Logo DW

Bertarung di Olimpiade dan Parlemen, Perempuan Afghanistan ini Kini Berhasil Ketuai Federasi Atletik

picture-alliance/dpa/S. Sabawoon
picture-alliance/dpa/S. Sabawoon
Sumber :
  • dw

Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh asosiasi atletik Afghanistan, ANAF, Robina Jalali berhasil dengan suara mayoritas untuk menjadi pemimpin federasi dalam jangka waktu empat tahun. Robina Jalali menjadi pemenang mutlak yang mengantongi 30 suara.

Jalali adalah atlet perempuan Afghanistan pertama setelah jatuhnya rezim Taliban yang berpartisipasi dalam olimpiade. Dia mewakili Afghanistan di olimpiade dua kali, tahun 2004 dan 2008.

Ia juga menjabat sebagai wakil urusan perempuan di Komite Olimpiade Nasional Afghanistan dan juga mewakili masyarakat Kabul di Parlemen Afghanistan.

Robina Jalali adalah seorang perempuan Afghanistan yang tidak biasa. Terakhir kali ia tampil di dunia olahraga untuk negaranya adalah di Olimpiade Beijing- sebagai pelari cepat. Tak hanya di dunia olahraga, ia pun berlaga untuk pemilu parlemen, meskipun kenekatannya untuk berperan besar di sektor publik selalu menempatkannya di bawah ancaman.

Di Afghanistan, perempuan masih mengalami masalah untuk berperan besar di sebagian sektor publik. Nilofar Rahmani pernah dirayakan sebagai simbol pembebasan Afghanistan. Namun pilot perempuan pertama asal Hindu Kush itu meminta suaka ke Amerika Serikat. Ia mengklaim mendapat ancaman pembunuhan lantaran profesinya.

Perempuan Afghanistan kembali memperoleh hak mendapat pendidikan, mengikuti pemungutan suara dan hak untuk bekerja sejak tergulingnya Taliban tahun 2001. Tapi menurut berbagai riset, Afghanistan tetap menjadi salah satu kawasan terburuk di dunia bagi perempuan.

Media Zainul Bahri, dosen Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengungkapkan terpilihnya Jalali menunjukkan bahwa perempuan punya hak menjadi pemimpin publik, "Menurut Islam, laki-laki dan perempuan merupakan sama-sama diciptakan dari unsur yang unsur, perempuan dan laki-laki sama-sama terlibat dalam drama kosmis, ketika Adam dan Hawa/Eva sama-sama bersalah, menyebabkan mereka jatuh ke bumi. Perempuan dan laki-laki sama-sama punya potensi yang sama meraih prestasi di bumi dan sama-sama punya potensi yang sama mendapat ridha Tuhan dan hak mendapat surga sehingga keduanya berhak menjadi pemimpin publik."