Alessio Picariello dan Kenyataan Menyedihkan Dunia Balap

Alessio Picariello
Sumber :
  • ADAC

VIVA.co.id - Kejuaraan MRF Challenge yang berbasis di India, dikejutkan dengan penampilan Alessio Picariello. Pembalap berusia 22 tahun asal Belgia, itu memulai debutnya di MRF pada putaran kedua dari empat di Bahrain, di mana balapan itu menjadi even pendukung finale World Endurance Champhionship.

Dilansir dari Motor Sport pada Senin, 15 Februari 2016, Picariello baru pertama kalinya mencoba mobil Formula 2000 MRF, tapi tidak perlu waktu untuk beradaptasi. Dia langsung mendapatkan hasil terbaik dalam kualifikasi, dan memenangkan balapan pertamanya dari pole position.

Picariello memulai balapan keduanya dari urutan keenam, tapi bisa finis juga sebagai pemenang. Pembalap Belgia, itu meraih total empat kemenangan dari enam lomba, menjadikan dirinya sebagai penantang kuat titel juara, walau sudah melewatkan empat balapan pembuka di Abu Dhabi.

Dia gagal menutup defisit poin pada seri terakhir di Chennai, untuk merengkuh titel juara, namun tetap menambah kemenangan dengan mengalahkan rival terkuatnya, Mick Schumacher. Performa Picariello membawa ingatan ke masa beberapa tahun silam, saat dia berstatus sebagai pembalap muda potensial.

Picariello mendominasi kampanye perebutan titel, dalam seri ADAC Formel Masters di Jerman pada 2013, dengan memenangkan 12 balapan. "2013 sungguh musim yang bagus untuk saya, dan sejujurnya saya tidak membayangkan saat itu, bahwa saya bakal tak mendapat kursi pada 2014," ujarnya.

"Tujuan saya adalah naik ke FIA F3, saya bisa mendapat tempat dari pabrikan mesin dan masuk ke tim yunior, jika saya bisa mendapatkan anggarannya. Tapi jumlahnya terlalu besar, kesempatan saya hilang dan hanya bisa menjadi pelatih beberapa pembalap, dan mengembangkan simulator," kata Picariello.

Nasibnya sama seperti beberapa pembalap lain, yang kesulitan mencari sponsor, karena dunia balap bukan lagi tentang bakat dan kemampuan. "Mencari sponsor sangat sulit dalam posisi saya. Hal kedua adalah kontak. Saya telah mencoba, dan di sepanjang karir saya tidak pernah bisa menemukan sponsor."

Perjalanan dia untuk membuktikan diri sebagai pembalap muda bertalenta, juga karena berkat pengorbanan orangtuanya. "Orangtua saya melakukan apa pun yang mereka bisa, untuk mendukung saya dalam olahraga dan kehidupan. Mereka berkorban luar biasa untuk mendukung saya."



Picariello menyebut kehidupan orangtuanya bakal jauh lebih baik, andai saja mereka tidak mengeluarkan banyak upaya dan dana, untuk membantunya mencapai kemajuan dalam dunia balap. "Tapi mereka terus memberikan keyakinan terhadap saya. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan, apa yang telah mereka lakukan."

"Suatu hari saya mendapat panggilan dari seorang manajer tim besar di Jerman. Dia mengatakan punya kawan di Asia, yang mencari pembalap untuk membantu debut tim GT mereka," kata Picariello, yang kemudian bergabung dengan Absolute Racing, pada paruh musim Formula Masters China.

Dia mengikuti sembilan lomba yang tersisa. Sukses tiga kali naik podium, dari empat lomba pertamanya di mana dia masih harus beradaptasi, kemudian memenangi lima lomba tersisa, yang memperlihatkan kehebatannya sebagai pembalap. Absolute Racing kemudian memberinya kesempatan lagi, untuk mulai lomba dari awal.

Kesuksesan di FMCS menarik perhatian penyelenggara MRF, yang kemudian segera menariknya, untuk bersaing dengan sejumlah nama penting di antaranya Mick Scumacher, putra legenda Formula 1 Michael Schumacher. "Itu membantu, untuk bisa bersaing dengan nama-nama besar dan mengalahkan mereka."

"Saya tidak tahu, apakah itu akan membantu (perkembangan karirnya), setidaknya pembalap lain telah mendengar tentang saya, dan selalu menyenangkan untuk bisa berada di depan mereka," katanya. Penghalang terbesarnya kini, untuk bisa naik ke kelas lebih baik adalah usia yang telah 22 tahun.

Picariello mengatakan orang-orang berpikir dia kini sudah tua, dan tanpa cukup pengalaman. "Saya tua dan tidak lebih berpengalaman dari mereka, karena saya telah menghabiskan banyak waktu hanya di rumah." Picariello tidak memiliki banyak pengalaman, karena tidak memiliki sponsor dan harus menganggur.

Dia tidak pernah melepaskan mimpinya, untuk menjadi seorang pembalap single seater. Tapi dunia balap memang memberikan kenyataan pahit, bahwa bakat besar tidak cukup. Butuh uang dan koneksi, untuk memberikan akses bagi mereka para pembalap muda bertalenta.
 

Soal Jadi Pembalap Cadangan Manor, Kemenpora: Terserah Rio
Pembalap F1 Indonesia, Rio Haryanto.

Rio Haryanto Bersedia Jadi Pembalap Cadangan Manor

Bersama Rio Haryanto, Manor memiliki 3 pembalap cadangan.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016