Pertemuan Jokowi-SBY, Tabayun Hingga Redam Tensi Politik

Presiden Jokowi terima SBY saat di Istana Negara, beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Setpres/Cahyo Bruri Sasmito

VIVA.co.id – Presiden RI Joko Widodo dan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, berbincang santai di Beranda Istana Merdeka. Sembari menyeruput teh, dua tokoh nasional itu duduk di kursi kayu besar yang menghadap taman Istana nan asri. Keduanya saling bercengkerama, sesekali tertawa lepas.

Jokowi memang sering menggunakan Beranda Istana Merdeka untuk menjamu tokoh-tokoh nasional dan tamu negara. Dis itu, Jokowi biasa mengajak para tamunya berbincang membahas berbagai macam persoalan. Gaya komunikasi dengan tamu yang dianggap dekat dan penting ini kemudian disebut Jokowi dengan 'Veranda Talk'.

Siang itu, Kamis, 9 Maret 2017, Jokowi menyambut kedatangan SBY di Istana Merdeka. Pertemuan kedua tokoh nasional ini memang sangat dinanti. Maklum, beberapa waktu terakhir ini, hubungan SBY dan Jokowi dipersepsikan renggang. Keduanya pernah saling berbalas kritik di media sosial, yang tak jarang menimbulkan kegaduhan politik.

Puncaknya, ketika Jokowi menyebut ada kekuatan politik dalam aksi massa 411 di depan Istana Negara. SBY tersinggung, karena dari kasak kusuk yang dia dengar, ada yang menyebut bahwa SBY yang mendanai aksi tersebut. Rumor itu seolah menyiratkan kekuatan politik yang dimaksud Jokowi adalah SBY.

SBY juga sempat menuding keputusan pemberian grasi terhadap Antasari Azhar politis. Alasan SBY waktu itu, usai pemberian grasi oleh Presiden Jokowi, Antasari mulai terang-terangan soal dalang di balik kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnain. Sasaran Antasari Azhar tak lain adalah SBY.

Dalam suatu kesempatan, Ketua Umum Partai Demokrat itu mengaku sudah dijadwalkan akan bertemu Presiden Jokowi. Namun, SBY mengklaim ada figur tertentu yang menghalangi rencana Presiden menemuinya. Meski tak dirinci siapa figur itu, SBY menyebut sosok itu adalah orang yang berada di belakang Jokowi.

Kini, prasangka itu seolah memudar. Pertemuan Presiden Jokowi dengan SBY menjawab penasaran banyak pihak tentang hubungan dua tokoh ini. Keduanya menyempatkan berbincang empat mata, dilanjutkan veranda talk sambil minum teh. Jokowi bersyukur seiring waktu, pertemuannya dengan SBY akhirnya terwujud.

"Ya seperti yang sudah sering saya sampaikan. Bolak-balik kan sudah saya sampaikan, bahwa saya akan mengatur waktu untuk beliau. Pak SBY, dan hari ini alhamdulillah, beliau pas juga ada waktu dan beliau juga ada maka kita janjian dan ketemu," kata Jokowi saat jumpa pers di Istana, Kamis, 9 Maret 2017.

PDIP: Pertemuan SBY dan Jokowi Bisa Redakan Tensi Politik

Jokowi memaklumi pertemuan dengan SBY baru bisa terwujud Rabu ini. Terkadang, tidak mudah mencari waktu dua tokoh yang sama-sama memiliki banyak kesibukan. Saat Jokowi punya waktu, SBY mungkin tidak, begitu sebaliknya. Setidaknya, banyak hal yang dibahas Jokowi-SBY pada pertemuan Kamis ini.

"Berbicara banyak hal, baik yang berkaitan dengan politik nasional, ekonomi nasional, namanya diskusi kan banyak hal dan hal yang lainnya," ujar Jokowi.

SBY Usul ke Jokowi Ada Klub Presiden dan Mantan Presiden

Selanjutnya... Tabayun

Tabayun

SBY pun semringah ketika Jokowi bersedia meluangkan waktu untuk bertemu di Istana Merdeka. SBY mengaku sudah lama merancang pertemuan ini, dan akhirnya bisa terwujud. SBY mendengar banyak yang sudah dicapai selama pemerintahan Jokowi. Terakhir, saat menerima kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al Saud dan menjadi tuan rumah KTT IORA.

Terlalu Dini Menyebut Demokrat Telah Merapat ke Pemerintah

"Ini menunjukkan bahwa Indonesia terus berperan di panggung internasional," kata SBY memuji Jokowi.

Presiden RI ke-6 ini berdiskusi dengan Presiden Jokowi membahas isu-isu politik nasional dan persatuan bangsa. SBY menegaskan komitmen RI sebagai negara Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pengayom bagi seluruh rakyat Indonesia. Sama seperti komitmen para mantan Presiden RI, SBY juga berharap Indonesia menjadi semakin lebih baik.

Dalam pertemuan tersebut, SBY menyadari jarangnya bertemu dengan Presiden Jokowi membuat banyak informasi yang tidak sepatutnya didengar baik oleh Presiden dan juga ia sendiri. Banyak informasi justru menguap menjadi pergunjingan di media sosial, tak jarang saling tuding dan membuat kegaduhan.

"Tadi suasananya baik sekali karena dapat dijadikan sebagai ajang tabayun. Dengan demikian, seperti yang saya duga, beliau tetap percaya bahwa seorang SBY itu juga ingin berbuat yang terbaik untuk negara ini, untuk pemerintahan beliau. Saya juga demikian, Pak Jokowi juga ingin betul membangun negara ini," bebernya.

SBY bersyukur bisa menjelaskan banyak hal kepada Presiden Jokowi, begitu pun sebaliknya, SBY mendengar apa yang disampaikan Presiden. "Alhamdulillah, ini awal yang baik karena tidak baik kalau ada miskomunikasi dan misinformasi di antara beliau dan saya, ataupun di antara kami yang pernah memimpin negara ini," terang SBY.

Ihwal bincang-bincang soal politik, SBY memposisikan diri dalam pertemuan ini sebagai mantan Presiden dengan Presiden. Pertemuan tersebut tidak membahas isu politik yang sangat teknis. Bagi SBY, isu politik akan mengalir sesuai dengan mekanisme yang ada. Tapi yang penting, ia dan Jokowi sepakat menyelamatkan negara Pancasila.

"Saya kira kerja sama politik apapun itu terbuka," tegasnya.

Jokowi merespons pernyataan SBY itu dengan menyambut baik tradisi politik dari Presiden sebelumnya kepada Presiden berikutnya. Ia juga berharap budaya estafet pembangunan yang sebelumnya telah dilakukan, agar dapat dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya. Semunya untuk kemaslahatan rakyat dan kebaikan negara.

"Saya kira ke depan tradisi yang baik, yang kedua budaya estafet harus kita miliki sehingga kita tidak memulai terus dari awal. Itu yang harus kita tradisikan," ujar Jokowi.

Selanjutnya... Redakan Tensi Politik

Redakan Tensi Politik

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Roy Suryo, mengatakan bahwa pertemuan SBY-Jokowi ini memang cukup singkat, tapi klimaks. Menurutnya, dalam pertemuan ini keduanya membahas estafet kepemimpinan dan perjalanan bangsa ke depan.

"Perlu saya sampaikan bahwa pertemuan ini murni membahas estafet kepemimpinan dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan," ujar Roy saat dihubungi VIVA.co.id, Kamis 9 Maret 2017.

Roy menegaskan, bertemunya kedua tokoh ini bukan karena permasalahan pribadi antara keduanya. Juga bukan membahas isu pemilihan kepala daerah. "Bukan soal pilkada, jauh lebih besar dari itu. Istilahnya terlalu kecil urusan itu (Pilkada) bagi Demokrat," kata Roy.

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini menjelaskan, terlalu singkat jika pertemuan tadi dinilai bahwa Partai Demokrat akan bergabung kepada pemerintah. Bahkan ini disebutnya sebagai pertemuan kenegarawanan. Kata Roy, dengan pertemuan ini membuktikan kalau keduanya tidak ada masalah pribadi.

"Terlalu singkat jika pertemuan ini diartikan Demokrat akan bergabung dengan pemerintah. Tidak ada satu pun pengurus yang masuk ke dalam ruang pertemuan," terang Roy yang kebetulan ikut mendampingi SBY ke Istana.

Senada, Ketua DPP PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno, menilai pertemuan tersebut bukan sekadar silaturahmi tokoh nasional, namun bisa meredakan tensi politik. Pertemuan keduanya bisa membangun persepsi positif dalam menjalankan pemerintahan.

"Ini bagus karena Pak SBY bisa share ke Pak Jokowi dalam memimpin pemerintahan," kata Hendrawan saat dihubungi VIVA.co.id, Kamis 9 Maret 2017.

Dia menambahkan pertemuan seperti ini harus didorong untuk kebaikan bangsa Indonesia. Komunikasi antartokoh negarawan ini diperlukan karena mengingat banyak agenda nasional ke depan. "Ini yang harus kita dorong. Apalagi kita ada kunjungan Raja Salman, dan masih Pilkada DKI," lanjut Hendrawan.

Pengawat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, menilai masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari pertemuan ini, bahwa Partai Demokrat telah merapat ke Istana. Bagaimana pun, menurut Pangi, pertemuan ini tentunya sangat menguntungkan Presiden Jokowi.

"Selama ini yang sering mengganggu pemerintah adalah Partai Demokrat. Namun lagunya Demokrat akan beda setelah bertemu Presiden Jokowi. Selalu dalam pertemuan bicara apa, siapa, dapat apa dan bagaimana. Selama the real oposisi itu Demokrat dan PKS, kalau Gerindra atau Prabowo bukan mengganggu pemerintahan," ucapnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya