Dadang Saputra Kemas Dangdut dalam Musik Klasik

Dadang Saputra
Sumber :
  • Shintaloka Pradita Sicca/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Tidak pernah terdengar sebelumnya, musik dangdut dikemas dalam musik orkestra klasik barat. Kemudian, pemuda Madiun, Dadang Saputra menciptakannya, dan diberi nama 'Potret Dangdut'.

Harvey Moeis Dinyatakan Tersangka Dugaan Kasus Korupsi, Sandra Dewi: Gue Takut Ditegur Tuhan

Karya ini untuk pertama kali dipertunjukkan dalam pagelaran Jakarta City Philharmonic ketujuh, Selasa malam, 19 September 2017. 

Sambutan tepuk tangan meriah pun didapatnya, setelah kondakter Budi Utomo Prabowo menyelesaikan tugasnya. Saputra memasukkan musikal dangdut dengan karakteristik melodi India, Arab, dan Melayu. 

Marion Jola Ngaku Pernah Selingkuh Sekali, Sisanya Diselingkuhin

"Ada permainan ritmis, kalau di dangdut biasanya ada iringan piano, saya taruh di timpaninya, dan ketakannya ada di bongonya," kata Saputra di Gedung Kesenian Jakarta.

Ia mengatakan, karya Potret Dangdut ini belum pada sebuah temuan, masih dalam tahap awal eksperimennya saja dan dia ingin merevisi komposisi dangdutnya kembali. Dia ingin identitas dangdut lebih terlihat, tanpa memberikan kesan vulgar dalam kolaborasi musik orkestra klasik barat ini. 

Karina Aespa dan Lee Jae Wook Dikabarkan Berkencan, Jatuh Cinta Pandangan Pertama di Milan?

Kemudian, Saputra menekankan bahwa karya musik yang ia ciptakan bukan sekadar penggambaran musik dangdut, melainkan terdapat muatan kritik sosial di dalamnya. Menurutnya, posisi musik dangdut terombang-ambing, antara benar dangdut adalah identik dengan rakyat, atau malah hanya sebagai alat hegemoni. 

"Sebetulnya, saya ingin mengkritik teman-teman dangdut supaya ngerti realitas, bahwa dangdut bukan hanya persoalan musik, tetapi ia berkaitan erat dengan aspek di sekitarnya yang lebih kompleks, seperti persoalan sosial, ekonomi, maupun politik," kata  pria kelahiran 19 Januari 1988 ini. 

Lewat musik 'Potret Dangdut', Saputra ingin mengelaborasi fungsi dangdut yang dilabeli sebagai 'musik rakyat', tetapi nyatanya saat ini yang berkembang hanya mengumbar sensualitas, atau perihal sensasional cinta. 

"Harapan saya sih, walaupun nantinya utopis, dangdut yang kadung disebut merakyat itu bagaimana caranya supaya bisa mengawal dan menyuarakan aspirasi rakyat, mampu membangkitkan kesadaran kritis masyarakat. Aspek edukasinya di situ yang jarang tersentuh," jelas Saputra yang sedikitnya mengidolakan Rhoma Irama dengan Soneta grup, sebelum terjun ke panggung politik. 

Konsep Potret Dangdut ini sendiri diciptakan Saputra sekitar tiga bulan lalu, tapi aransemen dangdut orkestra telah dia kulik selama kurang lebih setahun. Atas permintaan Budi Utomo Prabowo yang menjadi salah satu konseptor utana Jakarta City Philharmonic, Saputra akhirnya menampilkan karya Potret Dangdut ini. 

"Cengkok kan bukan tradisi tertulis, sedangkan orkes barat kan tertulisnya detail sekali. Jadi, mentranskripkan musik dangdut dalam orkes barat yang menjadi sulit sekali," ujar Saputra. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya