Epidemiolog UI: Vaksin COVID-19 AstraZeneca Manfaatnya Lebih Besar

Ilustrasi - Vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Vaksin AstraZeneca yang diperoleh Indonesia melalui fasilitas COVAX sebanyak lebih dari satu juta dosis sempat menimbulkan keraguan.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Laporan terjadinya pembekuan darah di beberapa negara di Eropa dan terkait kehalalan menjadi faktor yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca di program vaksinasi nasional.

Keraguan yang sempat muncul terjawab dengan keluarnya keputusan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Suka Hangatkan Makanan Sisa Buka untuk Sahur? Hati-hati Bisa Sebabkan Masalah Serius Ini

Kementerian Kesehatan selaku leading sector dalam vaksinasi nasional COVID-19 segera mengimplementasikan keputusan penggunaan ini dengan pengiriman vaksin COVID-19 AstraZeneca ke seluruh Indonesia.

Menanggapi kondisi ini, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus Epidemiolog, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH menegaskan bahwa acuan utamanya adalah menyelamatkan nyawa orang dan masyarakat luas.

3 Ramuan Herbal untuk Sembuhkan DBD, Bisa Dibuat di Rumah

Terkait kejadian pembekuan darah yang diindikasikan sebagai efek vaksin AstraZeneca, Prof. Hasbullah menyoroti bahwa kasusnya sangat kecil. “Kejadian yang tidak diharapkan bisa saja terjadi. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar manfaat keseluruhan untuk masyarakat.

"Tunggulah kata ahlinya seperti WHO terkait efektivitas dan keamanan vaksin. Jangan kita mengambil kesimpulan sendiri dan langsung menolak karena menolak vaksin efeknya bisa membahayakan orang lain,” paparnya.

Pemerintah, tambahnya, sudah semestinya mengambil kebijakan yang mengedepankan kepentingan orang banyak dan tidak menjadikan satu dua kasus menjadi pedoman atau pegangan dalam mengambil kebijakan.

“WHO mengatakan AstraZeneca bisa diteruskan. Manfaatnya jauh lebih besar. Kejadian itu juga belum terbukti efek dari vaksin,” katanya.

Sehubungan vaksin AstraZeneca yang sebentar lagi berakhir shelf life-nya, Prof. Hasbullah mengimbau untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dalam perhitungannya sebagai ahli di bidang kesehatan masyarakat, dengan stok sekitar satu juta vaksin dan kemampuan rata-rata vaksinasi 300-400 ribu per hari, maka dalam 3-4 hari vaksin COVID-19 AstraZeneca ini akan habis.

Prof. Hasbullah juga berbagi pengalaman bahwa meskipun dirinya sudah mendapatkan vaksin dua kali dan kekebalan tubuh terhadap COVID-19 sudah terbentuk, dalam kesehariannya tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Dari pengalaman dan keilmuan yang telah dipelajarinya, prokes 3M efektif untuk mencegah virus apapun masuk ke tubuh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya