Serba-serbi Siraman Adat Jawa yang Akan Dijalani Kaesang Pangarep dan Erina Gudono Hari Ini

Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono
Sumber :

VIVA Showbiz – Prosesi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono berlanjut hari ini, Jumat, 9 Desember 2022. Agenda yang dijadwalkan hari ini yakni upacara majangtarup berupa pemasangan bleketepe, upacara cethik geni adhang sepisanan, hingga prosesi siraman di kediaman keluarga Erina. Begitu juga dengan Kaesang, akan melakukan prosesi siraman di kediaman keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Gibran Bereskan Pekerjaan Wali Kota usai Putusan MK, Siapkan Investasi Kecerdasan Buatan

Prosesi siraman Erina akan diikuti oleh Permaisuri Sri Sultan Hamengkubu Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, bersama istri Wakil Gubernur DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam X.

Siraman adat Jawa ini merupakan rangkaian prosesi pernikahan yang sangat sakral. Lantas, seperti apakah siraman adat Jawa ini? Dan bagaimana urutan prosesnya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Pria Ini Gugat Syarat Usia Pembuatan SIM ke MK karena Kagum 2 Bocah SD Motoran Madura-Jakarta

Upacara siraman adat jawa

Ilustrasi siraman nikahan

Photo :
  • Pixabay
Profil Putri Isnari, Pedangdut yang Dilamar Anak Pengusaha dengan Uang Panai Rp2 M

Dalam upacara pernikahan adat Jawa, terdapat rangkaian prosesi yang harus dilewati, seperti Upacara Tarub, Upacara Siraman, Upacara Ngerik, Upacara Midodareni, Upacara Ijab, Upacara Panggih. Berbagai rangkaian upacara tersebut dilakukan karena mempunyai makna sendiri-sendiri. Adanya berbagai macam rangkaian upacara dalam pernikahan tersebut, merupakan wujud kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini. 

Upacara Siraman merupakan prosesi dari rangkaian upacara pernikahan, untuk mengawali dalam merias calon pengantin. Dalam upacara ini, banyak terdapat lambang atau simbol yang dapat dijadikan sebagai pelajaran atau pedoman bagi calon pengantin, untuk mengaruhi kehidupan berumah tangga. 

Lambang atau simbol tersebut intinya mengenai petuah atau nasihat yang bermanfaat untuk bekal hidup calon pengantin. Sebelum dilaksanakan Upacara Akad Nikah, atau sehari sebelum acara panggih, diadakan Upacara Siraman. 

Dikutip dari laman Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Istime Yogyakarta, kata siraman berasal dari kata siram atau mandi yang berarti menyirami atau memandikan calon pengantin yang diikuti dengan niatan untuk membersihkan badan supaya bersih lahir batin. 

Upacara Siraman bisa diselenggarakan siang atau sore hari. Apabila dilaksanakan pada siang hari, biasanya dilaksanakan antara jam 10.00-11.00 dan sore hari antara jam 15.00-16.00 yang kemudian diteruskan dengan Upacara Midodareni. 

Dalam Upacara Siraman, umumnya dilaksanakan oleh para pinisepuh, khususnya yang sudah mempunyai cucu, atau paling tidak sudah berkeluarga dan mempunyai anak, serta mempunyai budi pekerti yang baik, sebab mereka ini akan dimintai berkahnya. 

Dalam Upacara Siraman, jumlah orang yang akan menyirami tidak dibatasi jumlahnya. Semakin banyak semakin baik, yang penting jumlahnya ganjil. Akan tetapi, supaya calon pengantin tidak kedinginan karena banyaknya yang nyirami, maka biasanya dibatasi hanya 7 orang. 

Acara siraman tersebut diakhiri oleh juru paes atau sesepuh dengan diikuti memecah kendhi. Prosesi memecah kendhi merupakan prosesi terakhir dalam Upacara Siraman. Dengan selesainya prosesi siraman, sebagai lambang bahwa calon pengantin sudah bersih lahir batin. Wajahnya menjadi bersinar sebagai lambang kesempurnaan. 

Dalam Upacara Siraman juga menggunakan sesaji. Adapun sesaji yang diperlukan dalam Upacara Siraman yaitu: 

- Air, dimana air diambil dari sumur yang bersih. Harapannya setelah digunakan untuk memandikan calon pengantin, dapat sebagai kekuatan kesucian lahir batin. Hal ini untuk menjemput turunnya para bidadari yang akan memberi berkah kepada calon pengantin. 
- Kembang setaman, yaitu mawar, melati, kanthil, dan kenanga yang dimasukkan ke dalam air yang akan digunakan untuk siraman. Tujuannya agar member aroma harum dan dan wangi. 
- Konyoh manca warna, yaitu lulur yang dibuat dari tepung beras dan kencur dicampur dengan warna yang berjumlah 5 warna yakni merah, kuning, hijau, biru, dan putih. Konyoh sebagai sabun yang dapat menghaluskan kulit. 
- Landha merang, santel kanil, banyu asem. Landha merang sebagai sampo, santen kanil untuk menghitamkan rambut, dan banyu asem sebagai kondisioner. 
- Kelapa yang tua sebanyak dua, yang diikat menjadi satu, sebagai pengikatnya adalah sabut kelapa, kemudian dimasukkan kedalam air yang sudah diberi kembang setaman. 
- Slemek lungguh (alas duduk), berupa klasa Bangka (tikar pandan) dengan ukuran sekitar satu meter persegi, mori satu lembar, dan jarik satu lembar, dedaunan yang terdiri dari daun kluwih, daun kara, daun apa-apa, daun awar-awar, daun turi, daun dhadhap srep, alang-alang, eri kemarung, dan dlingo bengle. 
- Jarik atau kain empat warna yaitu bango tulak yuyu sekandhang, kain lurik tenun berwarna coklat ada benang kuning, pulo watu yakni kain lurik warna putih garis hitam, dan kain yang berwarna jingga. 
- Kain mori satu lembar, sekitar dua meter, dan kain batik untuk slemek sebelum memakai mori. 
- Kain dua warna yaitu grombol dan nagasari. Tetapi kedua motif tersebut bisa diganti motif lainnya, asalkan motif tersebut berarti baik, seperti sidomukti, sidoasih, semen raja, semen rama, atau sidoluhur. 
- Sabun dan handuk, kelengkapan untuk membersihkan dan mengeringkan badan setelah mandi atau siraman. 
- Kendhi yang diisi air bersih untuk mengakhiri acara siraman. 
- Sesaji siraman. Sesaji siraman meliputi tumpeng robyong, tumpeng gundhul, dhahar anyepanyepan, pisang raja salirang, pisang pulut salirang yang isinya genap, pala gumantung, pala kependhem, pala kesimpar, empluk-empluk diberi bumbu pawon komplit, telur ayam kampung 3 1 butir, kelapa yang sudah dikupas kulitnya, gula jawa setangkep, cuplak ajug-ajug sebagai obor, kembang telon, jenang werna pitu, jajan pasar, jadah, jenang dodol, wajik, kacang cina atau kacang tanah direbus bersama kulitnya, dan ayam jago satu ekor. 

Tata urutan dalam prosesi Upacara Siraman yaitu : 

- Kembang setaman disebar di tempat yang telah diisi air, yang nantinya untuk siraman. Kemudian kelapa dua buah yang telah diikat dimasukkan ke dalam pengaron (tempat air yang untuk siraman). 
- Calon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman, kemudian dijemput oleh kedua orang tuanya dari kamar pengantin, kemudian digandeng menuju tempat siraman. Para pinisipuh yang bertugas membawa ubarampe mengiring dari belakang. Ubarempe ini berupa jarik grompol satu lembar, nagasari satu lembar, handuk, dan padupan. 
- Setelah semua siap, acara diawali dengan doa, kemudian orang tua mengawali menyiram calon pengantin menggunakan air yang telah tersedia. Orang yang pertama menyirami calon pengantin adalah bapaknya, diikuti oleh ibunya, dan para pinisepuh yang telah diminta untuk ikut menyirami calon pengantin dan memberi berkah. Siraman calon pengantin diakhiri oleh juru rias, atau sesepuh yang sudah ditunjuk atau disepakati. 
- Pada akhir siraman, juru rias atau sesepuh mengeramasi calon pengantin menggunakan landha merang, santen kanil dan banyu asem, serta meluluri tubuh dengan konyoh, dan menyiram lagi sampai bersih. Setelah itu, calon pengantin memanjatkan doa, dan kemudian juru rias mengucurkan air kendhi untuk berkumur, sebanyak 3 kali. 
Selanjutnya juru rias mengguyurkan air kendhi ke kepala sebanyak 3 kali, membersihkan muka, telinga, leher, tangan, kaki sebanyak 3 kali. Setelah air kendhi habis, juru rias memecah kendhi di depan kedua orang tua calon pengantin dengan mengucap (wis pecah pamore)
- Acara dilanjutkan dengan membawa calon pengantin menuju kamar pengantin. Calon pengantin digandeng oleh kedua orang tuanya menuju kamar pengantin untuk mengeringkan tubuh, dan disiapkan untuk melaksanakan Upacara Ngerik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya