Anggota Panwaslu yang Meninggal Saat Kawal Pemilu Bertambah Dua Orang
- VIVA/ Fikri Halim.
VIVA – Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Mochammad Afifuddin mengungkapkan, jumlah anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang meninggal usai menjalankan tugas mengawal pencoblosan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat Pemilu 2019 bertambah.
"Kemarin, laporan yang kita terima 33 orang, tadi malam bertambah dua. Jadi laporan saat ini ada 35 orang petugas yang meninggal," kata Afif di gedung Bawaslu, Jakarta, Kamis 25 April 2019.
Afif mengungkapkan, banyak tekanan bagi para petugas saat menjalankan kewajibannya, sehingga mereka tak hanya lelah secara fisik, tapi juga tertekan secara psikologis.
"Saya kira mereka tidak hanya capek secara fisik, psikis juga. Tidak semua TPS berjalan aman, lancar. Ada TPS yang ketegangan antarsaksi, terlalu banyak mata mengawasi kan secara psikologis mereka jadi stres duluan. Baru ngitung surat suara kok kurang misalnya. Beres hitung, C1 enggak ada. Distribusi kotak suara, surat suara dari KPU yang terlambat mengganggu psikologis juga," paparnya.
Sebelumnya, tak hanya petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang meninggal dan mengalami kecelakaan serta dirawat di rumah sakit karena kelelahan saat menjalankan proses pencoblosan pemilu pada 17 April 2019 di TPS. Puluhan pengawas pemilu juga meninggal saat menjalankan tugas tersebut.
“Ada 33 anggota Panwas yang meninggal saat bertugas,” kata Komisioner Bawaslu Fritz Edward Siregar di gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa 23 April 2019.
Fritz memastikan, lembaganya tengah mengupayakan santunan bagi anggotanya yang meninggal maupun yang dirawat usai menjalankan tugas menjaga proses pencoblosan pemilu.
“Besarannya belum bisa kita sampaikan. Masih kita bahas,” ujarnya. (mus)
