- ist
VIVA – Nama Ferdi Ali pernah akrab di telinga pecinta FTV Tanah Air. Wajahnya mebintangi banyak judul FTV. Selain itu, Ferdi Ali juga pernah berakting dalam dua judul layar lebar.
“Yang pertama di tahun 2005 dan yang kedua di tahun 2007. Setelah itu saya enggak pernah main film lagi,” ujar Ferdi saat ditemui baru-baru ini di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.
Setelah 15 tahun wajahnya tidak muncul dalam layar lebar, kini Ferdi Ali kembali. Ia berakting dalam film bergenre horor dengan judul Teluh. Peran yang dimainkan Ferdi merupakan salah satu tokoh sentral.
Ferdi Ali
- ist
“Saya berakting sebagai Yuda, anak dari karakter yang juga dimainkan di film ini. Saya ceritanya sebagai anak yang terlahir dari tiga saudara," kata Ferdi.
Meski lama tidak berakting untuk layar lebar, Ferdi Ali tidak menemui banyak kesulitan kali ini. Ia merasa bersyukur dengan orang di balik kamera yang mendukung penuh para pemain, salah satunya sang sutradara, Dedy Mercy.
“Ini jadi comeback saya ke film dari tahun 2007 terakhir main film kan,” ucap Ferdi.
Film itu diproduksi 786 Production, Mercusuar Films, Black Horse Entertainment dan Morning Sky Entertainment. Teluh memilkii latar cerita tahun 1990an di sebuah wilayah di tanah Jawa.
Salah Satu Adegan di Film Teluh
- ist
Teluh mengisahkan balas dendam atas rasa sakit hati yang paling puncak. Berawal dari meninggalnya Yulia, seorang karyawati dari perusahaan batik milik keluarga Pak Indra.
Enam bulan kemudian, keluarga Pak Indra mendapat kiriman Bola Api (Daru) yang jatuh tepat di atap rumahnya. Dalam tradisi masyarakat Jawa saat itu, jatuhnya Daru pada sebuah tempat, merupakan malapetaka bagi penghuni tempat tersebut.
Daru juga merupakan pertanda adanya teluh. Sejak peristiwa itu, satu per-satu keluarga Pak indra mengalami hal yang aneh dan mistis. Keluarga Pak Indra pun berupaya melawan pengaruh teluh itu.
Selain Ferdi Ali, film yang telah tayang sejak 20 Januari 2022 itu juga dibintangi oleh Baron Hermanto, Monique Henry, Nadira Sungkar, Farahdiba Ferreira, Daisy S. Brata, Vonny Anggraini, Yati Pesek dan P. Waluyo.
