Pakar Sebut Posisi Hilal Belum Tampak di Seluruh Wilayah Indonesia

Teleskop pemantau hilal.
Teleskop pemantau hilal.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Avra Augesty

VIVA – Sore ini Kementerian Agama menggelar sidang isbat penentuan 1 Syawal 1441 Hijriah. Dalam sesi awal pemaparan hilal, pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya menegaskan bahwa tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1441 Hijriah bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari ini.

“Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,29 sampai dengan minus 3,96 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” ujar Cecep, Jumat 22 Mei 2020. 

Cecep menuturkan, Kementerian Agama melalui Tim Falakiyah melakukan pengamatan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia. Menurut Cecep, penetapan awal bulan hijriyah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam. “Saat ini, kita sedang melakukan proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya,” terang Cecep.

“Secara hisab, awal Syawal 1441H jatuh pada hari Minggu. Ini sifatnya informastif, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat,” tambahnya.

Dikatakan Cecep, rukyat adalah observasi astronomis. Karena itu, lanjut Cecep, harus ada referensinya. Cecep mengatakan bahwa kalau ada referensinya diterima, sedang kalau tidak berarti tidak bisa dipakai.

Posisi Hilal Awal Syawal 1441 Hijriah

Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal 1441 Hijriah atau pada 29 Ramadan yang bertepatan dengan 22 Mei 2020, di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 4,00 derajat; jarak busur bulan dari matahari: 5,36 derajat; umur hilal minus 6 jam 55 menit 23 detik.

Halaman Selanjutnya
img_title