Ini 5 Perbedaan Miracle In Cell No. 7 Versi Indonesia

Adegan di Film Miracle In Cell No. 7
Sumber :
  • Falcon Pictures

VIVA – Miracle In Cell No. 7 versi Indonesia telah selesai melakukan proses produksi. Hanung Bramantyo duduk di kursi sutradara. Sebagai sutradara, Hanung awalnya ingin buat pembeda. Untungnya, pihak rumah produksi, HB Naveen dan Frederica selaku produser menjaga Hanung agar tidak keluar jalur terlalu jauh.

Terbaru 'Agak Laen', Ini 7 Film Indonesia Tembus 1 Juta Penonton Dalam Satu Minggu

“Keterlibatan Bu Erika dan Pak Naveen sangat penting, karena sutradara mau tampil beda, ini tetap beda namun tetap dalam satu koridor,” ujar Hanung.

Hanung tidak menjiplak keseluruhan dari Miracle In Cell No. 7 versi Korea Selatan. Ada pembeda yang menekankan film ini berada di Indonesia, Berikut pembeda Miracle In Cell No. 7 versi Indonesia yang sempat disampaikan oleh Hanung.

5 Film Indonesia Paling Banyak Ditonton dan Terlaris Sepanjang Masa

1. Iklim
Jika anda telah menyaksikan Miracle In Cell No. 7 versi Korea Selatan maka sangat dipahami, iklim dalam film tersebut menjadi kunci dari alur cerita. Sayangnya, iklim Korea dengan Indonesia berbeda. Hanung tidak mau memaksakan hal ini. Maka ia mengubah jalan cerita yang terkait denga iklim tersebut. 

“Yang bisa kita lakukan lebih kepada antropologi, budaya dan iklim yang ada di Indonesia beda dengan Korea. Di Korea iklim mempengaruhi sekali,” ujarnya.

Jadi Aktor Pilihan Penonton di FFI 2022, Vino G Bastian: Enggak Menyangka!

2. Sistem Hukum
Hanung tidak mengadaptasi sistem hukum yang berlaku di Korea Selatan untuk Miracle In Cell No. 7 versi Indonesia. Namun, Hanung juga tidak akan menggunakan sistem peradilan yang ada di Indonesia. Hanung menciptakan dunia dan tatanan hukumnya sendiri dalam film tersebut.

“Kita hilangkan atribut. Enggak mau menampilkan ini negara Indonesia, dengan hukum ini, presiden ini. Negara sendiri, kota sendiri, bahkan nama penjara beda sendiri,” ujarnya.

Hanung melakukan hal tersebut karena belajar dari pengalaman sebelumnya. Ia menghindari ada pihak yang tersinggung jika menggunakan secara utuh sistem hukum atau apapun itu yang ada di Tanah Air.

3. Profesi Tokoh Utama
Dalam Miracle in Cell No. 7, prifesi Lee Young Gu digambarkan sebagai juru parkir. Dalam Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia, ayah sang anak diperankan Vino Bastian dengan nama karakter Dodo Rojak. Vino tidak menjelma sebagai juru parkir melainkan tukang balon.

“Saya berperan sebagai Dodo Rojak, tukan Balon dan memiliki disabilitas. Saya sudah nonton film versi Korea sudah lama,” ujar Vino.

Baca juga: Cerita Hanung Bramantyo 'Penjarakan' Pemain Miracle In Cell No.7?

4. Latar Tempat
Dalam salah satu foto yang dirilis oleh Falcon Pictures terlihat ruang Kartika dan Dodo Rojak, dua tokoh utama dalam Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia. Mereka tumbuh di lingkungan padat penduduk dan rumah yang hampir menempel dengan jalur kereta api.

“Temanya keluarga ekonomi menengah ke bawah, kereta itu kan jadi alat transportasi, tapi enggak bisa naik tapi berdekatan dengan tempat itu,” ujar Hanung.

Dalam foto lainnya, terlihat Kartika dan Dodo Rojak berinteraksi dengan pompa manual di dekat mereka. Vino memuji setiap pilihan syuting mereka. Menurut Vino, gambar-gambar tersebut cukup mewakilkan bagaimana keadaan Kartika dan Dodo Rojak.

5. Adegan Aksi
Selain nama-nama di atas, film ini juga dibintangi oleh Bryan Domani, Mawar De Jongh, Graciella Abigail, Indro Warkop, Tora Sudiro, Deni Sumargo, Rigen dan Indra Jegel. Vino mengatakan, akan ada salah satu adegan yang mengharuskan beberapa pemain melakukan adegan laga atau aksi.

Ada adegan action-nya, Mas Hanung yang create,” ucap Vino.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya