Intimidasi dan Kekerasan Fisik Dialami Pengawas Saat Bubarkan Kampanye

Kantor Bawaslu RI
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Tindakan kekerasan terhadap pengawas pemilu di Pilkada Serentak 2020, masih terjadi. Tercatat, dalam sepekan ada 31 aksi kekerasan dengan intimidasi hingga kekerasan fisik, dialami para pengawas tersebut.

Suswono Jamin Tunaikan Janji Kampanye Jika Menang: Kalau Nggak, Demo Aja ke Balai Kota

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terus melakukan pemantauan dan penindakan pelanggaran masa kampanye Pilkada Serentak 2020. Komisioner Bawaslu, M. Afiffudin, mengungkapkan beberapa langkah pembubaran kampanye berujung pada kekerasan terhadap pengawas pemilu.

“Selama periode 5 hingga 14 November, setidaknya 31 orang pengawas pemilu, pilkada di 270 daerah yang menyelenggarakan pilkada mendapat kekerasan saat menjalankan tugas," kata Afif melalui keterangan tertulis, Rabu 18 November 2020.

LPSK Minta Masyarakat Lapor jika Mengalami Intimidasi saat Pilkada

Baca juga: Tolak Dinasti Politik di Ngawi, PSI Pilih Kotak Kosong

Koordinator Divisi Pengawasan dan Sosialisasi Bawaslu ini mencontohkan, kekerasan verbal terhadap anggotanya saat membubarkan kampanye di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Pilkada Kota Bogor: Dokter Rayendra-Eka Maulana Respons Tenang Serangan Black Campaign 

“Kekerasan tersebut berupa intimidasi atau kekerasan verbal yang dialami 19 orang pengawas pemilu. Dan kekerasan fisik yang dialami 12 orang pengawas. Kekerasan dialami oleh pengawas pemilu di daerah hingga tingkat kelurahan, desa,” ungkapnya.

Di sisi lain, ia mengungkapkan, selama periode sepuluh hari kelima tahap kampanye ini, kegiatan kampanye tatap muka atau pertemuan terbatas mengalami peningkatan. Dengan begitu, dia memastikan jumlah kampanye daring periode ini mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

Dalam catatan Bawaslu pada periode ini, setidaknya ada 49 kegiatan kampanye daring yang dapat diselenggarakan.

"Jumlah itu menurun dibandingkan sepuluh hari keempat kampanye, yaitu sebanyak 56 kegiatan," katanya.

Warga menentukan pilihannya dalam Pilkada. (ilustrasi)

Kasus Intimidasi di Pilkada 2024 Jumlahnya Turun dari Sebelumnya, Data dari Perludem

Peneliti Perludem Ajid Fuad Muzaki sebut kasus intimidasi yang dialami masyarakat pada Pilkada Serentak 2024, tidak sebanyak yang terjadi pada pilkada-pilkada sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
6 Desember 2024