4 Faktor Utama Penyebab Indonesia Gagal Total di SEA Games

Atlet lari Indonesia, Rini Budiarti
Sumber :
  • Singapore SEA Games Organising Committee / Action Images via Reuters
VIVA.co.id
Momen Tegang dan Panik Saat Bus Pawai Timnas U-22 Masuk Terowongan Semanggi
- Perolehan medali Indonesia di SEA Games 2015 jauh dari harapan. Jangankan memenuhi target, peringkat 5 klasemen akhir perolehan medali merupakan rekor terburuk yang pernah dituai Tim Garuda. Apa yang salah?

5 Fakta Marselino Ferdinan, Pemain Timnas yang Lagi Viral

Salah satu faktor yang membuat posisi Indonesia tercecer dalam SEA Games di Singapura adalah kurang kompetitifnya para atlet di cabang-cabang ibu olahraga Olimpiade macam akuatik, atletik, dan senam.
5 Fakta Iwan Bule Trending di Twitter Karena Unggahan Situs PSSI


Bayangkan, dari cabang akuatik yang menyediakan banyak medali emas hanya satu yang bisa disumbangkan Indra Gunawan (dari nomor 50 meter gaya dada). Sedangkan atletik memberikan 7 buah medali emas, dari 46 keping emas. Senam lebih parah karena hanya dapat satu keping medali perak.


Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rita Subowo, mengakui bahwa pihaknya meminta traditional games untuk diselenggarakan di ajang SEA Games demi menyatukan negara ASEAN untuk event lebih tinggi. Namun, ia menegaskan bahwa yang penting dilakukan adalah memperkuat cabang Olimpik dan cabang unggulan lain yang menyediakan banyak medali.


"Negara besar seperti Indonesia perlu membuat indoor swimming aquatic, yang tujuannya tidak hanya untuk pertandingan, tapi bisa juga sebagai coaching clinic. Singapura dari akuatik mendapatkan 23 medali emas," tutur Rita, dalam acara Workshop Evaluasi SEA Games 2015.


Namun, pada kesempatan yang sama, Ketua Satlak PRIMA, Suwarno, menyatakan masalah utama Indonesia lagi-lagi persoalan klise yaitu lambatnya dana turun dan pengadaan alat yang terlalu bertele-tele.


"Sampai dengan saat ini, proses pengadaan perlengkapan masih ada yang belum dapat. Sampai 2014, kita tidak mampu membeli alat perlengkapan SEA Games. Peralatan juga beberapa tidak standar," tambah Suwarno.


Sedangkan Chef De Mission Indonesia di SEA Games, Taufik Hidayat, mengatakan bahwa ada kelemahan baik dari panitia penyelenggara maupun persiapan Indonesia menghadapi SEA Games. Mantan juara Olimpiade itu menggarisbawahi soal kehadiran tim pendukung para atlet.


"Kelemahan lain, dari 522 atlet yang dikirim, hanya ada 4 dokter dan 8 tukang pijat, tentu ini rasionya sangat kurang," tuturnya. Taufik juga mengatakan karena besarnya tanggung jawab mengelola kontingen, CDM perlu ditunjuk satu tahun sebelumnya.


Akibat Konflik KONI-KOI


Masalah masih belum jelasnya tugas utama KOI dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) juga ikut menjadi penyebab. Sampai saat ini, masih ada tumpang tindih kepengurusan antara dua organisasi olahraga terbesar tanah air tersebut.


Suwarno menyatakan dualisme beberapa cabor, seperti tenis meja, menyebabkan masalah seleksi atlet bertambah rumit. "Rekomendasi kami, dualisme KONI dan KOI harus diselesaikan, karena itu menimbulkan dualisme kepengurusan di cabor," tambahnya.


Berbicara soal hal tersebut, Rita Subowo mengaku siap duduk dengan Ketua KONI, Tono Suratman, untuk memperbaiki kinerja cabang-cabang olahraga yang bermasalah.


Sementara itu, Tono memaparkan pihaknya sudah membuat Grand Strategy Pembangunan Olahraga Prestasi Nasional dalam 10 tahun ke depan mulai 2014 lalu sampai 2024.


"Kami juga telah membuat evaluasi komprehensif dan berkala, serta rencana strategis PRIMA selama 5 tahun. Kesimpulannya, kebijakan pemerintah belum optimal, secara kelembagaan belum sinkron antarlembaga terkait pembinaan olahraga," kata Tono. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya