- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Langit saat itu masih terlihat gelap meski beberapa jam lagi fajar menyongsong di timur Indonesia. Sebanyak 300 pasukan gabungan TNI-Polri Jumat, 17 November 2017 tepat pukul 04.00 WIT merangsek masuk ke dua lokasi yang dikuasai oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Dalam operasi gabungan tersebut pasukan TNI-Polri memiliki misi penyelamat dan pembebasan sandera Warga Negara Indonesia (WNI) yang disekap oleh OPM di dua desa yaitu di Desa Banti dan Kimbeli Distrik, Tembagapura, Papua.
Secara heroik pasukan gabungan TNI-Polri harus berjibaku dan kontak senjata dengan para OPM. Operasi ini juga tak semulus yang diperkirakan sebab meski sandera telah diamankan, upaya penyelamatan sandera dihujani peluru OPM.
Operasi penyelamatan sandera ini pun langsung dipimpin Kapolda Papua dan Panglima Kodam Cendrawasih. Mereka berjalan sejauh lima kilometer dari Markas Kepolisian Sektor Tembagapura menuju lokasi penyanderaan di Kampung Utikini.
Kapolda Papua, Apops Kapolri dan Pangdam Cenderawasih usai pembebasan sandera di Tembagapura.
Berdasarkan laporan Kepolisian, dalam operasi itu pasukan gabungan berhasil menyelamatkan 344 sandera yang terdiri dari 257 orang laki-laki, 63 perempuan dan 24 anak-anak. Mereka adalah warga suku Buton, Tator, Maluku, dan Jawa.
Selama operasi pembebasan, terjadi tembak-menembak antara aparat dan kelompok penyandera dari bukit di Utikini. Namun, aparat berhasil menguasai keadaan dan mengamankan para sandera, yang disebut berjumlah total 1.300 orang.
Seluruh sandera tersebut kemudian dievakuasi ke Polsek Tembagapura dan selesai pada pukul 12.00 WIT. Polisi memastikan situasi lokasi penyanderaan kondusif dan petugas melanjutkan operasi memburu kelompok OPM yang lari ke hutan.
Sebelumnya, upaya penyanderaan secara tidak langsung dilakukan oleh kelompok bersenjata yang mengatasnamakan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) pada 1.300 orang WNI di Tembagapura, Papua. Seluruh warga dilarang meninggalkan kampung dan memutuskan hubungan dengan luar.
Bahkan, posisi TPNPB saat itu menolak bernegosiasi dengan pihak Indonesia dan mereka menyiapkan para sandera tersebut sebagai perisai hidup ketika terjadi kontak senjata dengan aparat TNI Polri.