Susanto Megantoro, Belajar Catur di Kampung Hingga Jadi Grand Master

Grand Master Susanto Megantoro
Sumber :
  • VIVA/Cahyo Edi

VIVA – Nama Susanto Megantoro sempat menjadi pembicaraan publik saat berhasil meraih gelar Grand Master pada usia 17 tahun. Dia pun dikenal sebagai pecatur termuda yang meraih gelar tertinggi di Indonesia.

Legenda Catur Dunia Garry Kasparov Masuk Daftar Teroris Rusia

Ditemui disela-sela kejuaraan catur internasional Japfa di Yogyakarta yang digelar sejak 13 hingga 21 Juni 2019, Susanto menceritakan perjalanan karirnya sejak usia dini. Anak keluarga petani di Indramayu ini merintis kariernya dari bermain catur di kampung.

Pelajaran catur pertamanya didapat dari sang ayah, Wasdirah. Susanto menceritakan saat itu di kampungnya sedang demam olahraga catur. Dimainkan di pos ronda, pinggiran sawah maupun teras rumah warga.

Profil Ashwath Kaushik, Bocah 8 Tahun yang Kalahkan Grandmaster Catur

Pecatur kelahiran 8 Oktober 1987 ini pertama kali mengikuti kompetisi catur saat berusia 7,5 tahun. Saat itu Susanto mengikuti kejuaraan Daerah (Kejurda) Kelompok Umur (KU) 12 di Cianjur, Jawa Barat dan meraih peringkat kedua. Kemenangan di turnamen itu disebut Susanto mengubah arah hidupnya menjadi pecatur.

"Saya tidak pernah tepirkirkan jadi pecatur profesional, tapi karena saat turnamen pertama itu menang dapat hadiah, terus semangat, dan lama lama bercita cita jadi pemain catur," ujar bapak dua anak ini.

Momen Anies Main Catur Lawan Warga: Menang, Skak Mat dengan Kuda Hitam

Dari Kejurda di Cianjur itu torehan prestasi Susanto makin mengkilap. Di tahun yang sama, Susanto menjadi urutan ketiga Kejuaraan Nasional (Kejurnas) KU-12 di Palangkaraya, dan juara SD serta peringkat kedua di Kejuaraan yang digelar di Indramayu, Jawa Barat.

Di usia 10 tahun atau pada tahun 1997, prestasi Susanto makin kentara. Susanto mampu menjadi juara Kejurda KU-12 di Bandung, Jawa Barat, dan juara I Kejurnas KU-10 di Banda Aceh.

Pulang dari Kejurnas di Banda Aceh, Susanto bersama beberapa pecatur cilik diajak oleh PB Percasi untuk mewakili Indonesia di kejuaraan dunia catur kelompok umur 10 tahun yang dihelat di Prancis. Di kejuaraan dunia itu, Susanto berada di peringkat 11 dari 150 peserta.

Prestasi gemilang Susanto ini pun diketahui oleh pengurus sekolah catur Enerpac, yang didirikan pengusaha Eka Putra Wirya. Eka Putra Wirya ini merupakan sosok yang ikut menempa Grand Master Super Utut Adianto.

Susanto yang saat itu duduk di kelas 5 SD pun kemudian ditawari beasiswa sekolah di Enerpac. Tawaran ini pun kemudian diambil Susanto. Keputusan mengambil beasiswa Enerpac ini membuat Susanto dan kedua orangtuanya harus boyongan ke ibukota. Sawah yang setiap harinya digarap oleh ayah Susanto pun musti dititipkan kepada orang lain.

"Saat itu saya berpikir. Kalau mau maju ya harus ke kota, tidak di kampung terus Kapan lagi bisa dapat kesempatan itu," terang Susanto.

Bersekolah di Enerpac, Susanto dan orangtuanya sempat tinggal selama setahun di rumah seorang bapak asuh bernama Herman di daerah Pondok Gede, Jakarta Timur. Setahun bersekolah di Enerpac, kerusuhan Mei 1998 terjadi. Enerpac pun kemudian berpindah ke Bekasi pada tahun 1999. Enerpac kemudian berganti nama menjadi Sekolah Catur Utut Adianto.

Di lokasi baru ini, Susanto dan kedua orang tuanya dibolehkan tinggal di asrama. Bangunan sekolah berlantai empat ini memiliki asrama di lantai empat. Disanalah Susanto dan kedua orang tuanya tinggal.

Susanto mengaku bersekolah di sekolah catur membuat permainannya berubah. Dari yang dulunya hanya mengandalkan feeling dan asal menjalankan bidak catur, Susanto mulai mengenal berbagai teori dan strategi.

"Tiap hari usai pulang sekolah saya belajar catur. Dari jam 13.00 sampai jam 18.00 WIB. Setelah sekolah catur, saya makin banyak memenangi kejuaran nasional tapi sudah masuk kelompok senior, bukan junior lagi," papar Susanto.

Karir Susanto pun makin moncer. Sejak 1999-2019, Susanto menapaki jalur catur profesional.

Karir Susanto pun terbilang cukup mentereng dan melejit. Di tahun 1997, Susanto telah menjadu Master Percasi. Tahun 1999, Susanto meraih predikat Master Nasional. Norma master internasional diraih Susanto di tahun 2002. Susanto menjadi Master Internasional di tahun 2003. Tahun 2004 menjadi sejarah bagi Susanto. Ditahun inilah Susanto meraih gelar Grand Master.

"Kuncinya tekun dan rajin berlatih. Nanti prestasi akan datang sendirinya," tutup Susanto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya