Sandiaga Uno: Sineas Lokal Harus Kembangkan Pontensi Daerah

Sandiaga Uno
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Perfilman merupakan salah satu subsektor yang terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja. Industri perfilman juga memiliki multiplier effect untuk mempercepat pemulihan ekonomi, berkontribusi terhadap pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta mengangkat local hero, khususnya komunitas film pendek daerah.

Ajak Warga Sumut Sukseskan PON 2024, Usung Tagline 'Apa yang Kau Bisa Mainkan'

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berharap para sineas muda daerah terus meningkatkan kemampuan dan mengembangkan kreativitasnya.

"Selamat berkreasi, ciptakan karya-karya hebat, kembangkan potensi daerah, dan buktikan kita mampu jadi agen perubahan untuk masa depan. Semoga film pendek akan semakin berjaya dan dapat berpartisipasi dalam berbagai festival film lainnya baik skala nasional dan internasional," ujar Sandiaga Uno dalam acara Meet and Greet Family Sunday Movie melalui virtual, Kamis, 24 Februari 2022. 

Prilly Latuconsina Ketahuan Masak Pakai LPG 3 Kg, ESDM Beri Sindiran Menohok

Meet and Greet Family Sunday Movie (FSM) merupakan salah satu rangkaian dari program Family Sunday Movie 2022 yang diinisiasi oleh Kemenparekraf/Baparekraf melalui Direktorat Ekonomi Kreatif dan Produk Digital. FSM sendiri adalah sebuah festival film pendek untuk memberikan apresiasi bagi para pelaku industri perfilman khususnya film indie di Indonesia, sekaligus untuk mempromosikan karya film pendek yang terpilih.

Melalui Family Sunday Movie diharapkan tercipta wadah bagi para sineas daerah untuk mengangkat film pendek agar mampu bersaing, dan menjadi kebanggaan dalam industri perfilman Indonesia. Para sineas muda daerah juga mendapat kesempatan yang sama untuk menampilkan karya-karyanya, mendapatkan pengalaman berkompetisi, mengasah kemampuan untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi, serta membuka peluang untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dan berdampak ekonomi yang berkelanjutan.

Motor Bekas Merek Ini Jadi Primadona Anak Muda Ngabers, Harga Mulai Rp17 Jutaan

Ajang Family Sunday Movie (FSM) sendiri mendapat respons yang positif dari para sineas lokal. Sebanyak 215 film sudah terdaftar dalam kurun 11 hari, terhitung sejak 2 hingga 12 Februari lalu.

"Jika 1 komunitas membutuhkan tenaga sekitar 30 orang, dengan 215 film artinya ada sekitar 6.450 tenaga kerja yang terserap. Ini menjadi sinyal kebangkitan sektor ekonomi kreatif," lanjut Sandiaga Uno.

Setelah melalui tahap seleksi dan kurasi, terpilih dua film peraih official selection FSM Februari, yaitu :

1.  Film Maramba, karya Sutradara Riandhani Yudha Pamungkas dari Komunitas Etanan Films untuk genre film dokumenter;
2. Film Gemintang, karya Sutradara Irfan Akbar dari Komunitas Gresik Movie untuk genre film fiksi.

Menparekraf Sandiaga Uno berkesempatan memberikan sertifikat sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras tim produksi dalam menghasilkan film pendek yang berkualitas. Sementara bagi peserta yang belum terpilih, Sandiaga berharap agar tidak berkecil hati. Sebab, program Family Sunday Movie 2022 masih akan terus berlanjut setiap bulannya hingga Oktober 2022.

Para sineas yang belum sempat berpartisipasi di bulan Februari dapat mendaftarkan karyanya pada bulan Maret mendatang. Pendaftaran akan dibuka kembali mulai 2 sampai 12 Maret 2022. Adapun informasi lengkap mengenai FSM dapat diakses melalui www.familysundaymovie.com. 

Direktur Musik, Film, dan Animasi Kemenparekraf/Baparekraf, Mohammad Amin menyatakan, ajang FSM membuktikan bahwa sineas lokal produktif dalam menghasilkan karya yang luar biasa.

“Antuasiasme begitu tinggi terhadap program Kemenparekraf untuk mendukung perkembangan film indie di Indonesia melalui karya-karya sineas atau komunitas film lokal. Kegiatan FSM juga memberi dampak yang signifikan terhadap pergerakan roda ekonomi, bertumbuhnya lapangan kerja, dan banyaknya tenaga kerja," ujarnya.

Anak muda kreatif

Ketua Family Sunday Movie, Emil Heradi menambahkan, komunitas film yang tersebar di seluruh provinsi turut berpartisipasi menunjukkan potensi, minat yang besar, dan sumber daya kreatif anak-anak muda Indonesia dalam bidang audio visual.

Berdasarkan domisili muasal ratusan film yang berpartisipasi ini juga menggambarkan keberagaman warna dalam karya yang menampilkan variasi tema cerita, perspektif yang berbeda-beda dalam memperlihatkan kearifan lokal, isu hangat dari masing-masing daerah, serta kebhinekaan dan kesatuan yang terangkum apik dalam sebuah karya seni film pendek. 

“Proses kurasi seluruh film pendek yang mendaftar baik film fiksi maupun dokumenter dilakukan secara objektif. Yang terpenting bukanlah siapa penggarapnya, melainkan menitikberatkan pada orisinalitas ide, keunikan, dan kemampuan bercerita, serta kualitas teknis sinema yang memenuhi kaidah film pendek,” tutur Emil. 

Emil berharap ke depannya FSM dapat menjadi barometer perkembangan industri film pendek di Indonesia. “Semoga FSM dapat menjadi sahabat bagi partisipan untuk belajar dan maju bersama menuju kesuksesan,” pungkasnya.

Riandhani Yudha Pamungkas dari Komunitas Etanan Films menilai, ajang FSM merupakan festival film yang sangat terbuka dan tidak membatasi siapapun untuk mendaftarkan karyanya. "Tidak banyak persyaratan yang memberatkan kreator dalam mempresentasikan karyanya. Ini salah satu wadah yang benar-benar membebaskan kami mengekspresikan apa yang ingin kami buat dan apa yang ingin kami apresiasi di dalam karya film," tuturnya.

Sementara sutradara, penulis, dan pegiat film nasional, BW Purbanegara menyatakan, ajang FSM menarik lantaran rentang waktunya yang panjang. Hal ini akan memacu para komunitas film untuk terus produktif sepanjang waktu. “Ini penting agar kapan pun para sineas memiliki ide, maka dapat langsung membuat  film. Karena tidak bisa dipungkiri, banyak dari komunitas yang terstimulasi untuk berkarya jika ada festival saja,” ungkapnya. 

Acara Meet and Greet Family Sunday Movie juga turut dihadiri oleh para kurator yakni Mohamad Ariansah, Wicaksono Wisnu Legowo, Batara Goempar, dan Damas Cendekia. Adapula Sutradara dan Penulis Bobby Prasetyo, serta BW Purbanegara yang juga Penulis dan Sutradara, Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, serta seluruh Kepala Dinas atau perwakilan pemerintah daerah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya