Tuai Kontroversi, Hal Ini yang Diprotes dari DWP

Panggung tari tradisional di Djakarta Wareouse Project atau DWP
Sumber :
  • VIVA/Maria Margaretha Delviera

VIVA – Djakarta Warehouse Project 2019 di JIEXpo Kemayoran, Jakarta akhirnya mengantongi izin untuk digelar pada 13 sampai 15 Desember 2019. Pagelaran musik EDM itu akan menghadirkan DJ dari dalam dan luar negeri. Tahun ini dari Calvin Harris, Skrillex sampai Yellow Claw dan banyak lainnya akan mengajak penonton bergoyang selama acara.

5 Fakta Sosok DJ WW, Punya Cita-cita Jadi Pembalap hingga Langganan Tampil di DWP

Sayangnya, acara yang bertabur DJ ternama itu kembali menuai protes. Tahun ini organisasi masyarakat, Gerakan Pemuda Islam (GPI) yang mengajukan keberatan atas diselenggarakannya DWP. Hal itu timbul setelah mereka mengaku telah menyusup setiap tahun ke acara DWP.

Dari penulusurannya tersebut, GPI menilai acara itu sarat dengan penonton yang melanggar norma. Penonton yang asik bergoyang akan larut di bawah pengaruh minuman keras.

DWP 2022 Digelar Offline, Bakal Bangkitkan Perasaan Nostalgia

Selanjutnya prilaku mereka akan menggiring ke seks bebas bahkan penggunaan narkoba. Hal ini yang buat GPI keberatan. Dikutip dari berbagai sumber, GPI tidak menyinggung mengenai salah satu nama penampil dalam acara tersebut melainkan prilaku penonton.

“Para penikmat maksiat akan berkumpul JIExpo Jakarta dan melakukan pesta baik itu seks bebas maupun narkoba dan kegiatan minuman keras,” kata Rahmat dari GPI.

Dihadiri Puluhan Ribu, Bagaimana Pengamanan DWP yang Digelar Pekan Ini

DWP juga pernah diprotes pada 2017. Saat itu lebih banyak ormas yang terjun langsung ke JIExpo untuk menyampaikan pendapatnya. Sekiranya ada 50 orang yang menyampaikan aspirasinya. Mereka mengaku dari Muslim Kemayoran Bersatu (MKB), Front Pembela Islam (FPI), Laskar Pembela Islam (LPI), Bang Japar (Kebangkitan Jawara dan Pengacara) Indonesia, Paguyuban Warga Betawi (PWB), dan Forkabi Kemayoran.

Kala itu, alasan protes yang mereka lontarkan tidak jauh berbeda dari tahun ini. Dari spanduk yang mereka bawa saat itu, para ormas ini tidak mau tempat atau wilayah yang mereka gunakan untuk kegiatan ibadah, tercemar karena diadakannya DWP.

Massa juga sempat menyoal Anies Baswedan yang memberikan ijin. Mereka menyayangkan, Anies yang seorang muslim meloloskan DWP, yang mereka nilai penuh dengan hal yang tidak patut dilakukan.

Protes kala itu tidak berlangsung lama. Polisi tetap menjaga dan acara DWP berjalan seperti biasa. Tahun berikutnya, DWP pindah ke Bali. Hal ini minim protes seperti tahun sebelumnya dan tahun ini. Sekedar catatan, tahun ini ormas juga berencana untuk mendemo acara itu. Namun polisi juga telah berjanji memberikan pengamanan karena DWP telah mengantongi izin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya