- ANTARA FOTO/Hendra
VIVA – Banyak pihak beranggapan, status tuan rumah yang disandang Indonesia dalam Asian Games 2018 akan menjadi tuah. Tapi, sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Status tuan rumah justru bisa saja berakibat negatif bagi Indonesia. Beban yang ditanggung atlet bisa menjadi lebih berat. Itu disebabkan, mereka dituntut untuk menampilkan performa terbaik saat tampil di depan pendukung sendiri.
"Ada dampak positif, tapi juga negatif. Beban mereka akan lebih berat. Jadi, tak selamanya tuan rumah jadi keuntungan," kata mantan perenang nasional, Richard Sam Bera, saat ditemui di kawasan Permata Hijau, Jakarta.
Richard menuturkan, fenomena ini sudah terjadi dalam beberapa ajang multievent. Sebagai perenang nasional dan pernah tampil di berbagai ajang berkelas dunia, Richard sempat mengalaminya.
"Kondisi mental atlet kan berbeda-beda. Apa yang mereka rasakan secara individu tak sama," ujar Richard.
"Saya cerita pengalaman sendiri saja. Dulu, ada rekan saya yang tak mau tampil di tengah, merasa tekanannya lebih berat, jadi pusat perhatian. Tapi, kalau saya justru mau berenang di tengah karena secara teknis pandangan lebih luas dan turbulensi di dalam air kecil," lanjutnya.
Keuntungan sebagai tuan rumah adalah adaptasi pada situasi sekitar. Contohnya adalah soal kepadatan lalu lintas di Jakarta.
Atlet-atlet Indonesia tentunya sudah paham betul bagaimana kondisi lalu lintas di Indonesia. Jadi, mereka sudah paham dan mengerti jika nantinya terjebak macet di Jakarta.
"Atlet negara lain mungkin bisa stres kalau terjebak dalam kemacetan di Jakarta. Saya pernah punya pengalaman soal hal-hal non teknis macam ini. Memang, faktor X di luar pertandingan begitu berpengaruh pada performa atlet," terang Richard. (one)
Kisah Inspiratif Jonatan Christie, Atlet Bulutangkis yang Bangun Masjid dari Dana Bonus Asian Games
Jonatan Christie sang juara badminton Indonesia tidak hanya memukau publik dengan kelincahannya di lapangan. Ia pun menginspirasi banyak orang dengan kisah dermawannya.
