Pilkada Surabaya Memanas, Ketua KIPP Diteror Potongan Kepala Kambing

Ketua KIPP Jatim Novli Bernado Thyssen laporan ke Polrestabes Surabaya.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA –  Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jawa Timur Novli Bernado Thyssen mengaku mendapatkan kiriman potongan kepala kambing di depan rumahnya pada Senin Subuh, 7 Desember 2020. Merasa diteror, ia pun melaporkan apa yang dialaminya itu ke SPKT Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya.

Video Detik-detik Keganasan Komodo Telan Kambing

Dia mengatakan laporannya sudah diterima oleh pihak kepolisian.  "Saya ke sini ini (Polrestabes Surabaya) untuk melaporkan adanya temuan semacam ancaman atau dalam bentuk intimidasi kepada saya," kata Novli di Markas Polrestabes Surabaya, Jawa Timur. 

Novli menceritakan, peristiwa itu pertama kali diketahui oleh ibunya sekira pukul 04.30 WIB. Saat itu, sang ibu hendak menyalakan mesin pompa air di teras rumah. Di teras, sang ibu menemukan tas plastik. "Ternyata (isinya) kepala kambing. Lalu ada pesan di kertas," ujarnya. 

Pelanggaran Netralitas ASN Diprediksi Naik 5 Kali Lipat di Pemilu 2024

Pesan yang ditulis di kertas itu, lanjut Novli, yaitu kalimat 'Kalau Tidak Mau Seperti Ini...Jangan Banyak Bicara, Taman Harmoni 01'. 

Ia kemudian merasa kiriman potongan kepala kambing itu sebagai teror. Ia menduga itu berkaitan dengan Pilkada Surabaya.

Geger Pencuri di Lebak Gondol 26 Kambing hanya Sisakan Jeroan

Novli menduga teror ini karena peran KIPP sebagai pemantau agar Pilkada Surabaya berjalan sesuai demokrasi. Namun, ia enggan berspekulasi pelakunya.

"Karena tugas kami adalah untuk memantau proses Pemilukada Surabaya untuk lebih demokratis. Saya dalam posisi ini tidak bisa berspekulasi terhadap siapa pelaku yang berbuat demikian. Saya serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk memproses laporan saya ini," kata Novli.

Ia mengaku sudah bertanya ke tetangga sekitar namun tidak ada satu pun yang melihat pengirim potongan kepala kambing tersebut. Di rumah dan sekitar juga tidak ada kamera pemantau atau CCTV. 

"Tidak ada (CCTV) karena rumah saya kan di wilayah perkampungan. Saya juga sudah mencoba bertanya kepada tetangga kanan kiri saya, tapi tidak ada yang tahu," ujar Novli. 

Baca Juga: Jelang Pencoblosan Pilkada Serentak 2020 Waspada Politik Uang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya