Menpora: Renovasi GBK Tidak Cukup Hanya Rp500 Miliar

Kondisi SUGBK Usai Konser Musik One Direction
Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id -
Soal Jadi Pembalap Cadangan Manor, Kemenpora: Terserah Rio
Kompleks olahraga Gelora Bung Karno bakal direnovasi dalam waktu dekat. Proyek ini dilaksanakan sebagai persiapan jelang penyelenggaraan Asian Games 2018, Jakarta-Palembang.

Kisah Pahit Rio Haryanto di F1

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pun sudah mengajukan anggaran untuk menjalankan proyek renovasi kompleks SUGBK. Awalnya, Kemenpora memasang angka Rp3 triliun demi bisa menjalankan proyek tersebut.
Kemenpora Kecewa Manor Putus Kontrak Rio Haryanto


Dalam perkembangannya, angka ini mengerucut menjadi Rp1,5 triliun. Dan terakhir, uang sebesar Rp700 miliar dianggarkan demi memuluskan proyek renovasi.


Kemenpora kemudian mengajukannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Sayangnya, dalam Rapat Kerja antara Kemenpora dengan Komisi X DPR, Rabu 21 Oktober 2015, anggaran tersebut tak disetujui.


DPR hanya memberikan Rp500 miliar kepada Kemenpora sebagai dana perbaikan Kompleks GBK. Itu pun masih ada 3 fraksi yang menolaknya.


"Sebelumnya saya mau berterima kasih terlebih dulu kepada para anggota dewan. Saya tahu mereka sudah bekerja keras agar anggaran bisa turun. Harus disyukuri dulu," kata Menpora Imam Nahrawi usai rapat.


Ketika ditanya apakah uang sebesar Rp500 miliar cukup untuk menjalankan proyek perbaikan Kompleks GBK, Imam dengan tegas menjawab tidak. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa tersebut menyatakan, demi memperbaiki Kompleks GBK, uang sebesar Rp3 triliun setidaknya harus digelontorkan.


"Asian Games itu cuma batu loncatan. Sebenarnya, kami berharap perbaikan ini bisa sempurna. Jika fasilitasnya bagus dan berkelas internasional, tentunya pihak luar tak akan ragu menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah dari sebuah event. Kami punya program yang berkelanjutan," tutur Imam.


Demi menyiasatinya, Imam berencana menggaet pihak swasta dalam proyek perbaikan Kompleks GBK. Strategi seperti ini sebenarnya sudah lumrah dipakai oleh beberapa negara.


Singapura contohnya. Demi membangun ulang National Stadium, mereka menggaet pihak swasta sebagai sponsor. Konsekuensinya adalah sang sponsor memiliki kuasa atas kepemilikan dalam beberapa tahun ke depan serta kewenangan membangun fasilitas atas inisiatif mereka.


"Memang ada arah ke sana. Kami sedang menyusun beberapa program yang seperti itu. Sekarang ini, kami juga tengah mengajukan rencana pendirian BUMN Olahraga. Diharapkan, lewat BUMN tersebut, bisnis olahraga Indonesia bisa berkembang," tutur Imam. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya