Menkominfo: Berita yang Ada Tulisan 'Ayo Viralkan' Cenderung Hoax

Menkominfo Rudiantara.
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menuturkan bahwa selama kurun waktu dari pertengahan tahun 2018 hingga saat ini, jumlah konten berita hoax yang beredar di media sosial meningkat tajam. Pada bulan Agustus 2018, instansinya mengidentifikasi hanya terdapat 25 berita hoax.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

Jumlah ini melonjak ketika memasuki tahun politik yaitu terdapat 175 berita hoax di bulan Januari, 353 di bulan Februari, 453 di bulan Maret dan 353 di bulan April hingga pasca hari pemilihan umum.

"Jelang pemilu, berita hoax melonjak drastis. Kategorinya bermacam-macam, paling banyak hoax tentang politik pencapresan pemilu," kata Rudiantara di Bukittinggi, Sumatera Barat, seperti tertulis dalam keterangan persnya, Kamis, 25 April 2019.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

Rudiantara membeberkan bahwa salah satu yang paling berbahaya dari konten hoax adalah terdapat muatan yang membenturkan sesama umat Islam satu sama lain. Menurutnya, hoax yang mengadu domba semacam ini yang paling berbahaya karena berpotensi memecah belah bangsa.

Oleh karenanya, ia mengimbau seluruh masyarakat untuk senantiasa bertabayyun dengan cara mengetahui karakteristik dari berita hoax yang beredar di media sosial.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

"Caranya kenali ciri berita hoax. Kalau sudah mengatasnamakan golongan, di bawahnya ditulis 'ayo viralkan', ini kecenderungan hoax," tegasnya.

Ia menambahkan, salah satu penyebab cepatnya beredar berita hoax adalah watak umum masyarakat Indonesia yang ingin menjadi orang yang pertama mengetahui salah satu peristiwa, sehingga dengan cepat menyebarkan berita (forward) tanpa tahu kebenaran dari isi berita tersebut.

"Walaupun bukan yang bikin (hoax), tetapi menyebarkan, jadinya kan ikut dosa juga dan menjadi bagian dari berita fitnah. Kalau tidak tabayyun jadi rugi dua kali, pulsa kesedot, lalu menjadi bagian dari hal yang negatif tersebut. Rugi dunia, rugi akhirat," ujarnya.

Rudiantara juga sempat memaparkan contoh berita hoax yang sempat menggemparkan publik. Pertama, berita tentang website penghitungan suara KPU di-hack, kedua 'Kardus Pemilu Seharga 25 Triliun'. Ketiga, di Bukittinggi beredar berita dan foto di Facebook oleh salah satu akun yang berisi 'Uang sumbangan jamaah tabligh akbar Bukittinggi untuk sukseskan Capres 02' dan berita tentang 'Bagasi Mobil Dinas RI 1 Jadi tempat Penyimpanan Kaos'.

Rudiantara menegaskan semua berita tersebut adalah sebagian kecil dari contoh berita hoax dan telah dilakukan pengusutan terhadap pembuat dan penyebar berita-berita bohong tersebut. (hty)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya