Program Magang Vokasi Mengantar Kartini Cikawung Menembus Komatsu

Program magang vokasi di PT Komatsu Indonesia
Sumber :
  • Kemendikbudristek

VIVA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong kerja sama antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia usaha, industri maupun kerja. Melalui sekolah menengah kejuruan (SMK) misalnya, saat pandemi Covid-19 lalu pemerintah tetap memberi perhatian khusus pentingnya praktik kerja lapangan (PKL) atau magang melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 50 Tahun 2020. Peraturan ini mengatur tentang Praktik Kerja Lapangan bagi Peserta Didik yang dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan monitoring, serta evaluasi.

10 Kampus Bisnis Terbaik Dunia Tahun 2024

Bahkan, dalam Kurikulum Merdeka, siswa SMK diwajibkan magang hingga 6 bulan dari yang sebelumnya berkisar 2-3 bulan. Bukannya mengapa, selain memperoleh ilmu langsung dari industri, magang juga turut membawa penyesuaian budaya industri ke dalam lingkungan sekolah.

Salah satu dampak signifikan magang di industri tercermin melalui Mila Rosanti, sosok perempuan alumni SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, yang begitu merasakan “kenyamanan” kala magang di PT Komatsu Indonesia.

Mengasah Keterampilan Berpikir Siswa Lewat Sustainable Innovation Fair

Tangis Pilu di Saat Lulus
Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, 15 Mei 2021. Mila Rosanti tidak dapat lagi menahan tangisnya. Padahal, dirinya baru saja dinyatakan lulus dari SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, pada bulan yang sama.

AO PNM dari Tanah Mataram, Tangguh Jadi "Kartini" Bagi Keluarga

Bukan tanpa sebab, dirinya yakin benar akan langsung bekerja usai lulus sekolah di tempat magangnya terdahulu, PT Komatsu Indonesia.

“Karena sebelum saya dinyatakan lulus, sudah ada panggilan dari PT Komatsu untuk bekerja di sana. Ketika saya sampaikan kepada orang tua, mereka amat begitu bahagia mendengar kabar tersebut,” ujar Mila memulai kisahnya.

Namun, hari itu, saat teman-temannya mendapat kabar via telepon genggam dari Komatsu, Mila dan dua orang temannya hanya bisa tertunduk lesu.

“Saya kecewa pada diri saya, orang tua juga sedih. Dari situ saya berdiam diri di kamar beberapa hari karena harapan yang tinggi, namun tidak bisa tercapai,” ujarnya.

Puncak kesedihannya terjadi tiga hari kemudian, tepat dihari ulang tahunnya ke-18. Air mata sang dara kembali tertumpah.

“Mereka (teman-teman yang dipanggil bekerja) jadi ikut menangis melihat saya. Mereka mengucapkan, ‘Selamat ulang tahun, dan see you Mila. Kita tunggu kamu di sana, semangat terus’,” kenang Mila.

Tak mau larut dalam duka, Mila mulai menjalankan kehidupan sehari hari. Bukan sebagai pengangguran, bermodalkan Rp100 ribu dirinya berjualan makanan ringan yang dimasaknya sendiri dengan sebutan “Cemilan Demila”. Tak hanya itu, sambil berjualan dirinya juga bertanggung jawab untuk mengasuh dan menjaga bayi (anak kakak).

“Saya juga berjualan via online. Setelah kakak pulang mengajar, saya langsung menyiapkan pesanan dan langsung mengantar ke pembeli. Omzet saya sehari bisa Rp100-200 ribu. Meski, terkadang di dalam benak saya masih memikirkan tentang bekerja di PT Komatsu,” tuturnya.

Dua bulan berlalu, tibalah musim menanam. Mila pun memutuskan membantu orang tua menanam terong. Alhasil, sebelum matahari terbit, dirinya sudah di kebun hingga pukul 9 pagi, dilanjutkan dengan mengasuh ponakan. Lalu jam 4 sore Mila kembali berkebun untuk menyiram tanaman hingga selesai sekitar maghrib.

“Terkadang saya merasa capek dan merasa ingin seperti teman yang bisa kuliah atau yang ingin apa-apa bisa langsung minta kepada orang tua. Akan tetapi, saya selalu bersyukur atas kehidupan saya,” katanya.

Asa pun Tiba
November 2021 menjadi bulan kebahagiaan sosok Mila. Kabar yang selama enam bulan ia rindukan, akhirnya tiba: Panggilan tes bekerja dari PT Komatsu Indonesia! Menangis terharu, Mila pun bersemangat hingga tiap harinya melakukan persiapan latihan fisik agar lolos dalam proses medical check up.

Semua tes, berhasil dilalui.

Dan, tibalah hari keberangkatan, meninggalkan keluarga di kampung untuk menjemput impian. Mobil jemputan dari PT Komatsu Indonesia sudah stand by sedari pagi untuk memboyong perempuan ceria ini dari Sumedang, menuju Jakarta.

“Di situ pas keberangkatan tangisan saya pecah bersama keluarga karena harus meninggalkan keluarga, dan mungkin tidak bisa banyak membantu pekerjaan di rumah lagi,” ucapnya haru.

Usai sudah penantian sang dara, Mila pun memulai pekerjaannya di bagian pattern shop, tepatnya di foundry flen. Sekitar dua minggu pertama, Mila pun harus merasakan tinggal di asrama.

“Saya tidur sendiri karena tidak ada perempuan lagi, sedangkan yang laki-laki itu tidur bersama di aula. Di gedung yang besar di ruangan sendiri, ketika malam lampu gedung tersebut dimatikan. Namun, saya pun terbiasa untuk menjalani itu semua,” ujarnya.

Nyaman di Antara Panas dan Debu 
Mila memang bukanlah seperti perempuan lainnya yang biasanya cenderung memilih-milih pekerjaan. Lepas dari kebiasaan, gadis muda ini justru memilih berkarier di PT Komatsu Indonesia yang notabene merupakan industri alat berat.

Namun, bagi Mila, kenyamanan bekerja kala magang di Komatsu inilah yang membuatnya tertarik. Menurutnya, tidak semua orang bisa bekerja di perusahaan besar PT Komatsu yang begitu memperhatikan pekerjanya, mulai fisik hingga kenyamanan.

“Meskipun di foundry terkenal dengan kotor, panas, dan berdebu, namun lingkungannya sangat terjaga. Sebagai perempuan, saya juga sangat diperhatikan dan dihargai. Perempuan punya wewenang untuk melaporkan siapa saja ketika adanya ketidaksenangan yang diperbuat orang lain,” jelasnya.

Di Komatsu Indonesia, Mila bekerja di pattern shop, yaitu tempat perbaikan ketika ada kerusakan di pattern. Pattern adalah desain casting atau pola yang terbuat dari kayu yang menyerupai casting. Di beberapa pattern ada yang menggunkana core, yaitu benda untuk membuat rongga atau bolongan di casting.

“Saya bekerja untuk memperbaiki itu semua ketika ada kerusakan atau penambahan dan pengurangan dimensi di pattern. Di sini bahan dasar perbaikan, ya menggunakan dempul dan hardener yang dicampur,” terang sang dara.

Bahkan, Mila pun merasa senang diberikan lembur 2 jam per hari.

‘'Saya senang karena pekerjaannya yang tidak terlalu berat dan tidak ditarget. Pekerjaan ini mengharuskan banyak belajar dan teliti, bisa dibilang ini sudah sesuai passion saya,” ungkapnya.

Mila juga tak menampik awal dirinya bekerja terkadang melakukan kesalahan.

“Dukungan dari rekan kerja sangat antusias sebagai pembelajaran untuk diri saya. Meskipun di sini umumnya laki laki, mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain. Mereka bisa dijadikan sebagai orang tua, sahabat, rekan kerja, dan teman curhat sekalipun,” tuturnya.

Kini, Mila mulai menapaki kariernya di PT Komatsu Indonesia. Dirinya pun berharap dapat menjadi salah satu karyawan tetap di sana.

“Dengan bekerja di Komatsu, saya bisa membantu orang tua di kampung. Cita-cita ke depan, saya ingin melunasi utang orang tua. Adapun mimpi terbesar, saya ingin orang tua bisa melaksanakan ibadah haji di Makkah. Saya hanya ingin lebih baik dan bisa bermanfaat untuk semua orang, terutama keluarga,” ungkapnya.

Menapaki kesehariannya mengabdikan diri di PT Komatsu Indonesia, serta mendapatkan lembur kerja dua jam setiap hari begitu dinikmati Mila muda. Keramaian kala di lingkungan di rumah maupun sekolah dulunya, kini berganti menjadi kesendirian.

“Mungkin cukup menantang buat saya. Saya merasakan privasi diri terjaga, lebih tenang, dan bisa merenung. Merasa bosan bukanlah hal yang membuat saya harus mundur dari keadaan ini. Saya di sini untuk mereka (keluarga), untuk membantu ekonomi keluarga, untuk mengangkat derajat orang tua, dan membuat orang tua bangga,” ungkap sang dara.

Berpenghasilan Sejak Kelas 4 SD
Mila Rosanti hanyalah perempuan sederhana yang kini tengah menapaki karier di PT Komatsu Indonesia usai diberikan kesempatan magang kala mengenyam studi di SMK Industri Logam Situraja, Sumedang. Dara berusia 19 tahun asal Indramayu ini lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara yang memiliki orang tua petani.

Sempat menjadi korban bullying saat di sekolah dasar (SD) karena memiliki kulit hitam, Mila justru tumbuh menjadi gadis lincah dan pemberani. Betapa tidak, kala duduk di bangku kelas 4 SD, Mila kecil selalu datang lebih awal ketimbang rekan lainnya untuk membersihkan ruang guru.

“Saya diberi upah oleh penjaga sekolah hingga bisa punya tabungan. Orang tua saya tidak tahu,” tuturnya.

Ujung-ujungnya, orang tua pun kaget saat ingin mengadakan syukuran adiknya saat dirinya masuk kelas 5 SD, Mila kecil menjadi penolong keluarga dengan uang tabungannya.

“Di situ ibu saya bertanya, uang dari mana, dan saya menjelaskan semuanya,” kisahnya.

Masa studi di SMP 4 Terisi, keberanian Mila muda kian terasah dengan mengikuti organisasi kesiswaan.

“Sehingga, menjadikan diri saya terbiasa untuk berbaur dengan orang lain, serta berani dan pantang menyerah. Saya percaya segala sesuatu yang menyakitkan akan ada kebahagiaan di depan,” ungkapnya.

Hingga akhirnya, pilihan SMK Industri Logam pun atas pilihan orang tua dengan alasan bisa bersekolah tanpa biaya yang terlalu mahal, karena termasuk SMK terjangkau di Kabupaten Sumedang.

“Sekolah tersebut memberikan fasilitas makan dan tempat tinggal gratis, sehingga memudahkan bagi kami yang ingin bersekolah dengan biaya yang terjangkau. Jauh dari rumah juga bukan halangan karena saya terbiasa hidup mandiri,” ujarnya.

Tinggal di asrama selama SMK dengan uang jajan Rp150 ribu, terkadang Rp50 ribu per minggu, Mila tumbuh menjadi remaja yang kian percaya diri dengan mengikuti beberapa kegiatan organisasi di sekolah. Meski terkadang, “Ketika saya akan berangkat ke sekolah lagi, orang tua saya berusaha meminjam uang untuk bekal saya,” kenangnya.

Semangat sang dara kian menyala tatkala pada tahun 2018 PT Komatsu Indonesia menyatakan diri resmi bekerja sama dengan pihak sekolah. Lalu pada 2019, Mila pun terpilih menjadi salah satu siswi yang berhasil mendapatkan kesempatan magang di Komatsu.

“Saya bersyukur terpilih salah satu dari 60 orang, dan satu-satunya perempuan,” katanya.

Passion sang dara terhadap bidang yang digelutinya nyatanya terbukti. Pada ajang Akito Komatsu 2020 yang melibatkan dirinya, SMK Industri Logam meraih juara 1 molding process.

Demikian juga setelah Mila diterima bekerja di PT Komatsu Indonesia pada bulan November 2021.

“Dua bulan kemudian saya dapat kabar diberikan kesempatan untuk mengikuti seleksi Program D-1 Komatsu Indonesia. Dari 60 orang, yang diterima 30 orang, dan pada bulan Desember nanti akan melaksanakan wisuda,” ucapnya haru.

Bagi Mila, tiada yang lebih berharga kecuali membahagiakan keluarganya.

“Harapan orang tua, saya bisa menjadi karyawan tetap di PT Komatsu Indonesia. Karena selain bisa membantu ekonomi keluarga, saya juga bisa menata masa depan. Terima kasih kepada PT Komatsu Indonesia yang memberikan kesempatan saya bergabung dan juga kuliah,” ungkapnya berkaca-kaca.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya