Cerita Putri Bungsu Sri Sultan HB X Tak Kesampaian Merasakan Ngidam

Putri Bungsu Sri Sultan HB X, GKR Bendoro alias Jeng Reni.
Sumber :
  • VIVA/Daru Waskita (Yogyakarta)

VIVA – Kurang dari empat bulan lagi, Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB X akan menimang seorang cucu dari putri bungsunya GKR Bendoro yang kini tengah hamil anak kedua dengan usia kehamilan yang sudah menginjak enam bulan.

PKL Malioboro Nurut Direlokasi, Tapi Kalau Bisa Habis Lebaran

Meski sang jabang bayi sangat sehat, namun Jeng Reni, panggilan akrab GKR Bendoro ini tidak ingin mengetahui jenis kelamin buah hati keduanya dan ingin hal itu menjadi kejutan.

“Bagi saya seorang anak perempuan dan laki-laki sama saja. Kita menerima anugerah yang diberikan Tuhan kepada keluarga kita,” kata Jeng Reni di sela-sela acara Wahana Jejak Nutri yang digelar oleh PT Sari Husada di Taman Pintar, Kota Yogyakarta, Jumat, 14 September 2018.

Sri Sultan HB X Nonton Losmen Bu Broto, Maudy Koesnaedi Deg-degan

Istri dari KPH Yudonegoro itu mengatakan, dalam masa kehamilan baik yang pertama dan yang kedua kali ini ia sebenarnya ingin merasakan yang dinamakan ngidam atau nyidam. Sayang, hal itu tidak pernah dirasakan seperti wanita hamil kebanyakan.

“Sebenarnya saya itu ingin merasakan nyidam itu seperti apa. Namun, dua kali hamil belum pernah merasakannya. Ya, hamil biasa saja ndak ada nyidam sama sekali,” ujarnya.

Tak Disangka, Ternyata Sri Sultan HB X Pernah Koleksi Motor China

Dalam usia kehamilan yang menginjak bulan keenam ini, Jeng Reni mengaku masih melakukan aktivitas seperti biasanya dan tidak melakukan senam ibu hamil, karena banyaknya aktivitas sudah bisa menjadi pengganti senam ibu hamil.

“Ya itu tadi, saya jalan terus, naik tangga dan turun tangga. Aktivitas biasa saja, namun yang penting kebutuhan nutrisi bayi yang ada dalam kandungan dipastikan cukup,” ucap wanita kelahiran Yogyakarta, 18 Oktober 1986 itu.

Karena yang dikandung saat ini adalah anak kedua, maka tidak akan ada acara tradisi tujuh bulanan atau mitoni, karena tradisi mitoni hanya berlaku untuk anak pertama saja. Meski begitu, ia mengungkapkan bahwa pihak keluarga akan menggelar acara syukuran kecil-kecilan saat usia kehamilannya mencapai tujuh bulan.

“Tidak ada tradisi mitoni, namun ada acara syukuran kecil-kecilan biar ndak meri (iri) dengan kakaknya yang pertama,” ucapnya sambil tersenyum.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya