Pilpres Harus Jujur, Adil Bukan hanya Aman dan Sejuk

Ilustrasi Pemilu.
Sumber :
  • International Business Times

VIVA – Pengamat politik Effendi Gazali mengaku bingung dengan spanduk Pemilu yang bertebaran di sepanjang jalan Jakarta dengan tulisan damai, sejuk dan aman. Menurut dia, ada azas pemilu yang tidak dimasukkan dalam setiap spanduk yang dibuat dari institusi pemerintahan.

"Adil dan jujurnya tidak disebutkan. Saya fakta loh ini, lihat saja di jalan-jalan. Tolong dicatat,  kita harus  tambahkan kata adil dan jujur,” ujar Effendi Rabu 17 April 2019.

Effendi mengatakan, poin jujur merupakan sangat penting dalam pemilu. Ia menganologikan arti kejujuran layaknya pertandingan sepakbola dimana gol tetap disahkan meski sebelumnya terjadi pelanggaran.

"Ada pemain lain melakukan pelanggaran lalu memasukan bola, kita mau marah, lalu disuruh aman, damai. Itu bisa?  jarang sepakbola seperti itu, kalah 8-0 tapi berakhir sejuk," kata dia.

Effendi menilai salah satu ketidakjujuran yang utama dan terjadi saat ini adalah keberadaan lembaga survei. 

Alasannya sejumlah lembaga tersebut selalu mengatakan pelaksanaan survei dibiayai sendiri. Padahal banyak yang tahu jika lembaga tersebut dibiayai pihak tertentu.

"Jika biaya sendiri, masa kerjaannya cuma menyerang pihak tertentu. Kalau Rocky Gerung bilangnya dungu, saya bilangnya gangguan kesehatan jiwa, agak ilmiah," ucap dia.

Effendi berpesan empat hal penting untuk mencapai pemilu yang adil dan dan damai.
Pertama adalah salat subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan mendaftar awal ke TPS. 

Kedua, warga diminta tidak takut jika melihat alat-alat berat atau alat-alat polisi di sekitar TPS. Keberadaan alat dan personel kepolisian untuk mengamankan semua pihak. 

"Ketiga, jangan pernah takut berbeda dengan lembaga survei, mereka ingin mempengaruhi kita sebelum masuk TPS bahwa kita kalah. Pilihlah dengan hati dan jangan takut,"ujarnya.

Pesan keempat Effendi kepada warga untuk menunggu penghitungan suara hingga selesai. Minimal yang perlu ditunggu adalah hasil penghitungan suara pemilihan presiden.

Pengamat Tata Negara Irman Putra Sidin menambahkan, demokrasi yang dibangun dari nilai-nilai agama pasti menghasillkan adil dan jujur.

Irman menambahkan hampir semua nilai-nilai konstitusi di dunia yang ada diambil dari agama. 

"Peristiwa GBK 7 April itu bukti, langsung bersih lokasi, karena orang sadar ada yang melihatnya 24 jam. Mereka tidak perlu takut dengan CCTV, karena mereka sadar, datang dengan nilai-nilai agama sehingga saat ada kotoran, langsung diambil," ujarnya.

Irman menambahkan biaya demokrasi akan sangat murah jika dibangun dengan nilai-nilai agama. Terkait konteks  pemilihan presiden, Ia mengatakan pemilihan nanti bukan sedang mencari pemenang dari sebuah pertarungan kekuasaan. 

Hari ini, kata dia masyarakat akan memilih presiden yang akan bersumpah dihadapan Tuhan dan menjalankan kewajibannya selurus-lurusnya.

"Presiden kuasanya besar sekali, bisa membawa kemuliaan dan kezaliman. Salah pilih sedikit, kita yang tanggung jawab sebagai pemilih, dan ini bukan tanggung jawab duniawi semata," ucap dia.
 

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!
PSMTI Diterima Presiden Jokowi di Istana

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Jelang pencoblosan Pemilu 2024, pada 14 Februari pekan depan, masyarakat diimbau agar menggunakan hak pilihnya dengan bijak. Untuk bisa memilih pemimpin yang berkualitas.

img_title
VIVA.co.id
6 Februari 2024