Semangat Kebersamaan, Menjadi Kunci Hidup di Tengah Pandemi

dr Reisa Broto Asmoro.
Sumber :
  • Repro video.

VIVA – Tren positif kasus Covid-19 di tanah air, yang terjadi karena kerja keras semua pihak dalam penanganannya, mendapat apresiasi dunia. Percepatan dan pemerataan vaksinasi, koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan testing dan tracing, serta gotong royong masyarakat, menjadi kunci.

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Bahkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sekolah-sekolah, yang diputuskan dilaksanakan di tengah pandemi, jadi salah satu wujud semangat kebersamaan bangsa Indonesia. Momentum ini harus terus dipelihara guna memastikan masyarakat siap hidup berdampingan dengan COVID-19.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro dalam Siaran Pers Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Rabu (22/09/2021).

Cuan Banget, Inilah Kenapa Live Selling Disarankan Buat Para Penjual Online

“Turunnya kasus aktif hingga di kisaran 50 ribu orang, capaian vaksinasi yang sudah menembus angka 80 juta untuk dosis pertama dan 45 juga untuk dosis kedua, semua adalah berita menggembirakan dan harus kita pertahankan,” tutur Reisa.

Untuk itu, pemerintah dikatakan Reisa, belajar dari kesalahan, lebih tanggap menghadapi risiko COVID-19 dengan tetap ketat menegakkan protokol kesehatan dan menggencarkan vaksinasi.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Vaksinasi adalah syarat penting untuk menjalani proses transisi dari pandemi menjadi endemi. Selain memenuhi target cakupan, pemerataan capaian vaksinasi COVID-19 juga harus diperhatikan, terutama pada kelompok lansia.

Reisa menyatakan, meski cakupan vaksinasi kategori tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik sangat tinggi, namun kategori lansia yang menerima dosis pertama belum mencapai 30%. Sedangkan dosis kedua masih kurang dari 20% terhadap sasaran yang ditetapkan. Ia menyarankan setiap pihak fokus membantu vaksinasi COVID-19 agar makin merata di semua kelompok masyarakat.

“Keberhasilan mempertahankan PPKM Level 2 di beberapa kota besar adalah hasil kerja bersama dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Maka keberhasilan pemerataan cakupan vaksinasi pun memiliki prinsip yang sama,” jelas Reisa.

Wilayah aglomerasi, menurut Reisa, dapat saling membantu dalam testing, tracing, dan treatment (3T), menjaga mobilitas, mencegah kerumunan, serta memvaksinasi warganya. Hal ini sejalan dengan prinsip Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa kita aman kalau semua aman, karena tidak ada yang aman dari risiko penularan COVID-19 kalau semua orang belum aman oleh vaksinasi.

Reisa juga menyoroti kontribusi signifikan dari kelompok relawan, aparat dan anggota masyarakat yang saling membantu, bergotong-royong mencari solusi bersama dalam pengendalian pandemi. Di antaranya, kolaborasi warga Surabaya untuk menyediakan tabung oksigen dan membagikan bantuan pada mereka yang terdampak. Selain itu, inisiatif masyarakat Surakarta melakukan “Jolijolan” yang memanfaatkan ruang publik untuk saling mendonasikan atau mengambil barang sesuai yang dibutuhkan secara gratis.

Mulai terlaksananya PTM terbatas juga tak lepas dari momentum kebersamaan di tengah masyarakat, baik dalam hal meminimalisir risiko tertular virus, maupun memastikan kualitas belajar anak. Ia berpesan, “Kunci keberhasilan PTM ada di tangan kita; guru, orang tua, dan murid. Jaga situasi kondusif dalam pengendalian COVID-19.”

Terkait dibukanya akses pusat perbelanjaan, terutama kini bagi anak-anak, Reisa mengingatkan masyarakat untuk memilih ruang publik yang mewajibkan akses aplikasi PeduliLindungi. Tujuannya, agar tingkat keamanan dan kenyamanan pengunjung lebih tinggi, diiringi penerapan protokol kesehatan terutama memakai masker.

“Perkenalkan normal sosial baru di mall ini kepada anak-anak kita. Ingat hukum universal masking, semua orang 100% harus memakai masker di ruang publik, apalagi kalau jarak aman dan ventilasi terbuka tidak memungkinkan,” ujar Reisa.

Dalam masa transisi ini, orang tua harus mengajarkan kepada anak, bahwa virus COVID-19 akan terus ada. Maka anak sebaiknya dibiasakan memakai masker dan melaksanakan protokol kesehatan lainnya sebagai cara melindungi diri sendiri dan orang lain.

“Mari kita jaga situasi kondisi yang membaik ini tetap membaik, tetap konsisten bekerja sama untuk menekan COVID-19, dan makin banyak prestasi serta berita gembira yang kita nikmati,” pungkas Reisa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya