GP India 'Melaju' di Atas Kemiskinan Warga

Penari Garba di India
Sumber :
  • REUTERS/ Amit Dave

VIVAnews - Seri ke-17 Grand Prix Formula 1 yang akan berlangsung di India dikritik tidak peka terhadap kemiskinan warganya. Sebab, hampir 30 persen warga India hidup dengan penghasilan hanya Rp14 ribu per hari.

Istri Bintang Emon Positif Narkoba Gegara Obat Flu, Begini Penjelasan Ahli

Sirkuit Buddh Internasional sebagai venue juga mendapat protes dari warga sekitar yang merupakan bekas pemilik lahan. Mereka tidak tahu tanah yang dibeli pemerintah itu akhirnya dijadikan venue F1. 

"Apa itu Formula 1? Saya baru tahu baru-baru ini jika tanah kami dibeli untuk itu," ujar Meera, seorang warga yang tinggal di kolam berbau tidak sedap tak jauh dari sirkuit seperti dikutip dari GMANews, Selasa, 27 Oktober 2011.

Bikin 2 Gol ke Gawang Korsel, Begini Kata Rafael Struick

Protes ini berujung pada ancaman warga yang akan menghentikan jalannya lomba pada 30 Oktober 2011. Namun, Jaypee Sports sebagai pihak penyelenggara menjamin jalannya GP akan berlangsung meriah dan aman.

"Kami sudah menghabiskan US$400 juta (untuk GP India) dan tidak ragu untuk menghabiskan dana lagi. Kami akan melakukan apa pun untuk menggelar even indah ini," ujar pernyataan Jaypee Sport.

Anies Buka Peluang Maju Pilgub Jakarta: Saya Baru Satu Periode

Pesta jor-joran GP India ini rencananya akan melibatkan ratusan penari dari seluruh negeri termasuk artis-artis Bollywood. Sebagai acara puncak, penyanyi Lady Gaga juga akan hadir sebagai penutup.

Untuk bisa menyaksikan semua atraksi ini, pihak panitia mematok harga tiket termurah sekitar 2.500 rupee atau sekitar Rp450 ribu. Harga tiket ini merupakan setengah dari gaji per bulan seorang petugas pembersih di India. Namun, yang mengejutkan, tiket termahal dengan harga US$200 ribu (Rp1,7 miliar) malah hampir terjual habis.

Dengan masalah seperti ini, GP India ditakutkan mengalami masalah yang sama dengan GP Turki dan GP Korea Selatan. Turki dicoret dari penyelenggaraan pada 2012 setelah dianggap kurang mendapat sambutan dari masyarakat lokal. Sedangkan Korsel sedang melakukan negosiasi ulang kontrak karena minim keuntungan. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya