Janji Kampanye Netanyahu Menggemparkan, Palestina Jadi Taruhan

PM Israel Benyamin Netanyahu sampaikan janji kampanye 2019
Sumber :
  • Video CNN

VIVA – Sepekan sebelum berlaga di Pemilu Israel, Perdana Menteri Benyamin Netanyahu menyampaikan janji kampanye menggemparkan. Pascaterpilih nanti, dia akan menganeksasi secara penuh wilayah Tepi Barat. Area itu selama ini didiami oleh tak sedikit warga Palestina. Tak hanya Palestina, dunia bereaksi atas ucapan Netanyahu. Apa saja implikasi dan bahayanya apabila pencaplokan dilakukan?

Arab Saudi Kecam Israel Soal Serangan Darat di Rafah

Tak sekali dua kali PM Israel Benyamin Netanyahu bicara keras menekan Palestina. Pemimpin Israel tersebut memang cenderung mengedepankan pendekatan hard power dalam menangani konflik Israel-Palestina. Namun kali ini rencana Netanyahu tak hanya mengejutkan bagi Palestina namun juga bagi dunia internasional. 

Demikian pula dengan negara-negara Arab di sekitar mereka. Selasa kemarin, PM Netanyahu menegaskan bahwa apabila dia menang kembali di pemilu yang akan dihelat Selasa, 17 September 2019 mendatang maka dia akan menganeksasi Tepi Barat termasuk di dalamnya Lembah Yordan dan bagian utara wilayah Laut Mati.

Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji, Menag Bertolak ke Arab Saudi

“Ada satu wilayah penuh yang mana Israel akan menunjukkan kedaulatannya di sana segera setelah pemilu,” kata Benyamin Netanyahu.

Tepi Barat selama berdekade dikenal sebagai wilayah Palestina. Namun pada 1967 melalui perang enam hari, Israel merebut Tepi Barat dari Yordania dan mengklaim wilayah itu sebagai teritorinya. Sebenarnya secara umum, dunia internasional menganggap Israel selama ini mengokupasi Tepi Barat.  Pelan-pelan tapi pasti, Israel mulai membangun permukiman warganya di wilayah itu. 

Sindir Wacana Presidential Club, PDIP: Menunjukkan Indikasi Prabowo Kurang Pede

Secara resmi hingga saat ini, Netanyahu belum pernah mengungkapkan akan mencaplok total Tepi Barat. Apalagi di sana masih banyak warga Palestina yang tinggal dan justru disebut Israel sebagai pemukim ilegal. Israel selama ini memang berusaha mengontrol wilayah itu.

Sementara untuk Lembah Yordan, Netanyahu sebagaimana dilansir laman CNN Amerika memang pernah mengungkapkan untuk mengambil alihnya pada tahun 2014. Namun lima tahun terakhir, hal tersebut tak dieksekusi secara agresif. 

Lembah Yordan merupakan wilayah paling luas di bagian timur Tepi Barat yang sebagian areanya berada di bawah permukaan laut dan dialiri sungai Yordan. Tepi Barat sendiri dinamakan demikian karena letaknya berada di bagian barat tepi sungai Yordan itu.Diketahui wilayah dataran rendah Tepi Barat banyak dihuni warga Palestina maupun keturunan Arab-Israel. Sementara di bagian dataran yang agak tinggi, di sana warga Israel kebanyakan tinggal.

Secara de facto disebutkan bahwa Israel dalam 50 tahun terakhir sebenarnya mengontrol Tepi Barat dengan kekuatan militer yang dimiliki sekalipun tak mau secara resmi mengakui adanya aneksasi. Dikutip dari Jerusalem Post, warga Israel yang ada di Tepi Barat dianggap sebagai warga negara. Namun warga Palestina dianggap bukan warga oleh Israel dan tak punya hak politik sekalipun mereka tetap memilih hanya untuk pemilihan lokal Palestina.
 
Bagi sebagian kalangan Israel khususnya yang menganut Yehuda, Tepi Barat dianggap sebagai jantung utama wilayah Israel yang menjadi tempat peristiwa sejarah dalam Perjanjian Lama terjadi termasuk Yudea dan Samaria. Khusus untuk Tepi Barat, Israel selalu mengklaim teritori itu. Tidak demikian sebelumnya dengan Lembah Yordan yang selama ini cenderung masih bisa diperdebatkan.

Peta Tepi Barat

Namun tegasnya Netanyahu soal Lembah Yordan kali ini yang membuat mata dunia tertuju pada konflik Israel-Palestina. Lembah Yordan cenderung dianggap wilayah buffer ‘penyangga’ antara warga Israel dan Arab dan daratan penghubung ke Yordania, Irak hingga Arab Saudi. Maknanya, bukan berarti Lembah Yordan tak penting karena pada 1995, PM Israel Yitzhak Rabin pada saat itu pun menilai bahwa Lembah Yordan adalah wilayah pertahanan Israel. Cuma, Rabin termasuk tokoh dari partai Kiri-Tengah yang cenderung mengedepankan upaya perdamaian.

Apa Tujuannya?

Tak ayal Netanyahu kemudian memunculkan isu baru walau “barang lama” tersebut pada masa kampanye kali ini. Netanyahu diketahui didukung oleh Partai Likud dan koalisi sayap kanan yang konservatif. Di Pemilu Israel, dia bersaing dengan Partai Biru dan Putih yang mengusung calon mantan Panglima Militer Israel Benny Gantz.

Partai Biru-Putih menyatakan bahwa kicauan Netanyahu tak lain adalah bagian propaganda. Sayangnya cara Netanyahu akan mencaplok Lembah Yordan dianggap sangat vulgar. Partai Biru dan Putih sendiri selalu menekankan bahwa Lembah Yordan adalah milik Israel namun mereka akan menggunakan  cara berbeda untuk mencapai klaim tersebut.

“Biru dan Putih selalu tegas menyatakan bahwa Lembah Yordan adalah bagian dari Israel untuk selamanya,” dirilis partai tersebut.

Namun memang setelah PM Netanyahu menggaungkan pencaplokan total Tepi Barat dan termasuk Lembah Yordan, kaum konservatif dan kalangan Israel tulen langsung menunjukkan dukungan.
 
Komunitas permukim Israel di Tepi Barat khususnya Kota Hebron menyambut baik ide Netanyahu tersebut. “Ini sungguh sebuah kemajuan besar,” kata juru bicara Komunitas Israel Hebron, Yishai Fleischer.

Namun diplomat yang sejak lama sudah menjadi negosiator Palestina, Saeb Erekat terkejut dengan pernyataan Netanyahu tersebut sekalipun maksud itu belum tentu bisa segera diwujudkan pascapemilu. Namun dukungan kuat dari Amerika Serikat dinilai bisa memberi keberanian dan menambah kepercayaan pemerintahan Netanyahu untuk melanggengkan kekuasaan secara paksa tersebut.

“Apabila aneksasi dilakukan maka akan mengubur semua upaya perdamaian yang bukan tak mungkin terwujud. Demi kedamaian 100 tahun ke depan. Oleh karena itu harus membantu menyetop kegilaan ini. Aneksasi adalah kejahatan perang,” kata Erekat.

Apartheid

Sementara para pemimpin negara-negara Arab langsung bereaksi atas rencana aneksasi total di wilayah Palestina yang lebih luas lagi. Liga Arab kemudian mengadakan forum konsultasi pada Selasa malam tak lama setelah PM Netanyahu mengumumkan rencana program masa depan pemerintahannya itu melalui siaran langsung di stasiun televisi.

Para menlu negara-negara Arab yang berkumpul di Kairo menilai bahwa rencana tersebut adalah sebuah rencana berbahaya bahkan sebuah agresi Israel yang akan melanggar hukum internasional.

“Bagai mengubur upaya perdamaian hanya demi kepentingan menang pemilu sungguh tindakan yang tak bertanggung jawab, berbahaya sekali,” kata Menlu Yordania Ayman Safadi.

Hal senada disampaikan Menlu Turki Mevlüt Çavu?o?lu yang turut mengecam PM Netanyahu.

“Janji kampanye Netanyahu yang membawa pesan ilegal, pelanggaran hukum, agresif kepada calon pemilihnya ini menunjukkan sebuah negara yang Apartheid,” kata Mevlüt dikutip dari The Guardian.

Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa janji kampanye Netanyahu jelas akan membuat runyam kesepakatan damai termasuk upaya Two States Solution yang selama ini dijajaki. Sikap unilateral Israel dalam hal ini tak bisa ditoleransi.

“Semua upaya Israel untuk memaksakan aturan mereka sendiri, yurisdiksi hingga administrasi di wilayah pendudukan Tepi Barat tak akan didukung hukum internasional,” kata Guterres.

Indonesia yang sejak awal terus memperjuangkan dukungan terhadap Palestina juga mengecam keras janji kampanye ugal-ugalan Netanyahu tersebut.

"Indonesia mengecam keras pernyataan Perdana Menteri Netanyahu yang menjanjikan aneksasi Israel atas sebagian Tepi Barat jika dirinya berkuasa kembali setelah pemilu. Pernyataan tersebut jelas bertentangan dengan hukum internasional dan berbagai resolusi PBB serta mengancam kelangsungan proses perdamaian," kata Plt Juru Bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya