WTA Desak China Usut Pelecehan Petenis Wanita Peng Shuai oleh Pejabat

Petenis asal China, Peng Shuai
Sumber :
  • https://edition.cnn.com/

VIVA – Asosiasi Tenis Putri (WTA) meminta China untuk menyelidiki tuduhan penyerangan seksual yang dilakukan terhadap Peng Shuai oleh mantan wakil perdana menteri China, dan menuntut agar masalah sensor terhadap mantan pemain ganda peringkat teratas itu diakhiri.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Lewat akun media sosial Weibo-nya pada 2 November 2021 silam, Peng yang merupakan salah satu bintang olahraga terbesar China, menuduh Zhang Gaoli yang dulunya adalah anggota Komite Tetap Politbiro, badan pembuat keputusan utama China, memaksanya melakukan hubungan intim. Dan mereka kemudian memiliki hubungan konsensual yang putus-sambung.

Peng (35 tahun), mengatakan dalam postingan yang dihapus sekitar setengah jam setelah dipublikasikan, bahwa dia tidak dapat memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya.

Mobil Listrik Baru BYD Bakal Rilis, Pakai Nama Singa Laut

Internet China sangat disensor dan kehidupan pribadi para pemimpin puncak adalah subjek yang sangat sensitif. Zhang (75 tahun), adalah wakil perdana menteri antara 2013 dan 2018 dan bertugas di Komite Tetap Politbiro antara 2012 dan 2017.

Kekhawatiran di antara komunitas tenis global telah berkembang. Karena Peng, pemain China pertama yang menduduki peringkat teratas dunia ketika dia menjadi ganda nomor satu pada 2014, belum terlihat sejak unggahan kontroversialnya tersebut.

Harga Diri Apple sedang Dipertaruhkan

WTA yang berbasis di AS, yang menjalankan tur putri, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan mencari dan melakukan penyelidikan penuh secara adil dan transparan atas tuduhan penyerangan seksual terhadap mantan pemimpin China itu.

"Peristiwa baru-baru ini di China mengenai pemain WTA, Peng Shuai, sangat memprihatinkan," ujar CEO WTA, Steve Simon dikutip dari laman resmi Reuters, Senin 15 November 2021. "Peng Shuai, dan semua wanita, layak untuk didengar, bukan disensor," lanjutnya.

Tuduhannya tentang perilaku mantan pemimpin China yang melibatkan serangan seksual harus diperlakukan dengan sangat serius." tambah Steve Simon.

Sementara Kantor Informasi Dewan Negara China dan Asosiasi Tenis China tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan WTA.

Sebelumnya, Simon mengatakan kepada New York Times  bahwa tidak ada seorang pun di tur yang berbicara langsung dengan Peng, tetapi dia telah menerima jaminan dari Asosiasi Tenis China bahwa dia aman dan tidak di bawah ancaman fisik.

Ekspansi Agresif

Arena tenis WTA Tour

Photo :
  • wtatennis.com

China telah menjadi fokus ekspansi paling agresif WTA selama satu dekade terakhir. China dan menjadi tuan rumah sembilan turnamen pada musim 2019 dengan total hadiah uang 30,4 juta dolar AS yang ditawarkan.

Turnamen akhir musim WTA Finals menawarkan hadiah uang 14 juta dolar AS pada 2019, dimainkan di Shenzhen untuk pertama kalinya.

Namun WTA Finals dibatalkan tahun lalu karena pandemi COVID-19 dan tahun ini dipindahkan ke Guadalajara, Meksiko. Namun WTA mengatakan akan kembali ke Shenzhen mulai tahun 2022 hingga 2030.

"Saya pikir, semua orang sepenuhnya memahami apa yang dipertaruhkan di sini, di banyak bidang yang berbeda saat kita melaluinya," ungkap Simon kepada New York Times.

"Saya pikir, kami tentu saja, dari pemain hingga dewan, sepenuhnya bersatu bahwa satu-satunya pendekatan yang dapat diterima adalah melakukan apa yang benar," tambahnya.

Pemain Prancis Alize Cornet menunjukkan dukungannya untuk Peng di bawah tagar #WhereIsPengShuai, sementara mantan petenis nomor satu dunia Chris Evert juga turun ke media sosial untuk menyuarakan keprihatinannya.

Petenis hebat Martina Navratilova juga turun ke Twitter untuk mendukung seruan WTA guna melakukan penyelidikan. "Sikap yang sangat kuat dari WTA dan sikap yang benar!" tulis Navratilova. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya