Viral Video Sekelompok Orang Teriak Yel 'Hancurkan Risma'

Hasto Kristyanto, Djarot Saiful Hidayat, Arif Wibowo, dan Tri Rismaharini saat kHasto Kristyanto, Djarot Saiful Hidayat, Arif Wibowo, dan Tri Rismaharini saat konsolidasi di kantor PDIP Jatim di Surabaya, Minggu, 30 Agustus 2020.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Kondisi politik di Surabaya memanas menjelang hari pemungutan suara Pilkada pada 9 Desember 2020. Terbaru, sebuah video yang menggambarkan sekelompok orang meneriakkan yel-yel 'hancurkan Risma' beredar di media sosial. Video berdurasi 19 detik itu langsung dikaitkan dengan dukung-mendukung Pilkada Surabaya.

Di dalam video, terlihat kader senior PDIP yang baru saja dipecat dari keanggotaan, Mat Mochtar, karena mendukung paslon nomor urut dua, Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno. Kelompok yang meneriakkan yel-yel 'Hancurkan Risma' itu mengenakan busana hitam-hitam. Terdapat pula atribut Machfud-Mujiaman.

"Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga. Hancur, hancur, hancurkan Risma, hancurkan Risma sekarang juga," teriak massa dalam rekaman video.

Mat Mochtar membenarkan soal video yang beredar itu. Dia mengatakan bahwa video itu direkam pada Rabu, 25 November. Ia mengatakan aksi tersebut dilakukan sebagai respons atas dugaan besarnya pengaruh Tri Rismaharini alias Risma dalam memengaruhi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam menentukan rekomendasi paslon PDIP di Pilkada Surabaya. 

PDIP merekomendasikan Eri Cahyadi-Armudji di Pilkada Surabaya. Menurut Mat Mochtar, semestinya PDIP merekomendasi kader partai, yakni Whisnu Sakti Buana. "Aku yang dihancurno sampai dipecat, sing menghancurkan saya Bu Risma. Daripada aku hancur, ya, Bu Risma tak hancurno (saya hancurkan), timbang PDIP sing hancur (yang hancur)," katanya dikonfirmasi wartawan pada Kamis, 26 November.

Terpisah, anak dari Tri Rismaharini, Fuad Benardi, mengaku kecewa dengan massa yang berkampanye dengan narasi yang dinilainya tidak elok itu. Padahal, kata Fuad, Risma sudah tidak lagi ikut dalam kontestasi Pilkada Surabaya. "Kenapa nama ibu yang dibawa-bawa sampai mau dihancurkan," ujarnya.

Secara pribadi, Fuad sedih sekaligus geram melihat video itu. Dia pun mengunggah ungkapan kesedihannya itu di Instagram pribadinya, @fuadbenardi. "Seakan kerja ibu 10 tahun ini tidak berarti apa-apa. Padahal semua yang dilakukan ibu hanya untuk warga Surabaya. Banyak yang telah dilakukan sampai harus meninggalkan waktu bersama keluarga," ungkapnya.

Fuad mengaku akan berkonsultasi dengan timses Eri-Armuji untuk menyikapi video tersebut, apakah akan melakukan langkah hukum atau tidak. Dia kurang paham, apakah hal ini masuk dalam black campaign atau tidak. Karena yang disebut hanyalah Risma, tidak ada nama Eri-Armuji sama sekali.

Cak Imin ke Kader PKB: Saatnya PDIP Kita Kalahkan di Surabaya

Di bagian lain, Direktur Komunikasi dan Media Tim Pemenangan Machfud-Mujiaman, Imam Syafii, menegaskan bahwa tidak ada instruksi kampanye dengan narasi seperti dalam video itu dari timnya. "Mereka [yang beraksi di video] rata-rata orang-orang PDIP, mungkin mereka marah, kami tidak tahu karena apa marahnya," katanya. (ren)

Baca: Wakil Risma soal Pilkada Surabaya: Saya Mengamankan Perintah Megawati

Jokowi Diusulkan Jadi Wantimpres 2024, Qadari: Rasanya Berat
Penghitungan Surat Suara Pemilu 2019. (Foto ilustrasi).

Pelanggaran Netralitas ASN Diprediksi Naik 5 Kali Lipat di Pemilu 2024

Potensi pelanggaran netralitas ASN naik lima kali lipat itu dibandingkan dengan Pilkada 2020.

img_title
VIVA.co.id
11 Januari 2024