Ketika Jajanan Tradisional Naik Kasta

Soerabi Bandung Enhaii
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Lutfi Dwi Pujiastuti

VIVA.co.id - Mengenang masa sekolah, yang terekam dalam ingatan biasanya menyangkut. Ya, saat masa sekolah, aneka jajanan anak-anak seperti kue cubit, martabak, gulali, rambut nenek, kue pancong hingga surabi tak akan pernah terlupakan.

yang dulu tidak memiliki banyak varian rasa itu kini mulai bertransformasi menjadi jajanan modern. Menjualnya pun tak lagi di pinggir jalan atau depan gerbang sekolah, tapi di kafe-kafe.

Kue dengan rasa kekinian itu saat ini bahkan dibanderol dengan harga tak lagi murah. Rasanya tak standar lagi, misal vanila dengan taburan cokelat pasir atau meises. Jajanan-jananan ini sudah naik kasta dengan rasa baru seperti green tea, red velvet, nutella dan aneka topping beragam yang lebih menggoda.

Mencicipi Serabi Kocor Tradisional di Bantul



Entah siapa yang pertama kali menggelontorkan ide kreatif ini, namun olahan jajanan tempo dulu sekarang lebih inovatif. Penikmat sejati kuliner Indonesia pun makin bernafsu mencoba jajanan hasil transformasi modern ini. Kue cubit, martabak, bahkan bakmi Jawa secepat kilat menjadi jajanan favorit kaula muda.

Selain cara peyajiannya yang menarik mata, rasanya pun tak kalah nikmat dengan makanan yang ditawarkan di restoran ataupun kafe mewah. Tanpa menghilangkan keaslian cara membuatnya, jajanan ini kini terlihat lebih menggugah selera.

Jajanan-jajanan yang naik kasta ini menjadi fenomena yang unik bagi kuliner Indonesia. Setiap inovasi yang muncul membuat hasrat para penikmat kuliner Indonesia semakin penasaran.

Selain keunikan dan keberanian terdapat faktor lain yang menjadikan fenomena ini semakin marak di tanah air, yakni hasil foto makanan yang diupload dan dipromosikan lewat media sosial, menjadikan jajanan ini makin digemari.
 
Warna yang mencolok dengan berbagai topping yang  beragam, juga menjadi daya tarik para pemburu kuliner di Path, Instagram, Snapchat, atau Facebook. Media sosial ini menjadi platfrom yang pas untuk pemasaran atau pengembangan ide yang baik bagi produsen. Peminat kue hasil transformasi ini pun datang dari berbagai kalangan dari anak sekolahan hingga ibu-ibu rumah tangga.

Kue Cubit


Khusus untuk merayakan HUT Indonesia ke-70, mesin pencarian Google pun mengumpulkan kata kunci seputar makanan yang dicari masyarakat Indonesia dari Aceh hingga Papua. Kue cubit ternyata masuk dalam 'The Most TOP 7 Google Search in Indonesia'.

Kue cubit memang dikenal sebagai jajanan tempo dulu yang banyak digemari anak-anak. Saat ini, jajanan kue cubit mulai naik kelas, dari yang biasanya dijajakan menggunakan gerobak  atau dipikul, kini menjadi menu restoran dan kafe. Bahkan kini telah bermunculan berbagai inovasi kue cubit dengan cita rasa unik mulai dari teh hijau, keju, hingga red velvet.

Lima Jajanan Tradisional Indonesia yang Melekat di Hati

Kue Cubit

Kue cubit Little Fingers. Sumber: Instagram @cubittlefingers

Salah satu warung yang menjajakan hasil inovasi adalah Toko Cubite. Toko ini memiliki banyak outlet, mulai di Kelapa Gading, Harapan Indah, Meruya, Serpong, dan Cibubur. Menurut sang pelayan, konsep kue cubit yang sudah menarik dari segi plating dapat menaikkan harga menjadi dua kali lipat. 

Ada lagi, warung kue cubit Little Fingers. Warung ini tak pernah sepi pembeli. Salah satunya gerai di kawasan Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Selatan, tepatnya di seberang X-Graphics, depan Mesjid Benhil Al-Falah (50 meter dari Pasar Benhil), Jakarta Pusat.

Bahkan untuk mencegah antrean panjang, warung baru dibuka di depan Indomaret sekitar Pasar (Bendungan Hilir) Benhil. Tepatnya seberang gedung Teras Benhil, samping RM Sederhana, 50 meter dari Pasar Benhil Jakarta Pusat.

Ada juga cabang lainnya di kawasan Rawa Belong, depan Kampus Binus Anggrek, 50 meter dari Seven Eleven, samping Indomaret, Jakarta Barat.

"Start buka jam 10. Ingat, jam 8 malam sudah SOLD OUT ludesssss yaa!! Makanyaaa, buruan deh.. Jgn sampe keabisan lagi ya!! Hak merk terdaftar di Menhukham: Little Fingers. Kami hanya menggunakan bahan Premium. Semua bahan yg digunakan bersertifikat HALAL! So, no worries & go grab them! :)," begitu bunyi promo di akun Instagram cubitlittlefingers.



Surabi

Bahan baku penganan tradisional ini adalah tepung beras. Hampir serupa dengan pancake, namun biasanya makanan tradisional ini akan lebih lezat jika disantap dengan saos santan gula merah atau oncom. Makanan ini sangat populer di Jawa Barat.

Namun, tak hanya Jawa Barat, orang Jawa Tengah memproduksi makanan tradisional ini.  Mereka biasa menyebutnya dengan nama serabi bukan surabi. Surabi yang dulu dijajakan pedagang dengan tampah yang diusung kepala keliling kampung bertransformasi menjadi makanan kafe. Tentu saja dengan varian rasa mengikuti tren kuliner.

Surabi Enhaii Bandung menjadi salah satu pelopornya. Terletak di Jalan Setia Budi, Bandung, Jawa Barat, pertama kali dibuka sekitar 2013, warung ini tak pernah sepi. Tempatnya tidak terlalu besar dan juga cukup sederhana. Tapi yang jadi daya tariknya adalah proses memasak surabinya yang mereka lakukan di bagian depan. Cara memasaknya juga masih tradisional menggunakan tungku dan arang. Dengan 'dapur terbuka' ini, pembeli bisa melihat langsung cara pembuatan surabi lezat ini.

Cak Imin Dikabarkan Maju Pilgub Jatim, PKB Ingin Fokus di MK Dulu: Tidak Lama Hanya 14 Hari

Soerabi Bandung Enhaii

Dan ada yang lebih menarik lagi, surabi tak hanya dinikmati dengan kuah santan gula merah. Tapi, aneka topping yang menggugah selera. Ada beberapa pilihan topping yang membuat air liur menetes, antara lain cokelat keju spesial, ayam sosis telur spesial ditambah keju, hingga oreo es krim vanila dan varian rasa durian spesial.

Harganya pun lebih mahal dari surabi tradisional. Jika surabi biasa dijual dengan harga Rp1.000, satu surabi di Enhaii bisa dinikmati dengan harga mulai Rp15 ribu.

Tak hanya di Bandung, Surabi Enhaii juga bisa ditemui di Jakarta. Salah satunya di kawasan Jatiwaringin Raya No. 7 Jakarta Timur.

Diakui sang manajer, Amir, warung ini juga sudah membuka sejumlah cabang di Jakarta, termasuk di kawasan Jalan Pemuda, Rawamangun dan ada juga di kawasan Pecenongan, Jakarta.

"Di warung kami, semua bahan menggunakan bahan yang sama seperti surabi biasa. Tapi yang istimewa kita buat saus untuk surabi dengan resep sendiri," katanya saat ditemui VIVA.co.id.

Surabi yang menjadi favorit pengunjung adalah durian keju spesial yang dibuat dengan saus berbahan buah durian segar ditambah dengan taburan keju dan bahan rahasia lainnya. Rasanya manis, namun taburan keju membuat cita rasanya lebih spesial. Favorit lainnya surabi dengan topping cornet, telur, sosis, ayam, keju spesial.



Martabak

Boss, Martabaknya Boss? Begitulah jargon yang diusung salah satu warung martabak hasil inovasi yang diberi nama Martabak Boss ini.

Kudapan dengan rasa manis ini tengah digemari kalangan anak gaul Jakarta. Warungnya didisain cukup unik bergaya anak muda. Dengan dominan warna kuning, mulai dari cat tembok, kursi, hingga kostum pelayannya pun semua didominasi warna kuning. Meski belum satu tahun berjalan, bisnis ini cukup terkenal di kalangan anak muda.

Ide inovasi jajanan pinggir jalan ini digawangi sang pemilik bernama Roderick Tjandra. Ia berani menuangkan ide kreatifnya membuat warung martabak dengan disain berbeda. Tak hanya warungnya yang "gaul", varian rasa yang ditawarkan menu martabak di warung ini juga tak kalah funky.

Warung Martabak Boss, Kawasan Tebet, Jakarta Selatan

Mulai dari Ovomaltine, yang dibuat sebagai isi martabak ditambah keju dan kacang, ada juga varian rasa Toblerone yang di dalamnya dimasukkan potongan cokelat toblerone dengan tambahan kacang dan keju. Tak hanya itu, ada juga varian rasa baru Red Velvet dengan isi cokelat Kit Kat, stroberi dan Oreo, ada pula rasa tuna hingga cornet curry.

Rasanya memang lebih beragam dari martabak pinggir jalan pada umumnya. Namun, lantaran bahan yang digunakan istimewa, jangan kaget jika harganya pun cukup mahal.

Satu porsi Martabak Boss dengan rasa Toblerone bisa dinikmati dengan membayar Rp104.500. Tentu dengan kulit martabak yang tebal. Jika tak suka kulit tebal, Anda juga bisa memesan dengan kulit tipis kering. Rasanya lebih chruncy dengan harga lebih murah Rp66 ribu.

Martabak Boss Rasa Toblerone

Jika tertarik umelahap martabak istimewa ini, Anda bisa datang ke area “distro gaul” Tebet. Martabak Boss ini lokasinya persis di area parkir Distro Noin Brand. Tepatnya di Jalan Tebet Utara Dalam No. 13.

Cabang lainnya juga bisa dikunjungi di kawasan Jn Panglima Polim IX No.124, Jn Gunawarman No.75,  Jn Hj agus Salim No.60, Jn Raya Tomang No.44, hingga Jn MT Haryono B7-A2 No. 9.

Bakmi Jawa

Tak hanya kue cubit, surabi dan martabak. Bakmi Jawa yang sangat tradisional juga mulai berinovasi. Salah satu warung bakmi Jawa yang memiliki antrean cukup panjang adalah Warung Bakmi Djawa Mbah Sastro. Warung yang terletak di JL Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta Timur ini sudah sejak empat tahun berdiri.

Pemiliknya seorang kontraktor interior bernama Heru. Diakuinya, warung ini semula hanya iseng-iseng dibuat. Memanfaatkan tempat kosong dan memberi lapangan pekerjaan untuk mereka yang membutuhkan. Berawal dari salah satu rekannya yang meminta pekerjaan, tercetuslah ide untuk membuat warung bakmi Jawa.

"Kebetulan saya juga suka bakmi Jawa, dia juga mau belajar membuat bakmi ini. Setelah dicoba buatannya dan saya minta saudara mencicipi, rasanya enak," katanya.

Heru memang ingin citarasa tradisional dari aneka hidangan yang disajikan di warungnya. Untuk itu, ia sengaja menciptakan masakan bakmi yang dimasak dengan tungku. Menu yang disajikannya mulai dari nasi goreng, mie rebus, mie goreng hingga hidangan khas Jawa-- Magelangan.

"Menu yang paling banyak dipesan mie rebus dan Magelangan yakni campuran mie dan nasi," katanya.

Bakmi Djawa Mbah Sastro

Ia juga mengaku, mie rebus yang dijual di warungnya rasanya sangat istimewa karena dibuat dengan kaldu ayam kampung yang direbus cukup lama sehingga kuahnya terasa kental dan gurih. "Saya menggunakan prinsip mengolah ramen yang dibuat dari kaldu yang dimasak cukup lama."

Harga satu porsi setiap menunya dijual dengan harga sama Rp17 ribu. Diakui pula oleh Heru, dari hasil penjualan bakmi Jawa ia pun bisa meraih omzet Rp1,5 juta perhari.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya