Siasati Pandemi, Majelis Lucu Indonesia Lakukan Ini

Majelis Lucu Indonesia (MLI)
Sumber :
  • Majelis Lucu Indonesia

VIVA – Nama Majelis Lucu Indonesia (MLI) akrab di telinga para penikmat stand up comedy. Beberapa komika yang dinaungi MLI adalah Tretan Muslim, Coki Pardede, Ananta Rispo, Rigen Rakelna, Adriano Qalbi, Gian Luigi, Danny Adhitya, Dono Pradana, Priska Baru Segu, dan Dustin Tiffani.

Pekerja Seni: Aturan Tembakau di RPP Kesehatan Harus Dikaji Ulang

Biasanya, MLI hadir dalam bentuk event offline yang menghadirkan komikanya. Hanya saja, situasi pandemi COVID-19 seperti ini buat MLI tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa. Untuk itu, MLI kini bisa dinikmati melalui digital download.

"Dengan harapan semua kelas ekonomi masyarakat dapat menikmati konten special show stand up komedi dan konten lainnya di masa pandemi," kata CEO MLI, Patrick Effendy dalam secara virtual baru-baru ini.

Babe Cabita Meninggal Dunia, Oki Rengga: Janji Gak Nangis Tapi Ternyata Tidak Bisa

Pada fase pertama ini, MLI meluncurkan 5 konten eksklusif yaitu Lo Pikir Lo Keren dan Tau Deh Yang Pinter oleh Adriano Qalbi, Begituya oleh Kukuh, Wedding Proposal oleh Rigen Rakelna, dan Dewa Komedi Indonesia oleh Ananta Rispo. Disiarkan melalui OTT, Patrick mengatakan komika akan lebih bebas berekspresi. 

"Soal digital download ini memang sudah lama rencananya karena memang spesialnya MLI kan event. Setiap talent ada spesial show-nya ya, kalau dijual OTT kontennya agak uncencored,” kata Patrick.

Ungkapan Duka, Sandiaga Uno Kenang Kebersamaan dengan Babe Cabita

Tidak hanya konten ekslusif, MLI juga akan menghadirkan banyak konten komedi special show dari banyak stand up komedian Indonesia. Selama ini, MLI mengangkat fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang kebanyakan orang lain tidak berani mengangkat isu itu ke ranah publik karena dianggap terlalu sensitif dan bisa merugikan diri sendiri.

Baca juga: Para Komika Sepakat, Bintang Emon Susah Diajak Nakal

MLI merasa perlu mengangkat kestabilan isu ini sebagai distrupsi para sisi putih dan hitam. Mereka ingin mengajak masyarakat lebih berfikir bahwa di dunia ini semua adalah abu-abu.

"Santai saja, semua bisa dibawa dengan jenaka tanpa ada emosi saling membunuh satu sama lain. Tertawalah, karena tertawa itu bisa di beli," kata Patrick.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya