Cek Fakta: FIFA Ancam Bekukan Liga Indonesia Selama 8 Tahun

Jepretan laya sebuah informasi yang menyebutkan bahwa Tragedi Kanjuruhan menyebabkan otoritas sepak bola dunia (FIFA) mengancam menjatuhkan sanksi berupa pembekuan seluruh liga sepak bola Indonesia selama 8 tahun.
Sumber :
  • Cekfakta.com

VIVA Fakta – Di media sosial, beredar sebuah informasi yang menyebutkan bahwa Tragedi Kanjuruhan menyebabkan otoritas sepak bola dunia (FIFA) mengancam menjatuhkan sanksi berupa pembekuan seluruh liga sepak bola Indonesia selama 8 tahun.

Asosiasi Sepak Bola Palestina Serukan Sanksi Terhadap Tim Israel pada Pertemuan FIFA

Di Facebook, informasi tersebut dibagikan akun ini pada 2 Oktober 2020. Berikut narasi lengkapnya: “Breakingnews. Kabar Meninggalnya puluhan suporter di Malang sudah didengar FIFA. Wakil FIFA Indonesia mengatakan seluruh liga sepakbola di indonesia terancam dibekukan kurang lebih 8 tahun”.

Hingga artikel ini dimuat, informasi tersebut telah mendapat lebih 5.200 komentar dan dibagikan sebanyak 221 kali. Benarkah FIFA mengancam akan bekukan seluruh liga sepak bola Indonesia selama 8 tahun?

Kondisi Terkini Wonderkid Timnas Indonesia Ronaldo Kwateh Usai Lama Tak Terdengar Kabarnya

Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo, sebagaimana dilansir dari Cekfakta.com, menelusuri pemberitaan terkait melalui sejumlah situs resmi otoritas sepakbola maupun media kredibel.

Hasilnya, Presiden FIFA Gianni Infantino merespons Tragedi Kanjuruhan dengan ucapan belasungkawa dan menyebut tragedi itu sebagai hari gelap bagi dunia sepak bola. Namun, Presiden FIFA sama sekali belum menyebutkan sanksi yang bakal diterima Indonesia.

Mantan Pemain Malaysia Puji Timnas Indonesia: Mereka Kerja saat Kami Istirahat

Dalam situs resmi FIFA, memuat pernyataan resmi Presiden Gianni Infantino sehari setelah tragedi Kanjuruhan. “Dunia sepak bola sedang syok menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan,” kata Presiden FIFA Gianni Infantino.

“Ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi di luar pemahaman. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini. Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang telah menjadi korban. terluka, bersama rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia, pada saat yang sulit ini.”

Pada hari yang sama situs resmi Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) memuat pernyataan Presiden AFC Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa yang mengungkapkan keterkejutan dan kesedihan yang mendalam atas hilangnya nyawa secara tragis dalam pertandingan Liga Premier Indonesia (Liga 1) antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan di kota Malang pada hari Sabtu.

“Saya sangat terkejut dan sedih mendengar berita tragis seperti itu keluar dari Indonesia yang mencintai sepak bola dan, atas nama AFC dan keluarga sepak bola Asia, saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga dan teman-teman para korban, sambil mengungkapkan rasa duka cita kami yang cepat. Salam pemulihan untuk para pendukung yang terluka dalam insiden itu dan dukungan untuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan klub-klub,” kata Syaikh Salman.

Dilansir dari CNN Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Presiden FIFA Gianni Infantino siap membantu memperbaiki tata kelola sepak bola Indonesia menyusul insiden Tragedi Kanjuruhan.

Hal itu diungkapkan Jokowi usai menjenguk sejumlah korban Tragedi Kanjuruhan yang masih dirawat di RSUD Dr Saiful Anwar, Kota Malang, Rabu 5 Oktober.

"Senin malam saya sudah menelepon Presiden FIFA, Gianni Infantino. Beliau menyampaikan, kalau diperlukan, FIFA bisa membantu memperbaiki tata kelola sepak bola Indonesia, beliau menyampaikan kesanggupannya," ujar Jokowi.

Hingga artikel ini diturunkan, FIFA belum memberikan sanksi untuk Indonesia atas Tragedi Kanjuruhan. Selama ini, FIFA pernah menjatuhkan sanksi kepada sejumlah negara berupa penghentian aktivitas sepak bola. Namun, sanksi tersebut umumnya karena alasan politik akibat adanya intervensi pemerintah setempat.

Dilansir dari bolasport.com, Indonesia pernah mengalaminya pada 30 Mei 2015. Sanksi tersebut dikeluarkan FIFA menyusul keputusan Kemenpora membekukan PSSI pada 17 April 2015 karena tak mematuhi imbauan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tentang gelaran Liga Indonesia 2015.

Kemenpora akhirnya menyerah dan mencabut surat keputusan pembekuan PSSI pada 10 Mei 2016. FIFA langsung meresponsnya pada 13 Mei 2016 dengan mencabut sanksi untuk Indonesia dan kembali mengakui keanggotaan PSSI. Brunei Darussalam juga pernah terkena sanksi FIFA selama dua tahun.

Itu terjadi setelah pada September 2009 pemerintah Brunei membekukan Federasi Sepak Bola Brunei (BAFA) dan menggantinya dengan FADB pada Desember 2008. FIFA mencabut sanksi itu pada Mei 2011 setelah mengakui Federasi Sepak Bola Brunei yang baru, NFABD.

Ethiopia juga sempat terkena sanksi FIFA 10 bulan. Itu terjadi gara-gara pemerintah Ethiopia menyingkirkan Ketua Umum Federasi Sepak Bola Ethiopia (EFF) pada Januari 2008. Sanksi itu akhirnya dicabut FIFA pada November 2008 setelah Ethiopia menunjuk Ketua Umum EFF tanpa intervensi pemerintah.

Masih ada beberapa negara lain yang terkena sanksi FIFA karena intervensi pemerintah seperti Peru 1 bulan, Yunani 4 hari, Kuwait 1 bulan, dan Nigeria 2 minggu.

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, belum ada bukti mengenai narasi berisi klaim FIFA mengancam akan membekukan seluruh liga sepak bola Indonesia selama 8 tahun.

Sejauh ini, Presiden FIFA Gianni Infantino merespons tragedi Kanjuruhan dengan ucapan belasungkawa dan menyebut tragedi itu sebagai hari gelap bagi Dunia sepak bola. Namun, Presiden FIFA sama sekali tidak menyebutkan sanksi yang bakal diterima Indonesia.

FIFA memang pernah menjatuhkan sanksi kepada sejumlah negara berupa penghentian aktivitas sepak bola. Namun, sanksi tersebut umumnya karena alasan politik akibat intervensi pemerintah setempat.

Sumber: https://cekfakta.com/focus/10628

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya