Kisah Sulit Penemu Bakat Eko Yuli Irawan, Sempat Jadi Buruh Pabrik

Pelatih angkat besi asal Indonesia, Yon Haryono
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Pelatih angkat besi asal Indonesia, Yon Haryono kini sudah bisa menuai kesuksesannya di Malaysia. Di sana dia menjadi pelatih tim nasional dan bisa lepas dari kesulitan hidup yang menjeratnya.

17 Atlet Indonesia Pastikan Tiket ke Olimpiade 2024, Berikut Daftarnya

Yon merupakan sosok yang menemukan bakat dari atlet angkat besi andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan. Ketika itu dia melatih peraih medali perak Olimpiade 2016 Rio de Janeiro di Sasana Komet, Metro, Lampung.

"Ya Yon Haryono lah yang menemukan Eko Yuli Irawan dan Triyatno. Dan, Yon Haryono juga yang menbawa Eko dan Triyatno ke Jakarta untuk dilatih khusus," ujar Kepala Bidang Organisasi Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI), Sonny Kasiran.

Rizky Juniansyah Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Angkat Besi Punya 2 Wakil

Jalan Yon menjadi pelatih angkat besi tidaklah mulus. Dia memulainya dari bawah sekali dengan mendirikan Sasana Komet. Tidak mudah baginya untuk anak-anak di Lampung menggemari olahraga ini.

"Tadinya, saya sempat berhenti melatih sampai dua bulan karena anak-anak lebih tertarik bermain bola di sawah atau lapangan desa. Tetapi, saya terus merayu mereka agar mau berlatih dengan janji jika berprestasi bisa  pergi gratis ke Jakarta dan luar negeri atau naik haji. Dan, saya juga menunjukkan foto-foto lifter angkat besi yang dimuat di berbagai media cetak bersama Presiden, Gubernur dan lain-lainnya," tutur Yon.

Sabet Tiket Olimpiade 2024, Eko Yuli Irawan Bikin Sejarah Baru

"Saya juga suka datang ke rumah orang tua anak-anak yang saya anggap berbakat untuk menjelaskan olahraga angkat besi cukup menjanjikan masa depan termasuk latihan angkat besi bukan penyebab tubuh menjadi pendek. Semua ini, saya lakukan agar orang tuanya memberikan dukungan dan mendorong anaknya tetap giat berlatih," imbuhnya.

Dia bercerita bagaimana Eko Yuli jarak rumahnya dengan Yon cuma 400 meter, diajak Yon agar mau terus berlatih. Uang saku Rp10 ribu diberikannya setiap pekan.

"Eko itu tetangga saya dari rumah 400 meter, mulai latihan tahun 2000.  Setiap minggu, saya keluarkan uang Rp10 ribu buat Eko agar tetap rajin latihan," katanya.

Bukan tanpa alasan jika Yon begitu ngotot memoles kemampuan Eko Yuli. Karena dia melihat postur tubuh dan jari-jari tangan pria kelahiran 24 Juli 1989 itu sangat ideal.

"Eko itu sangat ideal jadi lifter karena jari-jari tangannya agak panjang dan besar. Ditambah lagi dengan postur ibunya yang yang berbadan pendek dengan tulang besar. Itu lah yang membuat saya yakin Eko bakal jadi juara jika dibina dengan baik. Ibarat orang China bilang wajahnya Eko banyak rezeki alias wajah hoki," ujar Yon. 

Perjuangan Yon Haryono selama dua tahun melatih memang tidak sia-sia. Selain Eko Yuli, dua anak asuh lainnya Triyatno dan Titin Lestarimampu meraih medali emas pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Angkat Besi di Indramayu, Jawa Barat 2002. Kemudian, mereka kembali meraih prestasi yang sama pada Kejurnas Angkat Besi di Denpasar Bali 2003.

Mengingat fasilitas Sasana Komet tidak mendukung dalam upaya meningkatkan prestasi mereka ke ajang yang lebih tinggi lagi, Yon Haryono akhirnya menerima tawaran Ketua Umum PB PABBSI, Dharma Surya untuk membawa anak asuhnya berlatih di Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat pada akhir tahun 2003. 

"Prestasi Eko Yuli Irawan, Triyatno dan lain-lain meningkat berkat latihan di Parung Panjang yang memiliki fasilitas peralatan cukup bagus ditambah asupan gizi yang baik dan suplemen. Jadi, saya bisa bilang bahwa pak Dharma Surya sangat berjasa menjadikan Eko dan Triyatno yang mampu meraih medali di Olimpiade," tutur Yon.

Meski Eko Yuli dan Triyatno sudah naik kelas menjadi atlet nasional dan sukses mengukir prestasi internasional, nasib berbeda dialami Yon. Pria kelahiran Pringsewu, Lampung, 16 Febuari 1969 tetap saja terus menjadi pelatih di Sasana Komet.

"Perjuangan jadi pelatih di Metro Lampung itu sangat berat sekali. Dan, saya yakin tidak ada pelatih yang sanggup tidak dibayar puluhan tahun. Silahkan saja cek ke KONI Metro. Saya beruntung ketemu Eko yang sampai saat ini belum ada penggantinya," jelas suami Yati Sucipto ini. 

Di tengah kebutuhan keluarga yang semakin tinggi, Yon yang bekerja sebagai buruh makin sulit secara ekonomi. Apalagi, anaknya Yolanda Haryono dan Yordan Haryono ingin kuliah di perguruan tinggi. 

"Saat itu, saya benar-benar kesulitan ekonomi. Gaji sebagai buruh tidak mungkin bisa membiayai mereka di perguruan tinggi," ujarnya. 

Tahun 2015 yang merupakan masalah sulit itu, Yon Haryono tidak menduga ada tawaran pelatih Lukman untuk melatih di Malaysia. Karena rekan sejawatnya yang dikontrak Federasi Angkat Berat Malaysia (FABM) mendapat tawaran melatih di Thailand. 

"Saya menerima tawaran Lukman itu demi memenuhi biaya kuliah kedua anak. Saat itu, saya berangkat dengan uang tabungan ke Malaysia awal Januari 2016 demi harapan bisa mewujudkan cita-cita mereka. Alhamdulillah. Berkat kerja keras dan doa keluarga, saya bisa membiayai keduanya hingga sarjana. Anak pertama sudah jadi guru SMA di Tangerang Selatan dan yang kedua bekerja di perusahaan swasta di Jakarta sedangkan anak bungsu Yosefi  Surya Haryono masih sekolah di SMP," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya