Pencak Silat di Asian Games, Cuma Indonesia yang Rasakan Manisnya

Pesilat Indonesia, Pipiet Kamelia
Sumber :
  • Dokumentasi INASGOC

VIVA – Indonesia begitu digdaya di cabang olahraga pencak silat Asian Games 2018. Dari 16 medali emas yang tersedia, Indonesia menyabet 14 di antaranya dan hanya memberikan dua lainnya untuk negara lain.

Kisah Inspiratif Jonatan Christie, Atlet Bulutangkis yang Bangun Masjid dari Dana Bonus Asian Games

Sumbangsih pencak silat terhadap perolehan medali Indonesia begitu besar. Hampir 50 persen perolehan medali Indonesia di Asian Games berasal dari pencak silat.

Pencapaian pencak silat Indonesia juga menjadi sebuah bukti. Bahwa, Indonesia memang pemilik dari beladiri ini.

6 Perguruan Pencak Silat Indonesia Tersebar di Dunia, Ada Muhammadiyah

Sejak awal, pencak silat memang diprediksi bakal menyumbang cukup banyak medali emas. Tapi, tak sebanyak fakta yang ada saat ini.

Hanya enam medali yang awalnya ditargetkan oleh pencak silat. Kenyataannya, malah 14 medali yang disabet.

4 Seni Bela Diri Andalan Pasukan Elit Militer Indonesia, Ada Yong Moo Do

Pencak silat Indonesia semakin jadi primadona kala atletnya yang meraih medali emas, Hanifan Yudani Kusumah, membuat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, bersatu dalam sebuah pelukan dengan Ketua PB IPSI, Prabowo Subianto. Padahal, publik tahu mereka akan bersaing di Pemilihan Presiden 2019.

"Anda lihat jiwa pendekar terbentuk dari olahraga ini. Negara sedang banyak benturan, Pak Prabowo bukan salah satu yang ada dalam pemerintahan, tapi beliau berkorban untuk Merah Putih. Ini tidak ada rekayasa, Pak Jokowi pun hadir hari ini atas inisiatif sendiri," ujar Ketua Harian PB IPSI, Edhy Prabowo.

Ledakan dan berbagai momen manis di pencak silat, tentu jadi catatan bagus bagi Indonesia. Tapi, ada hal yang tak enak didengar dari keberhasilan Indonesia ini.

Banyak pihak yang curiga penilaian juri di pencak silat Asian Games tahun ini tak objektif. Pelatih silat Vietnam, Nguyen Van Hung merasa ada ketidakadilan yang didapat anak asuhnya saat bertanding.

Atlet pencak silat Malaysia, Mohd Al Jufferi Jamari (kanan)

Van Hung merasakan hal tersebut ketika tiga anak asuhnya menantang wakil Indonesia di babak final. Dia bersama rekan lainnya kerap menunjukkan gestur tanda tidak puas dengan keputusan-keputusan wasit dan juri.

"Ada pukulan dari pesilat kami yang harusnya dapat poin, tapi tidak dihitung. Setelah itu atlet Indonesia harusnya dapat penalti. Tapi, tidak dikurangi," tutur Van Hung.

Pernyataan senada juga diutarakan oleh Ketua Pencak Silat Asia (APSIF), Sheik Alauddin Yacoob Marican. Dia menilai ketidakpuasan dari negara peserta lainnya tidak lepas dari penilaian juri yang berat sebelah.

Memang sulit untuk mencari bentuk terbaik dari netralitas pada pencak silat. Mengingat olahraga ini lebih dekat pada penilaian subjektif. Sejumlah perbaikan harus dilakukan, jika ingin olahraga ini lebih mendunia.

"Kami harus mengevaluasi wasit dan juri untuk lebih netral, transparan. Mungkin dengan memakai body detector seperti yang ada di taekwondo akan lebih adil. Kalau seperti ini tidak adil, saya kecewa sekali," kata Jacoob.

Masa Depan Pencak Silat Terancam

Asian Games 2018 ini merupakan kali pertama pencak silat dipertandingkan. Lobi yang dilakukan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) kepada Komite Olimpiade Asia (OCA) menjadi salah satu kunci suksesnya.

Publik berharap pencak silat tak berhenti sampai di sini. Sebagai olahraga tradisional Indonesia, ada keinginan cabang olahraga ini bisa dipertandingkan di ajang sekelas Olimpiade.

Namun, dengan dominasi Indonesia yang disertai dengan berbagai kontroversi. Sulit bagi negara lain untuk memperjuangkan pencak silat kembali dipertandingkan, minimal pada Asian Games 2022 di Hangzhou, China.

"Kalau begini, China akan berpikir kenapa harus memasukkan pencak silat di sana. Sedangkan mereka tidak bisa menang. Seharusnya yang dipikirkan adalah masa depan olahraga ini," imbuh Jacoob.

Terkait dengan tudingan adanya ketidakadilan di pencak silat Asian Games 2018, pelatih Indonesia, Abbas Akbar, angkat bicara. Dia merasa opini yang muncul dibuat mengada-ada, karena segala kesiapan pertandingan sudah lengkap dan bisa meminimalisir kecurangan.

"Ini sudah makin objektif karena ada tayangan ulang lewat video. Maunya bagaimana lagi. Yang menilai kita ini (Indonesia) kan dari negara lain. Saya juga kalau anak buah saya salah, ya diakui. Kalau menang diakui menang," ujarnya.

Abbas tak memungkiri ada rasa kesal yang muncul dengan adanya opini-opini miring. Baginya, kemenangan para atlet sudah pantas, karena selama tiga tahun menjalani pemusatan latihan dengan pengorbanan besar.

Deputi 1 INASGOC, Harry Warganegara Harun turut mengomentari polemik yang ada. Menurutnya, semua elemen yang dilibatkan dalam pertandingan merupakan kesepakatan bersama.

Sebelum Asian Games 2018 bergulir, INASGOC juga berkoordinasi dengan APSIF, salah satunya Jacoob. Sehingga jika sekarang ada keluhan, sangatlah tidak masuk akal.

"Untuk pertandingan sudah kami serahkan kepada federasi Asia, Delegasi Teknis juga dari mereka. Saya tidak mengerti yang dimaksud curang itu yang mana," kata Harry.

Baginya, bukan cuma Indonesia yang harus disalahkan jika ada ketidakadilan pada pencak silat. Karena wasit dan juri yang ditunjuk APSIF ada dari berbagai negara, termasuk Singapura dan Malaysia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya