Logo DW

Mengapa Jerman Tak Berubah Setelah Pembunuhan Bermotif Rasisme 20 Tahun Lalu?

picture-alliance/dpa/J. Woitas
picture-alliance/dpa/J. Woitas
Sumber :
  • dw

Dua puluh tahun yang lalu Jerman dikejutkan oleh pembunuhan brutal berlatar belakang rasisme. Alberto Adriano, seorang pria berusia 39 tahun asal Mozambik dan ayah tiga orang anak, pada malam hari dijcgat oleh anggota kelompok Neonazi ketika berjalan pulang dari menonton sepak bola di apartemen temannya.

Di tengah-tengah taman kota di Dessau, negara bagian Sachsen-Anhalt, tiga penyerangnya memukuli dan menendang Alberto Adriano berulang kali, bahkan setelah dia hilang kesadaran. Alberto Adriano meninggal di rumah sakit karena cedera parah di kepala tiga hari kemudian, pada 14 Juni 2000.

Ini adalah pembunuhan ekstremis ultra kanan pertama di bekas Jerman Timur sejak runtuhnya Tembok Berlin. Sedih dan marah, sekitar 5.000 orang kemudian berdemonstrasi di jalan-jalan kota Dessau.

Musisi dengan latar belakang Jerman-Nigeria, Ade Odukoya, yang lebih dikenal dengan nama Ade Bantu, masih ingat betapa ia terkejut saat mendengar kematian Adriano.

"Saya marah. Saya diliputi rasa takut dan saya juga merasa tidak bisa bergerak," katanya. Ia ingat saat itu dunia sedang bergembira menanti milenium baru, tapi lagi-lagi terjadi kasus pembunuhan bermotif rasisme.

Mengubah definisi menjadi ‘Jerman’

Bersama dengan musisi Jerman kulit hitam lainnya, Odukoya bertekad untuk bersuara. Mereka membentuk proyek anti-rasisme Brothers Keepers dan merilis lagu hip-hop berjudul "Adriano - Letzte Warnung" yang artinya Adriano - Peringatan Terakhir. Lagu ini menjadi top 10 hits di Jerman. Namun gerakan ini sekarang sudah bubar dan anggotanya terlibat dalam proyek lain. Ada juga versi perempuan dari gerakan itu, yang disebut Sisters Keepers.