Trik Agar Anak Kuat Puasa Seharian

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak/anak makan.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Saat ini, bulan Ramadhan telah kita lalui selama kurang lebih nyaris tiga pekan. Namun, apakah si kecil telah mulai dilatih menjalani puasa selama ini atau banyak moms yang masih kebingungan mengajarkannya?

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Hal tersebut wajar bagi orang tua yang kerap kebingungan. Namun, moms tetap harus melatih si kecil berpuasa karena manfaatnya beragam di antaranya tubuh anak menjadi lebih sehat, makan terjadwal, hingga racun di dalam tubuh terbuang.

"Anak lebih disiplin karena makan dan minum selama bulan Ramadhan sudah terjadwal, anak menjadi belajar bersabar mengendalikan diri, melembutkan hati sang anak untuk membantu sesama, memupuk jiwa sosial tinggi pada anak, dan yang pasti dapat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT,” ujar Dokter Spesialis Anak Primaya Evasari Hospital, dr. Desy Dewi Saraswati, Sp.A, dikutip dari keterangan pers.

Puasa Selesai, Saatnya Panaskan Ranjang dengan Gaya Baru Ini!

Untuk mulai melatih si kecil, dokter Desy menyarankan dengan melatih pola tidur yang lebih terjadwal. Sebaiknya jadwal tidur anak harus disesuaikan ketika menjalankan ibadah puasa. Jika biasanya anak tidur pukul 21:00, coba ajak mereka tidur lebih awal seperti jam 20:00 atau 20:30 selama bulan puasa.

"Waktu tidur yang lebih awal membuat anak akan lebih mudah untuk dibangunkan saat sahur nanti," paparnya.

Haram Hukumnya Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri, Ini Penjelasannya

Lebih lanjut, Dokter Spesialis Anak Primaya Hospital Bekasi Barat, dr. Ayi Dilla Septarini, Sp.A, mengimbau agar anak dapat dibangunkan sekitar 30 menit sebelum waktu imsak. Sering kali terdapat kecenderungan anak sulit untuk bangun sahur. Namun, hal tersebut umumnya hanya terjadi pada masa awal bulan Ramadhan. 

"Kesulitan ini bertahap menghilang, seiring terbiasanya anak dengan jadwal yang ada," paparnya.

Setelah salat Subuh, si kecil bisa melanjutkan tidur sebelum memulai sekolah. Berikan jeda antara konsumsi makanan sahur dengan waktu tidur anak serta sebaiknya batasi kegiatan anak. Dokter Ayi juga tak menganjurkan anak jalan dalam jarak jauh atau melakukan olahraga yang menguras tenaga untuk mencegah mereka kehabisan energi. Biarkan mereka bermain 1 jam sebelum Maghrib.

“Masa-masa awal seorang anak berlatih puasa Ramadhan merupakan masa penyesuaian tubuh terhadap rasa lapar. Anak-anak mungkin akan terlihat lemas dan mengantuk. Biarkan mereka menghabiskan waktu tidur siang namun jangan sampai berlebihan. Tawarkan anak aktivitas seperti belajar mengaji, membaca buku, mewarnai, atau aktivitas yang menyenangkan lainnya,” ujar dr. Ayi Dilla Septarini, Sp.A, Dokter Spesialis Anak Primaya Hospital Bekasi Barat.  

Setelah mengatur pola tidur si kecil, moms bisa mulai memikirkan nutrisi saat puasa. Ketika sahur, dokter Ayi menyarankan agar anak mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik (IG) rendah yang dapat mempertahankan kadar gula darah lebih lama. Makanan-makanan IG rendah ini berfungsi memperpanjang waktu pengolahan energi dalam tubuh. Contoh makanan dengan IG rendah hingga sedang adalah beras merah, ubi, kacang hijau, roti gandum, apel, jeruk, pisang dan oatmeal.

"Selain itu, anak juga perlu asupan protein hewani atau nabati, lemak, dan serat sehingga dapat mempertahankan rasa kenyang pada anak. Konsumsi cairan yang cukup pada anak,” ujar dokter Ayi.

Saat berbuka puasa, dianjurkan agar sang anak hendaknya menyiapkan menu berbuka dengan indeks glikemik tinggi guna menaikkan gula darah. Ketika berbuka puasa tubuh memerlukan kadar gula dengan segera. Maka dari itu, kita bisa memberi si kecil buah segar, manisan buah, donat, kentang, atau roti dan kurma.

"Saat berbuka puasa bisa dimulai dengan takjil yakni hidangan yang manis-manis yang tetap sehat misalnya kurma atau sup buah, bukan cokelat atau permen. Sebab, anak butuh makan manis untuk mengganti kalori yang hilang. Setelah salat Maghrib, anak bisa dilanjutkan dengan makan besar. Setelah salat tarawih, anak bisa diberi kudapan yang bergizi seperti kroket atau risoles,” papar dokter Ayi

Terakhir, orang tua dapat memotivasi anak agar mau berpuasa. Lantas, bagaimana memotivasi si kecil ya? Berikut rekomendasi dr. Ayi Dilla Septarini, Sp.A, Dokter Spesialis Anak Primaya Hospital Bekasi Barat

a. Boleh memberi reward yang sederhana untuk membuat si kecil bersemangat, misalnya dengan membuatkan makanan atau minuman favoritnya untuk berbuka puasa.

b. Tanamkan keinginan berpuasa dalam hati anak-anak dengan cara memberikan pendidikan agama secara tersirat.

c. Beri anak pengenalan sederhana mengenai manfaat puasa untuk kesehatan, seperti untuk memperbaiki sel-sel kekebalan tubuh yang rusak agar ia tidak mudah sakit sehingga ia bisa belajar dan bermain lebih lama. Hal ini terjadi karena pada saat berpuasa, sistem kekebalan di dalam tubuh akan menghemat energi dengan cara meregenerasi sel-sel kekebalan tubuh yang rusak atau sudah tua untuk diganti dengan sel imunitas yang baru. Dengan memahami manfaat puasa untuk kesehatan, anak-anak tentu akan lebih bersemangat dalam menjalankan puasa.

d. Tumbuhkan semangat kompetitif. Misalnya, ibu bisa memberi contoh kepada si kecil mengenai teman-teman seusianya yang sudah mulai berpuasa. Dengan hal seperti ini, si kecil tentu akan kembali bersemangat dan tidak mau kalah dengan teman-temannya yang sudah mulai berpuasa.

e. Ajarkan puasa secara bertahap.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya