rebranding, Rommy (panggilan akrabnya) berharap PPP, yang selama ini dianggap partai orang tua, bisa merangkul kalangan muda atau generasi milenial.

"Saya meminta mereka (para kader dan caleg) melakukan rebranding cara kampanye. Tapi juga rebranding PPP. PPP itu bukan partai milik orang tua tapi partai anak muda atau milenial," ujar Rommy usai pembekalan caleg PPP wilayah DI Yogyakarta di Sleman, Minggu malam, 24 Februari 2019.

Survei Ungkap Ketahanan Finansial Milenial Indonesia Tertinggi Se Asia, Ada Tapinya

Rommy pun meminta para caleg dan kader partai berlambang Kakbah ini untuk mengubah cara berkampanye dengan cara yang akrab bagi milenial. Dia mengklaim sebagai ketua umum atau pemimpin tertinggi partai politik di parlemen yang paling muda.

Faktor usia muda itu, katanya, penting disampaikan kepada kalangan muda agar mereka merasa lebih akrab dengan PPP. Selain itu, faktor usia muda isyarat bahwa PPP sedang bertransformasi menjadi partai kalangan muda. "Harus disampaikan sebagai pesan peremajaan di PPP," tuturnya.

Program Petani Milenial Kaltim Diluncurkan untuk Ketahanan Pangan IKN

Konsekuensi rebranding itu pun perubahan strategi mendekati kalangan pemilih muda dengan tidak lagi melulu mengandalkan forum-forum pengajian atau tablig akbar, yang selama ini memang hanya untuk kalangan tua. "Perlu juga dibuat lomba band dan lainnya, yang memang merupakan model kampanye yang disukai anak milenial," katanya.

Rommy pun meminta kepada para kadernya untuk aktif berkampanye dengan cara door to door mendatangi para konstituen. Cara itu dianggap efektif dibandingkan berkampanye terbuka dengan pengerahan massa.

Media sosial pun kini menjadi sarana efektif untuk menyebarkan gagasan-gagasan politik sekalian sarana komunikasi kepada kalangan muda. Para caleg dan petinggi partai pun niscaya memanfaatkan media sosial kalau ingin menggaet kalangan muda.

"Jika caleg tak punya medsos (media sosial), akan jadi persoalan. Mereka akan ditinggal separuh konstituennya. Saya minta mereka aktif ber-social media minimal lewat FB (Facebook) dan IG (Instagram). FB dan IG banyak digunakan. Minimal meningkatkan popularitas dulu. Dari popularitas, nanti konstituen akan mendekati," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya