Kecelakaan Tragis di Balik Kisah Hidup Raja Emas Tenis Meja Asia

Latihan Para Tenis Meja Jelang Asian Para Games 2018, Agus Sutanto
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Tidak selamanya kejadian yang buruk membuat seseorang menjadi terpuruk. Salah satu contohnya Agus Sutanto.

NOC Indonesia Ungkap Alasan Berhentikan Keanggotaan PP PTMSI

Sebelum menjadi atlet Para Tenis Meja, Agus dulunya normal secara fisik. Namun, kecelakaan yang menimpa pada 2006 membuat ia menjadi orang berkebutuhan khusus.

Agus mengalami kecelakaan sepeda motor, dan membuat kaki kanannya tidak berfungsi dengan normal. Pria berusia 50 tahun ini kemudian harus menggunakan kursi roda untuk membantunya beraktivitas.

Langkah NOC Indonesia Selesaikan Sengkarut Organisasi Tenis Meja

"Tahun 2006 saya kecelakaan sepeda motor. Ya, itu membuat saya frustrasi. Saya dulunya atlet normal tenis meja. Setelah kecelakaan saya sempat berhenti selama enam tahun," kata Agus kepada VIVA, Selasa, 18 September 2018 di GOR Hartono Trade Center, Solo Baru.

Setelah peristiwa memilukan itu, Agus sempat vakum tidak bermain tenis meja selama enam tahun. Saat itu, Agus merasa kariernya di tenis meja sudah tamat.

UAH Beri Hadiah Tambahan untuk Peserta dan Panitia Turnamen Tenis Meja

"Saya sempat merasa karier saya berakhir di tenis meja. Saya juga tidak mau bergaul karena minder, padahal mereka biasa-biasa saja. Keluarga dan orang-orang di sekitar sebenarnya memberikan dukungan," kata dia.

Agus kembali menemukan hidupnya di tenis meja dimulai pada 2012. Ketika itu Ketua National Paralympic Committee (NPC) Indonesia Bandung mengajaknya kembali untuk bermain tenis meja.

Ilustrasi tenis meja

"Tahun 2012, saya ketemu ketua NPC Bandung yang kemudian mengajak saya untuk kembali bermain tenis meja. Saya sempat tanya memang bisa? Di tahun tersebutlah saya merasa hidup kembali," ujar Agus.

Meski sempat menjadi atlet, tapi untuk memulai bermain tenis meja dalam kondisi fisik yang berbeda, bukan sebuah pekerjaan mudah. Apalagi, setelah kecelakaan itu, Agus harus beraktivitas dengan bantuan kursi roda.

"Awal-awal saya mengalami kesulitan bermain karena harus menggunakan kursi roda. Saya harus beradaptasi hampir 2 bulan untuk bisa memakai kursi roda," kata Agus.

Setelah giat berlatih, untuk pertama kalinya Agus terjun lagi ke pertandingan resmi dan dari situlah dia mulai mendulang emas demi emas di berbagai kejuaraan nasional dan internasional.

Pada 2012, Agus kemudian turun di Papernas Riau mewakili Jawa Barat. Pria kelahiran Bandung tersebut langsung menggondol medali emas. Pada 2013, Agus meraih emas di ASEAN Para Games Myanmar.

"Saya sangat bersyukur dengan keadaan saya sekarang ini. Apalagi, saya sudah bisa mendapatkan banyak rezeki dari bermain tenis meja dengan keadaan seperti ini," katanya.

Setahun kemudian Agus mendapatkan emas di Asian Para Games Incheon. Lantas pada 2015, ia mendapatkan emas di ASEAN Para Games Singapura.

Baca: Kisah Nurrahman Melatih Atlet Difabel Jadi Juara Bulutangkis

Latihan Para Tenis Meja Jelang Asian Para Games 2018

FOTO: Atlet tenis meja Indonesia sedang berlatih

"Alhamdulillah saya bisa bangun GOR di dekat rumah. Tidak besar ukurannya 18x10 meter, yah cukup buat 4 meja tenis meja. Sekarang ini GOR-nya tinggal finishing saja. Untuk membangun GOR saya sudah mengeluarkan Rp800 juta, itu uangnya dari saya bermain tenis meja," kata Agus.

Agus ingin GOR tersebut digunakan untuk berlatih tenis meja bagi mereka yang juga memiliki kebutuhan khusus. Agus juga berharap, GOR tersebut juga bisa digunakan untuk keperluan warga sekitar.  

Untuk Asian Para Games 2018 di Jakarta 6-13 Oktober 2018, Agus ditargetkan untuk meraih medali emas. Agus nantinya akan turun di nomor ganda putra dan ganda campuran.

"Saya sudah siap untuk Asian Para Games. Saya sudah tidak sabar untuk bertanding. Lawan terberat ada China dan Korea," ujarnya.

Agus untuk saat ini menjalani pemusatan latihan (TC) di Solo sejak Januari 2018. Agus mengakui, TC untuk saat ini lebih baik daripada saat persiapan untuk Asian Para Games 2014.

"Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya jauh. Dari sisi honor juga sangat jauh, fasilitas dan akomodasi sangat jauh. Dulu pas mau persiapan Asian Para Games 2014, kami menginap di PPRBM Colomadu. Sekarang kami tidur di hotel berbintang. Dari sisi peralatan dan perlengkapan juga begitu. Dulu pas Incheon peralatan baru didapat usai pertandingan. Kalau sekarang sudah ada," katanya.  (one)

Baca: Cerita Hidup Hary dan Ukun, Sang Juara Dunia Bulutangkis

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya