Jika Jadi Presiden, Prabowo Pertimbangkan Pakai Nama Ahmad

Ekspresi Sandiaga Uno saat Dampingi Prabowo Deklarasi Kemenangan
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA - Dalam acara syukuran serta doa bersama atas klaim kemenangan pada pilpres 17 April 2019 kemarin, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, berjanji jika dia menjadi presiden nanti maka dia akan mengajak serta para pendukungnya untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

"Kalau saya memimpin, saya ingin anda ikut. Karena yang selalu akan kita lakukan adalah tindakan tidak menggunakan kekerasan apapun. Kita buktikan akan tertib, akan damai," kata Prabowo di Jalan Kertanegara, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat 19 April 2019.

"Bagaimana kita takut, rakyat bersatu bersama kita. Tapi kita tidak boleh terlalu jumawa dan sombong. Semakin berisi semakin nunduk," ujarnya.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

Prabowo juga mengaku tengah mempertimbangkan untuk menggunakan nama baru pemberian para habib, apabila dirinya nanti menjadi presiden.

"Oleh para habib saya diberi nama muslim, H. Ahmad Prabowo Subianto. Tapi nanti saya akan tanya rakyat Indonesia, pantas atau tidak?" kata Prabowo yang langsung diamini oleh massa pendukungnya.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

"Pantas pak, pantas," jawab massa berseru.

Di sisi lain, Prabowo memastikan bahwa para 'emak-emak' yang setia mendukungnya secara militan sejak masa kampanye, nantinya akan tercatat sebagai bagian dari sejarah pergerakan nasional.

"Mungkin nanti di sejarah, gerakan tahun ini akan disebut sebagai Revolusi Emak-emak. Karena yang paling berani di depan adalah emak-emak," kata Prabowo.

Tak hanya itu, Prabowo juga berjanji apabila dia kelak menjadi presiden, maka dia akan menindak pihak-pihak yang ditengarai ingin merusak iklim demokrasi pada penyelenggaraan pemilu kali ini.

"Nanti kita akan catat dan lihat siapa-siapa yang akan merusak demokrasi Indonesia, karena kehendak rakyat Indonesia tidak bisa dibendung lagi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya