- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Kementerian Keuangan mencatat defisit APBN hingga Mei 2020 sebesar 1,1 persen dari PDB. Kondisi ini disebabkan gejolak perekonomian global 2020 dan pandemi corona covid-19.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ekonomi Indonesia akan semakin tertekan pada kuartal II-2020. Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan turun hingga minus 3,1 persen.
Meski begitu, Sri tetap menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 2,3 persen. Prediksi angka-angka tersebut masih bisa berubah karena ada kemungkinan terjadinya gelombang kedua pandemi corona.
Bila gelombang kedua corona terjadi, ekonomi dunia bisa anjlok hingga minus 7,6 persen pada 2020. Hal ini tentunya bisa mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia ke depannya.
Proyeksi ekonomi Indonesia di tengah pandemi corona menarik perhatian pembaca VIVAnews. Berikut berita seputar hal tersebut:
1. Defisit APBN 1,1 persen hingga Mei 2020
Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN hingga akhir Mei 2020 sebesar 1,10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp179,6 triliun. Realisasi itu 21,1 persen dari target APBN 2020 dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2020 sebesar Rp852,9 triliun atau 5,07 persen dari PDB.
2. Sri Mulyani akui menjaga ekonomi Indonesia tetap positif luar biasa menantang
Pemerintah optimistis ekonomi Indonesia sepanjang 2020 bisa positif di tengah tekanan ekonomi, akibat wabah virus corona (covid-19). Optimisme itu terjadi meskipun banyak lembaga internasional memproyeksikan ekonomi dunia akan negatif sangat dalam sepanjang tahun ini.
3. Ekonomi Indonesia kuartal II 2020 makin tertekan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi Indonesia akan semakin tertekan pada kuartal II-2020. Ekonomi Indonesia diperkirakan akan mulai mengalami kontraksi pada periode itu.