Menaksir Pengaruh Pencabutan PPKM terhadap Gairah Kompetisi Olahraga

Suporter Timnas Indonesia di Piala AFF 2022 di SUGBK
Sumber :
  • VIVA / Robbi Yanto

VIVA Sport – “Lewat pertimbangan-pertimbangan berdasarkan angka-angka yang ada, maka pada hari ini pemerintah memutuskan mencabut PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat)," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/12).

Dengan demikian, tandas Presiden Jokowi, tak ada lagi pembatasan kerumunan dan pergerakan masyarakat karena di Indonesia sudah tercipta kekebalan komunal yang amat tinggi oleh tingkat vaksinasi COVID-19 yang mencapai 98,5 persen sampai Juli 2022.

Meskipun demikian, Presiden Jokowi meminta "seluruh masyarakat dan komponen bangsa tetap berhati-hati dan waspada."

Keputusan ini melegakan semua pihak. Ini angin segar untuk menormalisasi kembali aktivitas-aktivitas kehidupan dalam semua matra, ke tingkat seperti sebelum pandemi.

Ya semua matra, termasuk dunia olahraga yang dalam tiga tahun terakhir belum sepenuhnya kembali ke level normal, terutama dalam soal tingkat ingar bingar penonton di dalam stadion dan arena olahraga.

Padahal penonton yang memenuhi stadion tak saja menghidupkan suasana kompetisi, namun juga mengisyaratkan kembali pulihnya sektor-sektor lain yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kompetisi dan olahraga.

Ini karena stadion yang dipenuhi penonton bukan saja menjadi petunjuk untuk normalnya aliran keuangan dari kompetisi olahraga seperti tiket, tetapi juga menjadi pintu untuk ramainya lagi restoran-restoran, toko-toko, dan sebangsanya.

Itu juga menjadi stimulan kepada pengusaha besar dan kecil yang bertautan langsung dan tidak langsung dengan olahraga guna sibuk kembali berproduksi dan berjualan.

Suporter Indonesia Soal Tragedi Kanjuruhan: Mereka Bukan Meninggal tapi Dibunuh

Photo :
  • Twitter: gilabola_ina

Bayangkan laga-laga sepakbola, bulu tangkis, basket, voli, dan banyak lagi, kini nisa ditonton dalam skala luas di dalam stadion seperti sebelum pandemi COVID-19. Sungguh efeknya akan ke mana-mana.

Ini bukan lagi tentang kemeriahan olahraga dan naiknya kembali adrenalin atlet pada tingkat maksimal sehingga kompetisi menjadi lebih asyik dan dramatis lagi untuk disaksikan, baik langsung maupun tidak langsung.

Ini juga tentang pintu untuk bergairahnya lagi dunia usaha yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan acara-acara olahraga dalam banyak tingkatan, mulai lokal, nasional, sampai internasional.

Konklusi dari semua itu adalah bergeraknya lagi roda ekonomi di banyak sektor dalam skala penuh, setelah selama tiga tahun lumpuh atau setengah hidup gara-gara pergerakan manusia dibatasi demi mencegah penyebaran COVID-19.

Memang kegairahan berekonomi itu sudah terjadi jauh sebelum PPKM dicabut, sejak skala vaksinasi COVID-19 kian luas. Namun sebelum itu kegairahan masih belum berpacu dalam skala penuh.

Kembali normal pada 2023

Padahal di beberapa bagian di dunia ini kegairahan itu telah mencapai kembali tingkat maksimumnya, termasuk industri-industri yang bertautan dengan olahraga, seperti hak siar dan sponsor.

Semua sudah bergairah kembali setelah orang-orang dibolehkan lagi memenuhi stadion sehingga yang menonton dari luar stadion pun menjadi melihat kompetisi semakin hidup dan semakin menarik, dibandingkan dengan sistem gelembung atau ketika stadion hanya diisi bagian kecil dari kapasitas maksimumnya.

JK Sebut Golkar Partai Terbuka, Tak Masalah Jika Jokowi-Gibran Gabung

Sebuah survei bertajuk "Global Sports Survey" pada 2022 mendapati fakta bahwa 56 persen masyarakat dunia lebih aktif menyaksikan acara-acara olahraga ketimbang dua tahun lalu yang angkanya masih 43 persen.

Yang unik dari semua itu adalah kegairahan ekonomi terkait olahraga yang dipicu oleh penuhnya lagi stadion, diprediksi bakal bisa menangkal efek resesi global yang diperkirakan memuncak pada 2023.

Moeldoko: Otonomi Daerah Harus Lanjutkan Pembangunan Visi Jokowi

Itu dikuatkan oleh proyeksi lembaga keuangan terkemuka Fitch Ratings dalam "Global Sports Outlook 2023" yang menaksir prospek keuangan olahraga pada tahun depan akan kembali ke normal seperti pada 2019 dan sebelumnya, atau era sebelum pandemi.

Sekalipun resesi mungkin memangkas penjualan tiket, Fitch menilai resesi tak akan terlalu mempengaruhi nilai kontrak sponsor dan hak siar. Secara umum pula, industri olahraga berjalan baik sejak setahun terakhir ini.

Bakal Hijrah ke IKN, Presiden Prabowo dan Wapres Gibran Pakai Mobil Dinas Listrik?

Dari perspektif minor, ajang-ajang besar olahraga mulai tingkat nasional dan internasional, dapat berpengaruh langsung kepada sektor-sektor ekonomi lain, seperti pariwisata.

Indikatornya bisa terlihat pada naiknya tingkat okupansi hotel dan perjalanan udara serta sejenisnya.

Penonton MotoGP Indonesia di Sirkuit Mandalika

Photo :
  • VIVA/Riki Ilham Rafles

Bayangkanlah betapa besar dampak dari tiadanya lagi pembatasan berapa orang yang boleh masuk tribun penonton di Sirkuit Mandalika untuk MotoGP atau Gelora Bung Karno untuk Indonesia Open, atau enam stadion di Indonesia untuk Piala Dunia U20, atau venue-venue besar olahraga lainnya, baik terhadap kegairahan olahraga maupun terhadap aspek-aspek lain terkait olahraga.

Lain dari itu, ketika terjadi mobilisasi massa yang besar, maka itu juga peluang untuk bergairahnya lagi hibrida pariwisata dan olahraga yang lebih dikenal dengan sport-tourism yang perannya bakal semakin besar untuk kegairahan olahraga, pariwisata dan ekonomi nasional.

Mengenai sport-tourism ini, ada fakta unik yang disampaikan United Nations World Tourism Organization baru-baru ini bahwa sport-tourism adalah salah satu sektor pariwisata yang tercepat pertumbuhannya yang indikator pertamanya bisa dilihat dari tingkat kunjungan lintas negara.

Perjalanan internasional sendiri secara keseluruhan tumbuh pesat selama puluhan tahun terakhir hingga menembus angka 1,5 miliar kunjungan internasional hingga 2019.

Ternyata selama pandemi ketika kebanyakan negara menerapkan aturan pembatasan perjalanan, angka itu tetap dalam kisaran 1 miliar.

Euforia tak boleh berlebihan

Tingkat kunjungan dan perjalanan internasional yang tinggi ini di antaranya disokong oleh perjalanan internasional yang berkaitan dengan event-event olahraga dan sport-tourism.

Contohnya SEA Games 2020 di Hanoi, Vietnam. Pemerintah Vietnam bisa membetot 700 ribu turis lokal dan 31.447 pelancong asing, padahal waktu itu Vietnam belum sepenuhnya mengendurkan aturan pembatasan perjalanan.

Contoh lain adalah Piala Dunia 2022. Menurut FIFA, 2,95 juta tiket terjual habis. Angka ini melampaui 2,4 juta tiket yang terjual selama Piala Dunia 2018 di Rusia.

Bukan itu saja, dengan disaksikan langsung di dalam stadion oleh 88.966 penonton, pertandingan Argentina melawan Meksiko dalam fase grup adalah pertandingan Piala Dunia dengan jumlah penonton di dalam stadion yang paling banyak sejak Piala Dunia 1994.

Padahal ketika semua itu terjadi, selubung pandemi belumlah total terbuka selama 2022. Di luar stadion, ajang-ajang olahraga juga telah memecahkan rekor jumlah pemirsa televisi.

Intinya, pencabutan PPKM bisa menjadi pintu untuk semakin meriah dan dramatisnya acara-acara olahraga.

Dengan cara begitu, kompetisi olahraga sebagai sebuah tontonan semakin menarik dan akhirnya meningkatkan nilai keekonomian olahraga sehingga pada akhirnya membuat roda ekonomi secara keseluruhan menggelinding lebih kencang dan lebih kuat.

Salah satu efek yang bisa disebut adalah terpicu naiknya lagi permintaan alat dan kelengkapan olahraga, serta jasa-jasa terkait olahraga seperti akomodasi dan perhotelan. Sungguh efek ganda yang luar biasa besar.

Ini memang baru taksiran, tapi acara-acara global olahraga mulai Euro 2020 sampai Piala Dunia 2022, menjadi petunjuk bahwa normalisasi kehidupan ke era sebelum pandemi COVID-19 telah membuat kehidupan mulai tak sesulit dulu.

Namun demikian, seperti diingatkan oleh Presiden Jokowi, kita semua tetap harus waspada dan hati-hati. Itu artinya euforia tak boleh membuat segalanya menjadi berlebihan.

Dalam konteks olahraga, euforia itu tak boleh memicu kembali peristiwa-peristiwa buruk seperti Tragedi Kanjuruhan awal Oktober lalu.

Oleh karena itu, massa di stadion dalam jumlah besar akibat industri olahraga yang bergairah kembali, salah satunya harus dibarengi dengan protokol dan sistem pengamanan serta keselamatan yang lebih baik dan lebih menyelamatkan semua orang. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya