Nekat Mudik, Tes Acak Arus Balik Akan Dioptimalkan

Petugas melakukan penyekatan terhadap pemudik yang pakai mobil.
Sumber :
  • tvOne/Teguh Sutrisno

VIVA – Mobilisasi massa yang sifatnya masif dan dilakukan dalam kurun waktu bersamaan punya potensi sebagai tempat penularan dan lonjakan kasus COVID-19. Hal itu sudah beberapa kali dialami Indonesia dan sudah beberapa kali pula sudah diingatkan pemerintah agar selalu hati-hati saat memasuki libur panjang dan perjalanan.

Bos Lion Air Jawab Teguran KPPU soal Harga Tiket Pesawat Mahal saat Lebaran

"Kami selalu berharap masyarakat bisa mengerti ya," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati dalam Serba-Serbi COVID-19 Kenapa Baiknya #TidakMudik ?, Selasa (11/5).

Sayangnya sudah dilarang, kata Adita, masih saja banyak masyarakat yang memaksa untuk mudik. Pihaknya mencatat, khusus untuk kendaraan pribadi dan sepeda motor sudah lebih 138 ribu kendaraan per hari keluar DKI Jakarta. Itu sebagian juga sudah diminta putar balik lagi.

Mudik 2024, Rekayasa Lalu Lintas Trans Jawa Mulai Dijalankan 5 April 2024

"Masih ada beberapa hari lagi peniadaan mudik. Mudah-mudahan masih bisa menahan diri untuk tidak mudik," ujarnya.

Dia menekankan, dalam melaksanakan aturan peniadaan mudik pemerintah tetap mengedepankan pendekatan humanis dan persuasif. Sehingga ketika terjadi penumpukan yang sulit dikendalikan, kepolisian melakukan diskresi. Dengan harapan, di titik selanjutnya bisa dilakukan penyekatan. Karena penyekatan memang berlapis.

Polri Siapkan Rekayasa Lalu Lintas Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024, Ini Skemanya

Untuk mengantisipasi dampak negatifnya, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah. Salah satunya dengan memperbanyak tes acak atau random testing Covid-19 kepada para pemudik.

"Kita juga akan melakukan random testing, sebagai upaya meminimalisasi potensi penularan di kampung halaman," ujarnya.

Kalaupun yang sudah sampai di kampung halaman, Adita meminta masyarakat melakukan karantina dan melakukan protokol kesehatan. Kalau bisa melakukan tes antigen mandiri. Jangan sampai pemudik membawa virus dan membahayakan keluarga yang ada di kampung halaman.
 
"Karena belum tentu daerah tersebut memiliki fasilitas kesehatan yang mencukupi. Indonesia ini luas sekali, bisa jadi daerah satu dengan yang lain fasilitas kesehatannya tidak sama," ujar Adita.

Dia menambahkan, pihaknya juga telah melakukan kajian untuk memprediksi arus balik yakni H+3 dan H+7 Lebaran. Untuk mengantisipasi arus balik, Kementerian Perhubungan juga mengusulkan khusus untuk sepeda motor dan kendaraan pribadi untuk dilakukan random testing yang lebih banyak secara volume maupun titik-titik pengetesan. Dengan begitu, Adita berharap, ketika pemudik kembali ke Jakarta penyebaran COVID-19 bisa diminimalisasi.

“Ini memang jadi tantangan tersendiri, karena daerah yang dilewati ini akses terhadap alat tes dan ketersediaan infrastruktur kesehatannya mungkin tidak sama,” kata Adita.

Dalam kesempatan yang sama, Tim Koordinator Relawan Edukator COVID-19 dr. Fajri Adda'i mengatakan, saat ini seluruh negara di dunia tengah mengalami pandemi, tidak hanya Indonesia. Dan semua mengalami kecenderungan naik lagi angka penularannya.

"Penyebabnya adalah adanya perpindahan masyarakat dengan besar pada waktu yang bersamaan, seperti yang terjadi di India," ujar dr. Fajri.

Peningkatan angka ini harusnya menjadi narasi kewaspadaan bagi semua pihaknya. Menurut dr. Fajri yang harus dipahami adalah pemerintah telah mengupayakan yang terbaik tetapi tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan masyarakat. Ini adalah kerjasama semua pihak untuk bergandeng tangan melawan pandemi.

dr. Fajri pun mencontohkan negara yang berhasil menghadapi pandemi dengan kedisiplinan. Di Samping vaksinasi, pelaksanaan protokol kesehatan yang baik jadi kunci. 

"Ada Selandia Baru, Australia, dan Taiwan bisa menghadapi pandemi dengan kedisiplinan menerapkan protokol Kesehatan," kata dr. Fajri.

Anggota Sub Bidang Mitigasi Satgas Penanganan Covid-19 dokter Falla Adinda terus mengingatkan soal adaptasi kebiasaan baru. Bahwa ada yang harus dilakukan, disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, jauhi kerumunan dan batasi mobilitas. 

"Sayangnya, dua yang terakhir sering dilupakan," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya