Kisah Atlet Angkat Berat yang Lumpuh Usai Disuntik

Ni Nengah Widiasih.
Sumber :
  • Ni Nengah Widiasih

VIVA – Asian Para Games 2018 tak lama lagi bakal digelar di Jakarta, 6-13 Oktober 2018. Di event empat tahunan ini, Indonesia sudah mempersiapkan atlet-atlet berprestasi untuk mendulang medali.

Indonesia Wins 29 Gold Medals at Hangzhou Asian Para Games

Di cabang para angkat berat, Indonesia bakal diperkuat gadis asal Bali, Ni Nengah Widiasih. Nama Ni Nengah di cabang olahraga ini sudah cukup harum, karena sejumlah medali telah didapatkannya di berbagai kejuaraan internasional.

Dia pernah mendapatkan medali perunggu di Paralympic 2016 Brasil, Kejuaraan Dunia 2014 di Dubai dan medali perak di Asian Para Games 2014 Incheon.

Menpora Sambut Kedatangan Kontingen Indonesia yang Berlaga di Asian Para Games 2022

Ni Nengah mulai terjun ke dunia angkat berat sejak duduk di kelas VI Sekolah Dasar. "Ketika itu saya baru kelas 6 SD dan belum paham tentang Para Angkat Berat. Bahkan, saat ada yang tanya kelas berapa, saya jawab kelas 6. Padahal, yang dimaksud itu nomor angkat berat," kata Ni Nengah dalam wawancara eksklusif dengan VIVA belum lama ini.

Meski baru terjun ke olahraga angkat berat khusus penyandang disabilitas, Ni Nengah sudah bisa menorehkan prestasi yang luar biasa.

Saptoyogo Purnomo Pecahkan Rekor, Sabet 3 Emas Asian Para Games 2022 dalam 4 Hari

"Kalau tidak salah itu Kejuaraan Nasional (Kejurnas). Dan ketika itu saya langsung menang, padahal saat itu saya baru latihan 3 bulan," ujarnya.

Dia menceritakan, mengalami keterbatasan fisik sejak usia 3 tahun. Semua itu berawal dari demam tinggi yang dideritanya. Saat itu, keluarganya membawa Ni Nengah ke rumah sakit, dengan harapan putri kesayangannya itu bisa sembuh.

Tapi, sungguh tak diduga, setelah mendapat perawatan tim medis, justru hasilnya berbeda. Ni Nengah tiba-tiba mengalami kelumpuhan. Kondisi itu membuat keluarganya terkejut, sebab sejak dilahirkan pada 12 Desember 1989, Ni Nengah dalam kondisi baik dan normal.

"Setelah disuntik, kaki saya malah kemudian lemas, dan tidak bisa digerakkan total," kata Ni Nengah.

Sejak saat itu, Ni Nengah tak bisa berjalan normal lagi. Di tengah kondisi yang dialaminya itu, keluarga terus memberikan semangat padanya agar bisa mengukir prestasi di tengah keterbatasan.

Menangis saat Berlatih

Ni Nengah Widiasih.

Ni Nengah mulai digodok menjadi atlet para angkat berat setelah juara di kejurnas. Awalnya dia mengaku tidak terpikir untuk serius menekuni olahraga itu. Bahkan, Ni Nengah kerap menangis jika disuruh untuk berlatih.

"Anak SD itu gimana sih, saya saja saat itu masih ingusan. Masih suka main pasaran, main boneka, ini disuruh latihan yang berat. I Ketut Mija Srinama (mantan atlet angkat besi), pelatih saya ketika itu selalu menunggu saya di depan gerbang untuk mengajak latihan, tapi saya menangis dan tidak mau latihan," kata dia.

Menurut Ni Nengah, I Ketut Mija merupakan sosok yang berhasil mengubah dirinya menjadi seorang atlet.

"Saya ingat kata-katanya saat itu, 'Saat ini kamu tidak akan paham, tapi setelah kamu jadi atlet sukses, kamu akan paham apa yang saya ajarkan ke kamu'," ujarnya.

Kini setelah Ni Nengah benar-benar menjadi atlet, prestasinya pun tidak bisa dianggap remeh.

"Saya selalu memiliki keinginan untuk semakin bisa menjadi yang terbaik dalam setiap kejuaraan yang saya ikuti. Paralympic 2012 di London saya sudah turun, tapi cuma peringkat 5 besar dunia. Setelah di London 2012 itu, Ni Nengah berdoa kepada Tuhan, jika ia diberi kesempatan lagi di Paralympic maka pulang akan membawa medali. Ternyata Tuhan mengabulkan doa saya," ujar Ni Negah.

Ni Nengah masih memiliki ambisi yang besar cabang olahraga ini. Jika lolos Paralympic Tokyo 2020, maka ia ingin memberikan medali lebih baik lagi.

Ni Nengah juga bercita-cita ingin memiliki sendiri tempat kebugaran (gym) dan tempat latihan untuk angkat berat di Bali.

"Saya ingin memiliki gym sendiri, tahu sendiri kan kalau kita mau nge-gym itu harganya mahal. Saya ingin membantu mereka yang memiliki semangat di angkat berat untuk bisa berlatih, tidak hanya untuk difabel saja, tapi juga untuk orang normal," katanya. (one)

Baca: Kisah Mengerikan Atlet Indonesia Dikejar 'Nenek Gayung' di Jepang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya