Skandal Olahraga, Duel Tinju Pencabut Nyawa Santapan Dunia

Duel Emile Griffith vs Benny Paret
Sumber :
  • Sportcasting

VIVA – Muhammad Ali, Mike Tyson, Evander Holyfield, dan Lennox Lewis. Nama-nama legenda tersebut adalah sebagian kecil dari para petinju yang sering meraih kemenangan KO secara brutal.

Skandal Olahraga: Geger Atlet Normal Pura-pura Jadi Disabilitas demi Meraup Emas

Mike Tyson contohnya, yang meraih 50 kemenangan (44 KO) sepanjang kariernya telah puluhan kali membuat para lawan tersungkur dan bonyok. Begitu juga Lennox Lewis mencatatkan 41 kemenangan (32 KO).

Namun, ada satu petinju yang pernah meraih kemenangan paling brutal hingga mencabut nyawa lawannya, Sosok tersebut adalah petinju kelas welter Emile Griffith.

Skandal Olahraga: Dunia Bulutangkis Geger, Sesama Ganda Putra Thailand Baku Hantam

Griffith lahir di Saint Thomas 3 Februari 1938. Dia merupakan petinju pertama asal Virgin Islands yang pernah meraih sabuk juara dunia pada 1 April 1961 silam.

Skandal Olahraga: 'Goyangan Maut' Diego Maradona dengan Istri Mauro Icardi

Gelar itu ia raih setelah mengalahkan Benny Paret di Miami Beach. Dalam pertarungan epik, Griffith, yang datang dengan rekor 22-2, muncul sebagai pemenang, mengalahkan sang juara di ronde ke-13.

Tapi, hanya enam bulan kemudian pada 30 September 1961, Paret membalas dendam, meskipun itu agak kontroversial.

Penantang kelahiran Kuba itu bertarung selama 15 ronde, menerima banyak hukuman, tetapi memperoleh kemenangan.

Sebaliknya, Paret menerima pukulan yang kejam dari tangan Emile Griffith, itulah mengapa sangat mengejutkan ketika dia dinyatakan menang.
 
Griffith dan Paret kembali bertemu untuk yang ketiga kalinya pada 24 Maret 1962, di Madison Square Garden.

Saat itu situasi sudah panas sebelum pertandingan karena Paret menghina Griffith yang mengakui dirinya adalah biseksual.

Saat Griffith berdiri di atas timbangan, Paret menggunakan gestur penghinaan gay. Kemudain Griffith menolak untuk menjalani sesi foto dengan Paret dan mengatakan bahwa dia akan menghantam Paret pada pertarungan.

Momen menyeramkan itu datang. Keduanya bertarung saling bertukar pukulan. Griffith tampaknya menjadi lebih baik tetapi Paret mengejutkannya dengan kombinasi di ronde keenam, mengirimnya ke kanvas.

Di ronde ke-12 dari 15 pertandingan yang dijadwalkan, Emile Griffith memukul Benny Paret dengan dua tangan yang brutal, mengejutkan sang juara. Pada titik ini, Paret masih mengangkat tangan dan bisa membela diri. 

Namun, itu tidak berlangsung lama. Paret terhuyung mundur ke tali dan Griffith terus menghujaninya dengan pukulan jarak dekat. Paret tidak bisa lagi mengangkat tangannya dan kepalanya terkulai lemas. 

Griffith, yang masih marah dengan hinaan itu, menyematkan Paret ke tali dengan tangan kirinya sambil mengayunkannya pukulan tangan kanan, lagi dan lagi dengan kepala Paret yang sudah berada di luar ring.

Wasit Ruby Goldstein secara mengejutkan membiarkan serangan mengerikan itu dan tidak menghentikan pertandingan, meskipun Paret sudah tak memberikan perlawanan. 

Griffith marah dan meninju dan meninju dan meninju, untuk memberikan kerusakan maksimum dengan setiap pukulannya.

Setelah 29 pukulan tanpa henti, Goldstein akhirnya melompat dan menghentikannya, memberi Griffith kemenangan TKO dan gelar kelas welter. 

Tapi ada momen lebih penting daripada melingkarkan sabuk juara untuk Griffith. Suasana di venue mencekam, semua penonton histeris melihat Paret. Begitu juga para penonton di seluruh dunia lantaran laga tinju ini disiarkan langsung 

Benny Paret tidak sadar dan perlahan-lahan tergelincir ke kanvas. Paret kemudian dilarikan ke rumah sakit. Griffith menurunkan egonya dan pergi ke rumah sakit tempat Paret dibawa, namun tidak diizinkan masuk. 

Paret meninggal 10 hari kemudian, dia tidak pernah sadar kembali setelah pertarungan mengerikan itu. Pertarungan itu pun berdampak hingga delapan tahun sesudahnya. 

Sejumlah televisi menghentikan siaran langsung tinju hingga era Ali-Frazier pada 1970-an. Kisah Griffith dan Paret kemudian dibuat menjadi dokumenter luar biasa berjudul Ring of Fire. 

Kejadian itu juga memicu perubahan aturan dalam pertarungan. Wasit menjadi semakin sadar terhadap keselamatan petinju. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya