Sumber :
- REUTERS/Ricardo Moraes
VIVA.co.id
- Target tinggi dipasang oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam Olimpiade 2016, Brasil, Rio de Janeiro. Mereka berharap Indonesia bisa menembus peringkat 30 besar di turnamen multievent skala internasional tersebut.
Deputi IV Bidang Pembinaan dan Pengingkatan Prestasi Kemenpora, Djoko Pekik, berharap Indonesia bisa meraih dua medali emas di Olimpiade nanti. Jika target tersebut bisa terwujud, menurut perhitungannya, Indonesia bisa menembus peringkat 30 besar.
Baca Juga :
Ketum KOI: Angkat Besi Cabor Andalan Indonesia
Erick menyatakan, di Olimpiade 2012, prestasi Indonesia sangat mengecewakan. Hal itu disebabkan oleh persiapan kontingen Indonesia yang berantakan.
"Saya pernah bilang, setidaknya CDM ditunjuk dua tahun sebelum Olimpiade. Tapi, sampai sekarang belum ada penunjukkan. Ini penting, karena persiapannya kompleks. Selama ini kita selalu disibukkan dengan permasalahan dana dan lain-lain. Bahkan, Olimpiade London yang lalu penerbangan saja menjadi masalah," ujar Erick.
"Saya rasa semuanya perlu perhitungan yang matang. Olimpiade nanti di Brasil, bukan London. Semuanya serba terbatas. Jadi, perlu ada persiapan yang benar-benar matang," lanjutnya.
Erick juga berharap agar pemerintah Indonesia bisa lebih bijak dalam memilih cabang olahraga yang tampil di Olimpiade 2016. Hal ini perlu dilakukan atas alasan efisiensi.
"Mungkin pernyataan saya kontroversial. Tapi, kalau tak ada peluang medali, tak usah berangkat," jelas Erick.
Bak gayung bersambut, permintaan Erick ternyata sejalan dengan pemikiran Kemenpora. Djoko menyatakan saat ini sudah memiliki data mengenai cabor mana saja yang berpotensi meraih medali di Olimpiade 2016 nanti.
"Ada sembilan yang punya potensi medali. Sekarang prioritas saja. Kami juga sudah minta ke PBSI agar bisa menyumbang satu dari dua medali yang ditargetkan," ujar Djoko.
Halaman Selanjutnya
"Saya pernah bilang, setidaknya CDM ditunjuk dua tahun sebelum Olimpiade. Tapi, sampai sekarang belum ada penunjukkan. Ini penting, karena persiapannya kompleks. Selama ini kita selalu disibukkan dengan permasalahan dana dan lain-lain. Bahkan, Olimpiade London yang lalu penerbangan saja menjadi masalah," ujar Erick.