Logo DW

Kiat Mencari Teman di Jerman: Cari Kelompok dengan Hobi Yang Sama

privat
privat
Sumber :
  • dw

"Heiko, Abseits!” begitulah saya berteriak memberikan kode kepada kolega wasit yang memimpin di tengah lapangan, bahwa pemain yang sedang melakukan serangan berada dalam posisi off-side. Saat itu kami sedang memimpin sebuah pertandingan ujicoba.

Musim panas tahun 2011, saya mendapatkan kesempatan beasiswa untuk mengikuti Kursus Bahasa tingkat lanjut dan Pelatihan Metodik-Didaktik Guru Bahasa Jerman di Goethe-Institut Schwäbisch Hall, negara bagian Baden-Württemberg, dekat kota Stuttgart, selama dua bulan penuh. Di sela-sela konsentrasi mengikuti kursus dan pelatihan, saya yang sebelumnya di kota Yogyakarta adalah seorang wasit sepakbola, ingin sekali memanfaatkan waktu untuk bisa mengakomodir hobi saya itu dengan cara bergabung dan latihan bersama dengan perkumpulan wasit setempat (Schiedsrichter-Gruppe) di Schwäbisch Hall.

Dengan tangan terbuka, saya dipersilahkan datang pada pertemuan pertama untuk mengikuti tes fisik wasit sepakbola (Leistungsprüfung) di stadion Schenkensee. Setelah selesai mengikuti tes fisik, saya terkejut ketika ingin berpamitan pulang, ternyata saya diajak bergabung oleh kolega-kolega wasit untuk makan malam bersama dalam acara barbecue (Grillparty) di kompleks stadion tersebut. Ternyata, memang sebuah tradisi pada kebanyakan perkumpulan wasit, bahwa setelah selesai latihan maupun tes, mereka meluangkan waktu untuk bebakaran (grillen) dan minum bersama. Selanjutnya mereka berdiskusi tentang isu-isu aktual tentang sepakbola, terutama peraturan-peraturan baru dalam permainan sepakbola, baik di kompetisi liga Jerman Bundesliga maupun liga dunia.

Dari situlah saya menyadari, bahwa ternyata anggapan awam tentang orang-orang Jerman yang dingin dan kaku tidak sepenuhnya benar. Saya buktikan sendiri betapa terbuka dan ramahnya kolega-kolega wasit kota Schwäbisch Hall menerima kehadiran saya di antara kegiatan-kegiatan perwasitan. Yang membuat saya tambah terkejut sekaligus haru selama saya tinggal di kota itu, bahwa saya tidak hanya diberi kesempatan untuk latihan bersama setiap Selasa petang, tapi saya juga diundang dalam acara tahunan wasit dan keluarga untuk mengikuti lintas alam (Wanderung), kemudian ketika ada salah satu kolega yang mengadakan pesta syukuran karena jenjang karirnya naik jadi wasit di Oberliga, saya juga diundang seperti halnya kolega wasit yang lain.

Satu hal yang menjadi sebuah pengalaman yang tidak bisa saya lupakan yaitu musim gugur tahun 2014, ketika saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi mereka lagi. Kebetulan di hari pertama saya datang, saya langsung dibawa ke acara pertemuan tahunan seluruh wasit dan keluarganya (Jahresversammlung).

Acara itu diisi dengan pelaporan kegiatan perwasitan selama setahun terakhir, penyerahan penghargaan-penghargaan wasit yang berprestasi dan ditutup dengan musik dan makan malam bersama. Yang membuat saya terkejut adalah pemberian tugas kepada saya untuk bersama-sama memimpin sebuah turnamen resmi sepakbola (indoor) U-17 keesokan harinya.

Saya sangat menikmati berada di tengah lapangan dengan peluit di tangan. Seperti halnya kolega wasit lainnya, saya juga berhak memperoleh honorarium yang saya terima setelah pertandingan. Memang tidak besar jumlahnya, tapi ada hal yang lebih besar yang saya terima, yaitu sikap keterbukaan dan pemberian hak yang sama ekpada semua. Asalkan kita mempunyai kompetensi pada bidang tersebut, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik, maka kita juga akan dianggap sama oleh mereka. Walaupun kolega-kolega kita itu mengetahui, bahwa kita orang asing dan hanya tinggal sementara di sana.