Survei Poltracking Pilkada Surabaya Dinilai Ada yang Tak Masuk Akal
- VIVA/Nur Faishal
VIVA - Poltracking Indonesia baru saja merilis hasil surveinya atas Pilkada Surabaya 2020. Salah satu hasilnya adalah menempatkan calon Wakil Wali Kota Surabaya nomor urut dua, Mujiaman, mengungguli popularitas cawawali kompetitornya, Armudji. Angkanya 60,2 persen untuk Mujiaman, dan 59,6 persen untuk Armudji.
Pengamat sosial politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Andri Arianto, mempertanyakan itu. Menurutnya, tak masuk akal jika popularitas Mujiaman mengalahkan Armudji. Politikus PDIP itu sudah lama malang-melintang di percaturan politik di Surabaya, sementara Mujiaman terbilang baru.
"Pak Armudji sudah lima kali terpilih menjadi wakil rakyat. Empat kali di DPRD Surabaya dan sekarang duduk di DPRD Jatim sebelum maju cawawali. Dia meraih sekitar 136.000 suara khusus untuk Surabaya saja. Jadi sangat aneh jika Pak Armudji kalah populer dibanding Pak Mujiaman di Surabaya,” ujar Andri pada Selasa, 3 November 2020.
Baca juga: Survei Poltracking, Machfud-Mujiaman Unggul di Pilkada Surabaya
Bandingkan dengan Mujiaman yang menurut Andri belum teruji dalam memikat pemilih dan menghimpun suara. Berbeda dengan Armudji yang sudah terbukti sebagai wakil rakyat dengan perolehan 136.000 suara di Surabaya.
Andri mengakui, jika berpasangan, pasangan calon (paslon) Machfud Arifin-Mujiaman bisa jadi lebih populer dibanding paslon Eri Cahyadi-Armudji. Itu masuk akal karena Machfud sudah melakukan sosialisasi maju di Pilkada Surabaya sejak awal 2019. Machfud juga jor-joran dalam belanja billboard hingga baliho.
Andri menjelaskan, ada tiga poin dalam popularitas yang dimiliki seseorang. Yakni popularitas positif, popularitas netral, dan popularitas negatif.
Jika popularitas netral, hanya sekadar tahu saja. Sedangkan popularitas positif, mengetahui dengan lebih jauh seperti sepak terjang dan prestasinya.
“Untuk popularitas negatif, masyarakat tahu karena hal-hal negatifnya. Mungkin saja, masyarakat tahu Pak Mujiaman karena banyakya aduan masyarakat saat Pak Mujiaman masih menjabat sebagai Direktur Utama PDAM Surabaya. Kan, banyak banget gangguan PDAM, bahkan sering mati sampai berhari-hari. Saat ada gangguan air PDAM, masyarakat pasti akan mengadu ke PDAM. Nah orang yang paling disalahkan ya pucuk pimpinan tertinggi,” kata Andri. (ren)