5 Alasan Reuni 212 Tak Pengaruhi Elektabilitas Jokowi dan Prabowo

Umat muslim mengikuti aksi reuni 212 di kawasan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis aksi reuni akbar 212 tak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Setidaknya ada lima alasan versi LSI Denny JA.

Kubu Prabowo Sindir Megawati Tak Tepat Jadi Amicus Curiae di Sidang MK: Dia Pihak Berperkara

Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfarabi, mengatakan, salah satu dari lima alasan ini karena mayoritas pemilih yang hadir reuni 212 sulit dipengaruhi Habib Rizieq Shihab.

"Alasan pertama, mayoritas pemilih yang suka dengan reuni 212 sudah memiliki sikap yang sulit dipengaruhi oleh Habib Rizieq Shihab, terutama terkait soal NKRI bersyariah dan seruan ganti presiden," kata Adjie di kantor LSI Denny JA, Graha Rawajawali, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu 19 Desember 2018.

Bertemu Prabowo, Gibran Ngaku Bahas Peluang Koalisi dengan PDIP

Alasan yang kedua, menurut Adjie, meski dihadiri Prabowo Subianto, tak semua peserta aksi reuni 212 mendukung eks danjen Kopassus itu. Pasca aksi tersebut, ada sejumlah pemilih yang memilih Prabowo, tetapi ada juga pemilih yang meninggalkannya.

"Dengan begitu, tak memiliki banyak perubahan tingkat keterpilihan," tuturnya.

Klaim 40 Persen Pemilihnya Dukung Prabowo-Gibran, PPP Isyaratkan Siap Pindah Koalisi

Kemudian, aksi reuni 212 tak berpengaruh terhadap elektabilitas capres-cawapres karena kepuasan terhadap kinerja Joko Widodo masih dikatakan tinggi. Hal ini tak membuat seruan ganti presiden di aksi reuni 212 memberikan banyak dampak.

Lalu, faktor keempat soal aksi reuni 212 tak banyak berpengaruh karena adanya sosok Ma'ruf Amin yang menjaga pemilih Muslim tetap memilih Jokowi. Figur Ma'ruf dapat menjadi benteng Jokowi terhadap isu-isu identitas yang berpotensi menggerus elektabilitas.

Terakhir, dipaparkan Ajie, alasan kelima yaitu Jokowi berbeda dengan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Survei LSI Denny JA menemukan bahwa publik menilai Jokowi bukanlah musuh bersama umat Islam. Maka itu, gerakan reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi musuh bersama.

"Dalam riset kualitatif, LSI Denny JA menemukan bahwa publik menilai Jokowi berbeda dengan Ahok. Saat itu, Ahok seakan menjadi musuh bersama umat Islam karena adanya dugaan penistaan agama Islam," ujarnya.

Survei ini dilakukan 5 Desember 2018 sampai dengan 12 Desember 2018. Metode pengumpulan sampel dengan multistage random sampling dengan jumlah responden sebanyak 1.200.

Adapun wawancara dilakukan secara tatap muka dengan responden dan menggunakan kuesioner. Margin of error dari survei ini sebesar plus minus 2,8 persen. Survei ini juga dilengkapi dengan riset kualitatif. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya