Film Benyamin Dikritik Tak Layak Anak, Falcon Merespons

Launching album Benyamin Biang Kerok
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria

VIVA – Baru-baru ini pengamat sekaligus Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengeluhkan film Benyamin Biang Kerok, yang tengah populer di bioskop-bioskop. Dibintangi Reza Rahadian, film yang membawa kenangan pada aktor legendaris Benyamin Sueb itu dipandang tidak cocok ditonton anak-anak. 

Mediasi Max Picture dengan Penulis Film Benyamin Ditunda

Saat awal penayangan, menurut Tulus, film ini telah menampilkan adegan seorang yang merokok dengan sangat jelas. Tulus juga menuding bahwa film Benyamin sengaja menampilkan adegan merokok karena merupakan sponsor. 

"Film BBK sangat jelas pesan sponsor dari merek rokok _mild_ ternama, menampakkan bungkus rokok di meja, puntung rokok dan adegan merokok oleh Lidya Kandou, sebagai salah satu pemain BBK," ucapnya dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA Minggu 4 Maret 2018.

Dua Tuntutan Syamsul Fuad ke Falcon dan Max Pictures

Ia melanjutkan, meski dalam tayangan BBK banyak menampilkan suasana anak, seperti saat main bola atau belajar di taman bacaan, adegan tersebut, kata dia tetap dibumbui dengan adegan kekerasan fisik secara telanjang, dan atau kekerasan verbal.

Film Benyamin Biang Kerok

Penulis Benyamin Biang Kerok 1972 Bawa Bukti Asli

"Film BBK juga cenderung menampilkan adegan yang menjurus pada visualisasi pornografi dan porno aksi, terutama saat di suasana kasino (tempat perjudian) dan perilaku boss kasino yang diperankan oleh H. Komar," kata dia. 

Tulus pun menegaskan dengan citra Benyamin sebagai sosok yang humoris, film ini idealnya bisa ditonton anak-anak.

Tanggapan Falcon

Menanggapi kritik tersebut, Falcon Pictures yang memproduksi film Benyamin Biang Kerok angkat bicara. Produser Falcon Pictures, Frederica, mengatakan bahwa film itu memang bukan untuk anak. 

"Sensornya memang untuk berusia 17 tahun kok," ungkap Erica saat ditemui VIVA, Minggu 4 Maret 2018. 

Dia mengungkapkan bahwa, pihaknya tidak bisa mengontrol dan memonitor satu persatu penonton yang ada di bioskop. Namun dari segi sensor pihaknya telah jelas menentukan untuk 17 tahun ke atas. 

"Itu balik lagi ke kebijaksanaan dari masing - masing keluarga. Kalau mau spend time together, ya silahkan, tapi harus bisa memilih [tontonan]," kata dia. 

"Keluarga kalau mau mengajak anak harus bisa mengambil mana yang baik dan bisa diajarkan pada anak. Jadi kalau mau mengimbau ya dari keluarga ke anaknya, karena sensor kita memang 17 tahun," lanjut Federica. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya