Cerita Ketua KPU Kota Depok Digoda ATM Berisi Uang Ratusan Juta

Proses pelipatan suara di gudang KPU Depok, Senin, 18 Maret 2019.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan (Depok)

VIVA – Money politik atau politik uang seolah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di setiap pemilihan umum atau pemilu. Trik-trik curang yang dilakukan oleh oknum politikus itu pun tak hanya digunakan untuk menggaet dukungan dari rakyat. 

Bamsoet Nilai Sistem Demokrasi Pemilu Langsung Perlu Dikaji Ulang karena Marak Politik Uang

Tawaran-tawaran politik uang juga kerap dilancarkan untuk menjerat penyelanggara Pemilu. Ya, semua dilakukan demi memenuhi syahwat politik dan jabatan. 

Seperti yang sempat dialami oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Depok, Nana Shobarna. Pria yang akrab disapa Nana ini telah menjadi anggota KPU Depok sejak 2014 silam. Namun, Nana baru resmi menjabat sebagai ketua di masa bakti periode keduanya.

SBY Minta Prabowo Perbaki Sistem Pemilu: Politik Uang Makin Menjadi, Lampaui Batas Kewajaran!

Sebagai seorang pemimpin di lembaga resmi itu, Nana pun tak menampik amanah yang ditanggungnya sangat berat dan cukup menguras tenaga maupun pikiran. Bahkan, godaan iman pun kerap kali harus dihadapi Nana ketika meladeni peserta yang menghalalkan segala cara.

Salah satunya yang paling diingat Nana, ialah ketika dia sempat beberapa kali dirayu oleh sejumlah calon anggota legislatif alias caleg dengan berbagai hadiah yang jumlahnya fantastis.
 
"Banyak, banyak sekali bahkan sejak saya jadi anggota KPU Kota Depok 2014 itu juga sudah ada," katanya saat ditemui di kantor KPU Depok, Jalan Kartini, Pancoran Mas Depok, Jawa Barat, pada Minggu 21 April 2019.

Singgung Politik Uang Pemilu 2024, AHY: Ugal-ugalannya Luar Biasa

Kala itu ungkap Nana, bentuk mahar yang datang kepadanya berupa uang yang disimpan di dalam kotak nasi dan dibawakan langsung ke kantornya. Berbeda dengan tahun ini, godaan tersebut berubah menjadi sebuah kartu anjungan tunai mandiri atau ATM yang dibawa langsung oleh peserta Pemilu 2019.

"Dia (pelaku) datang, bilang ke saya, ini ada ATM silakan digunakan, isinya  Rp300 juta dan juga ada pinnya. Saya memberikan pengertian secara baik-baik pada yang bersangkutan, ya setelah itu saya usir," kata Nana.

Lebih lanjut dia mengaku tak ingin memperpanjang kasus tersebut. Sehingga enggan menindaklanjuti ke ranah hukum. 

"Saya tidak laporkan kemana-mana. Itu bagian dari dinamika yang harus dilalui," ujarnya.

Nana pun mengaku, selama masa kampanye berlangsung, banyak juga para peserta Pemilu 2019 yang mengajaknya untuk bertemu. Namun, ajakan itu selalu ditolak lantaran Nana menilai hal tersebut berbenturan dengan aturan yang berlaku.

"Yang ngajak ketemuan banyak, dari di restoran hingga di luar kota, mereka bilang mau konsultasi ke saya. Tapi saya bilang silakan ke kantor kalau mau konsultasi, kantor terbuka lebar jika mau konsultasi," tambahnya. 

Nana menegaskan, KPU Kota Depok tidak akan menerima sepeser pun uang pemberian atau benda lainnya dari para peserta Pemilu 2019.

"Alhamdulillah KPU Kota Depok integritasnya tinggi, enggak ada cerita kami menerima meskipun sepeserpun. Tanggung jawabnya di akhirat," tuturnya.

"Saya bersyukur dari kecil ditanamkan ilmu agama yang kuat, bapak saya juga guru agama, terus saya mengaji di pondok, jadi godaan seperti itu gak akan mempengaruhi saya," tutupnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya