Epidemiolog: Mobilitas Meningkat, Lonjakan Kasus Bisa Terjadi Lagi

Evaluasi, PSBB, Mobilitas
Sumber :
  • vstory

VIVA – Peningkatan mobilitas masyarakat di tengah pelonggaran aktivitas dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bisa mengarah pada potensi lonjakan kasus ketiga COVID-19 di Indonesia.

Gandeng Kemenhub, OIKN Survei Lokasi Uji Coba Taksi Terbang di 2 Bandara Kaltim

Kewaspadaan dan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan tidak boleh mengendur agar risiko itu dapat dihindari.

Berdasarkan pantauan Kementerian Kesehatan, tingkat mobilitas masyarakat saat ini sudah jauh meningkat dibandingkan masa PPKM Darurat pada Juli atau masa PPKM level 4 pada awal Agustus.

Penyandang Disabilitas Dapat Bantuan Alat Bantu untuk Tingkatkan Mobilitas

Mobilitas di hampir semua provinsi menunjukkan peningkatan. Bahkan tingkat mobilitas di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sudah melampaui level sebelum pandemi.

Terkait hal tersebut, Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko mengingatkan bahwa, “Risiko penyebaran COVID-19 semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya mobilitas dan kerumunan masyarakat. Belajar dari sebelumnya, beberapa kali lonjakan kasus COVID-19 di tanah air terjadi setelah melewati libur panjang yang mengakibatkan mobilitas dan kerumunan orang meningkat,” ujar Tri Yunis.

MRT Jakarta Pecahkan Rekor Baru 163 Ribu Lebih Penumpang saat Konser Coldplay

Belum lagi, lanjut Tri Yunis, Indonesia akan menghadapi hari libur keagamaan serta mendekati libur tahun baru yang akan membuat mobilitas masyarakat kian tinggi.

Ancaman gelombang ketiga COVID-19 juga semakin besar jika capaian vaksinasi tidak sampai 50 persen pada Desember 2021. “Prediksi Desember-Januari itu kemungkinan puncak ketiganya," kata Tri Yunis.

Menurutnya, kalaupun capaian vaksinasi bisa sampai 50 persen, lonjakan kasus masih bisa tetap terjadi mobilitas masyarakat tidak dibatasi di periode libur panjang akhir tahun ini. Dalam skenario ini, lanjut Tri Yunis, lonjakan kasus diperkirakan akan terjadi selambat-lambatnya pada Maret 2022.

Tri Yunis juga mengingatkan, puncak kasus juga bisa terjadi jika penelusuran kontak lambat dan pengawasan saat pasien COVID-19 isolasi mandiri lemah. “Jadi ya memang bakal mengalami puncak lagi, kalau 3T lemah," ujarnya.

Oleh karena itu, Tri Yunis meminta kepada masyarakat untuk tetap patuhi protokol kesehatan. Jangan sampai kondisi yang sudah membaik dan jumlah kasus yang menurun, justru membuat lengah dan abai.

Jika hal ini dilupakan, maka risiko peningkatan kasus akan menjadi kenyataan.

"Pandemi belum usai, potensi lonjakan kasus masih bisa terjadi. Karenanya tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan," tegas Tri Yunis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya